Taat kepada suami adalah suatu keharusan bahkan kebutuhan bagi seorang muslimah yang taat kepada Allah dan Rasulu-Nya. Berikut kami sajikan bebrapa alasan kenapa ketaatan istri kepada suami adalah satu keniscayaan.
Suami Pemimpin Keluarga
Menjadi seorang suami bukan perkara mudah, karena suami adalah seorang pemimpin yang memiliki tanggungjawab terhadap seluruh anggota keluarga. Dialah yang akan menentukan arah bahtera rumah tangga. Di tangannya baik dan buruk rumah tangganya. Sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta’ala sebutkan dalam al-Qurโan:
โLaki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta merekaโ [QS. An-Nisa: 34].
Ayat ini sangat gamblang menjelaskan tanggungjawab seorang suami terhadap istrinya. Ia bertanggungjawab terhadap keshalihan istrinya, menjaga mereka, dan mencukupi kebutuhannya. Syeikh Abdurrahman Nashir as-Saโdi rahimahullah menjelaskan dalam tafsirnya: โLaki-laki bertanggungjawab terhadap istrinya dalam hal mengarahkan mereka untuk menunaikan hak-hak Allah, menjaga mereka untuk melaksanakan kewajibannya kepada Allah azza wa jallaย serta menjaga mereka dari kejelekan. Jadi kewajiban laki-laki adalah menjaga istrinya untuk melaksankan semua itu. Termasuk juga memberi nafkah kepada mereka, mencukupi pakaian dan tempat tingalnyaโ [Tafsir as-Saโdi: 177].
Demikian besar tanggungjawab suami terhadap istri dan anak-anaknya. Sehingga sangat wajar ketika Islam mengatur dengan indah hubungan istri terhadap suaminya berupa ketaatan dan kepatuhan kepadanya.
Keutamaan Taat Kepada Suami
Ketaatan istri kepada suaminya adalah ciri seorang wanita shalihah. Wanita yang diidam-idamkan oleh setiap suami. Wanita yang menjadi harapan setiap lelaki sepanjang jaman adalah wanita yang taat kepada suaminya. Rasulullah ‘alaish shalatu wassalam bersabda:
โDunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalihahโ [HR. Muslim nomor 2668]
Itulah perhiasan terindah di bumi ini, yaitu wanita yang shalihah dan mampu membahagiakanย suaminya dalam bentuk ketaatan kepadanya. Mencintai suaminya karena mengharap surga Allah subhanahu wata’alaย dan keridhaan-Nya. Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah: โSeorang wanita jika telah menikah, maka suaminya lebih berhak daripada kedua orangtua wanita tersebut. Dan Istri lebih wajib mentaati suaminya daripada kedua orangtuanyaโ [Majmuโ al-Fatawa: 32/261]
Kedudukan Suami Terhadap Istri
Islam mendudukan seorang suami dalam kedudukan yang mulia. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu โanhu, Rasulullah shallallahu โalaihi wa sallam bersabda:
โSeandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, maka aku akan perintahkan para istri untuk sujud kepada suaminya, disebabkan karena Allah telah menetapkan hak bagi suami atas mereka (para istri). (HR Abu Dawud, Tirmidzi, ia berkata, โhadis hasan shahih.โ Dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Baniy)
Sujud adalah bentuk ibadah yang tidak boleh diberikan kepada makhluk. Sehingga Nabi ‘alaihish shalatu wassalam tidak memerintahkan istri sujud kepad suaminya. Namun seandainya sujud kepada makhluk perkara yang dibolehkan, maka nabi akan memerintahkan istri untuk sujud kepada suaminya sebagai bentuk ketaatan dan penghargaan kepada suami. Demikianlah kedudukan suami terhadap istrinya karena tanggungjawab suami terhadap istrinya yang berat.
Istri Puasa Sunnah Tanpa Izin Suami
Terkadang seorang istri ingin melakukan amalan shalih namun tanpa ijin dari suaminya. Puasa sunnah misalnya. Lalu bagaimana pandangan Islam terhadap fenomena tersebut?
Islam adalah agama yang mengatur segala perkara. Diantara yang diatur dalam Islam adalah hubungan suami istri dalam bingkai rumah tangga Islami. Sehingga dalam masalah inipun Islam telah mengaturnya. Seperti hadits Rasulullahย shallallahu โalaihi wa sallamย yang berbunyi:
โTidaklah halal bagi seorang wanita untuk berpuasa sedangkan suaminya ada (tidak bepergian) kecuali dengan izin suaminya.โ [HR. Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026]
Dalam lafazh lainnya disebutkan,
โTidak boleh seorang wanita berpuasa selain Ramadhan sedangkan suaminya sedang ada (tidak bepergian) kecuali dengan izin suaminyaโ [HR. Abu Daud no. 2458. An Nawawi dalam Al Majmuโ (6/392) mengatakan, โSanad riwayat ini shahih sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim]
Kedua riwayat diatas menerangan tidak bolehnya seorang istri berpuasa sunnah jika suami tidak mengizinkan. Suami punya hak untuk melarang istrinya puasa sunnah jika ia memiliki keperluan terhadap istrinya. Kecuali puasa ramadhan, maka istri boleh berpuasa ramadhan walaupun suami melarangnya. Karena tidak boleh mentaati suami dalam hal yang Allah subhanahu wata’ala larang. Namun puasa sunnah tentunya hukumnya sunnah sehingga jika dibandingkan dengan ketaatan kepada suami, maka ketaatan kepada suami lebih didahulukan karena hukumnya wajib.
Istri Menolak Ajakan Suami
Dalam hal berhubungan suami-istri, maka suami punya hak yang harus dipenuhi oleh istrinya. Jika suami mengajaknya untuk berhubungan, maka istri tidak boleh menolaknya. Ini tergambar dalam sebuah riwayat yang diceritakan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu โalaihi wa sallam bersabda,
โJika seorang pria mengajak istrinya ke ranjang, lantas istri enggan memenuhinya, maka malaikat akan melaknatnya hingga waktu Shubuhโ (HR. Bukhari no. 5193 dan Muslim no. 1436).
Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan dengan lafazh:
โDemi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu istri menolak ajakan suaminya melainkan makhluk yang di langit (penduduk langit) akan marah kepada istri tersebut sampai suaminya ridha kepada istrinya.โ (HR. Muslim no. 1436)
Berkata Ibnu Abi Hamzah rahimahullah: โYang nampak dari hadits ini bahwa kalimat ranjang adalah kinayah dari berhubungan intimโ
Beliau juga mengatakan bahwa zahir hadits ini menunjukkan pengkhususan adanya laknat itu cuma ketika ajakan suami terjadi pada malam hari, karena adanya kalimat โhingga shubuhโ. Seakan rahasianya adalah karena dominan kejadian itu terjadi di malam hari. Namun ini tidak melazimkan bahwa jika ajakan suami terjadi di siang hari, maka istri boleh menolakโ [Fathul Bari Libni Hajar: 9/294]
Bahkan dalam riwayat Imam Muslim yang kita sebutkan di atas nampak jelas adanya lafadz umum tanpa menyebutkan waktunya terjadi malam atau siang. Jadi jika istri menolak suaminya untuk berhubungan intim baik di malam hari atau siang hari lalu istrinya menolak, maka istri tersebut akan mendapat laknat dan kemarahan malaikat. Semoga Allah ‘azza wa jalla menjaga kaum wanita dari sifat durhaka ini.
Kewajiban Istri Terhadap Suami
Selain apa yang telah kita sebutkan tentang apa yang harus dilakukan istri terhadap suaminya, maka ada pula tanggungjawab yang lain yang harus dilakukan oleh seoarng istri yaitu menjaga dan bertanggungjawab terhadap rumah suaminya terutama ketika suaminya tidak berada di rumah.
โDan wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnyaโ [HR. Bukhari nomor 893]
Jadi wanita memiliki tanggungjawab untuk menjaga rumah suaminya. Tidak diizinkan bagi wanita memasukkan ke dalam rumahnya orang yang suaminya tidak ridha jika orang itu masuk ke dalam rumahnya. Demikian pula istri berkewajiban menjaga anak dan harta suami serta tidak menceritakan rahasia keluarga kepada orang lain karena itu bisa menimbulkan rasa malu keluarga dan salah satu sebab keretakan dalam rumah tangga. Juga menjaga kehormatannya dan harga dirinya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
โSebab itu maka wanita yang shalihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).โ (QS. An Nisa [4]: 34)
Istri yang menjaga kehormatan dan harga dirinya akan dijaga oleh Allah ‘azza wa jalla sehingga ia menjadi wanita terhormat dan shalihah yang tentu akan mendatangkan kasih sayang dari suaminya.
Taat adalah Surga dan Nerakamu
Surga atau neraka adalah sesuatu yang pasti akan didapatkan oleh setiap insan, laki-laki atau perempuan. Itu adalah akhir dari kehidupan kita di akhirat nanti. Seorang istri sangat tergantung dengan suaminya dalam ia meraih indahnya surga dan terhindar dari dasyatnya api neraka. Ketaatan istri kepada suaminya adalah surga dan neraka bagi wanita. Betapa meruginya seorang wanita yang tidak bisa masuk kedalam surga dengan perantaraan ketaatannya kepada suami. Dan meruginya ia jika kedurhakannya dan ketidaktaatannya kepada suami menghatarkannya kepada penderitaan di kobaran api neraka. Ini yang harus dicermati oleh setiap istri yang shalihah.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Husain bin Mihshan bahwa bibinya pernah mendatangi nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk suatu keperluan. Setelah selesai hajatnya, maka nabi ‘alaihish shalatu wassalamย bertanya kepadanya: โApakah anda mempunyai suami ? Wanita itu menjawab: Ya benar aku memiliki suamiโ Nabi bersabda: โBagaimana sikapmu kepadanya ?. Ia menjawab: โAku tidak pernah mengabaikannya, kecuali terhadap sesuatu yang aku tak mampu melakukannyaโ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: โ
โCamkan selalu akan posisimu terhadapnya, sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamuโ [Dishahihkan oleh Syeikh albaniy dalam Silsilah Shahihah: 6/220]
Dalam riwayat lain dari Abu Hurairah radhiyallahu โanhu, Rasulullah shallallahu โalaihi wa sallam bersabda:
โJika seorang wanita telah melaksanakan shalat lima waktu, melaksanakan puasa pada bulannya, menjaga kehormatannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki.โ (HR Ibnu Hibban dalam Shahihnya nomor 4163)
Suami adalah surga atau neraka bagi seorang istri. Keridhaโan suami menjadi keridhaโan Allah. Istri yang tidak diridhai suaminya karena tidak taat dikatakan sebagai wanita yang durhaka. Dan untuk masuk ke dalam surga wanita hanya butuh menjaga shalat, puasa Ramadhan, menjaga kehormatannya, dan mentaati suaminya. Namun sebaliknya jika ia tidak mensyukuri suaminya, maka ia akan terseret ke dalam neraka. Suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
โDiperlihatkan kepadaku neraka dan aku dapati kebanyakan penghuninya adalah para wanita yang ingkar. Rasul ‘alaihish shalatu wassalam ditanya: โApakah mereka ingkar kepada Allah ? Nabi bersabda: โMereka ingkar kepada suaminya dan ingkar kepada kebaikan suaminya. Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang mereka (istri-istrimu) selama satu tahun, kemuadia wanita tersebut melihat satu kejelekan darimu, maka ia akan berkata: โAku tak pernah melihat engkau berbuat baik sedikitpunโ [HR. Bukhari nomor 1052, Muslim nomor 907].
Kalau kita melihat fenomena istri yang seperti ini tentu tidak sedikit. Banyak dari mereka yang tidak bisa mensyukuri pemberian suami dan kebaikan suaminya kepadanya. Tentu sangat disayangkan kalau ini menjadi sebab masuknya mereka ke dalam neraka yang berkobar. Karenanya hendaklah seorang istri bisa memposisikan tindak tanduknya kepada suami agar bisa meraih surga Allah.
Keluar Rumah Tanpa Izin Suami
Seorang istri juga tidak boleh keluar rumah kecuali dengan izin suami. Karena rumah adalah benteng bagi wanita. Jika ia keluar dari bentengnya, maka akan banyak musuh yang mengintainya. Sebagaimana firman Allah,
โDan tinggal-lah kalian (para wanita) di rumah-rumah kalian dan jangan berhias seperti orang-orang Jahiliyah terdahuluโ (QS. Al Ahzab: 33)
Ibnu Katsir berkata, โAyat ini menunjukkan bahwa wanita tidak diperkenankan keluar rumah kecuali untuk sebuah keperluanโ (Tafsir Al Quran Al Adzim 6/409).
Jadi wanita boleh saja keluar dari rumahnya dengan seizin suaminya dan dalam rangka memenuhi keperluannya yang syarโi.
Semoga risalah ini menjadi jalan bagi para istri untuk mentaati suaminya dan meraih surga di akhir nanti
_____________
Sumber Rujukan
- Al Qurโan al-Karim
- Taisir al-Karim ar-Rahman Fi Tafsir Kalimil mannan, Abdurrahman bin Nasir as-Saโdi, Muassasah ar-Risalah
- Majmuโ al-Fatawa, Taqiyuddin Abu Abbas Ibnu Taimiyah, Majma al-Malik Fahd, Madinah Munawwara, tahun 1416-1995
- Shahihul Bukhari, Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Dar Thuqun Najah, cet pertama, tahun 1422 H
- Shahih Muslim, Muslim bin Hajjaj an-Naisaburiy, Dar Ihyait Turats al-โArabiy, Beirut
- Fathul Baariy Syarh Shahihul Bukhariy, Ahmad bin โAli al-Atsqalaniy, Darul Maโrifah, Beirut tahun 1379 H
- Sunan Abi Dawud, Sulaiman bin Asy โats as-sajistaniy, Dar ar-Risalah al-Alamiyah, cet pertama, tahun 1430 H/2009 M
- Silsilatul ahadits ash-Shahihah Jilid 6, Muhammad nashiruddin al-Albaniy, Maktabah al-Maโarif, Riyadh, tahun 1416 H/1996
- Shahih Ibnu Hibban, Muhammad bi Hibban bin Ahmad at Taimiy, Muassasah ar-Risalah, Beirut, tahun 1414 H/1993 M
- Tafsir Qurโanil โAzhim, Ismail bin Umar Ibnu Katsir, Daruth Thayyibah, tahun 1420 h/1999 M
__________
Selesai risalah ini pada malam Rabu 03 Rabiuts Tsani 1437 H (12 Januari 2016) di kediamanย kami, Kompleks Tanwirussunnah, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan
6 comments
Barakallahu fiikum , lumayan panjang yg dibaca,,,,alhamdulillah ,,,bs disimak sedikit2..
wa fiik baarakallah
semoga tetap diberi semangat membaca
Tidak ada satupun ayat di dalam al quran yang memerintahkan wanita untuk taat / berbakti kepada suami. Saya ulangi ya, TIDAK ADA SATU AYAT PUN DI AL QURAN YANG MEMERINTAHKAN WANITA UNTUK TAAT / BERBAKTI KEPADA SUAMI. Yang ada adalah taat kepada Allah SWT (qanitaat). Sebaliknya ada banyaaak ayat yang memerintahkan untuk berbakti kepada orang tua. Sebagai muslim yang baik ketika dihadapkan pilihan antara suami atau orang tua, yang mana yang akan kalian lakukan?
Banyak orang yang mengira arti nushuz adalah tidak taat kepada suami. Guess what? pada surah An Nisa, jelas dikatakan bahwa nushuz dapat dilakukan baik oleh suami, maupun oleh istri. Sehingga apabila surah an nisa mengenai nushuz dijadikan alasan mengenai wajibnya istri untuk mentaati suami, maka seharusnya menggunakan surah yang sama, suami pun wajib mentaati istri? Tidak masuk akal kan? Memang tidak, karena sebetulnya didalam Al Quran tidak pernah ada perintah untuk taat kepada suami. Ketaatan hanya kepada Allah SWT.
Di dalam Al Quran, hanya ada satu ayat yang menguraikan kewajiban sebagai istri yaitu an nisa ayat 34 dimana istri wajib menjaga diri selama suami tidak ada. Tetapi ada banyak ayat mengenai kewajiban suami, misalnya al baqarah 228, an nisa 4, an nisa 19, Thaaha 132, at tahrim 6
Bismillah. Pernyataan anda terlalu tergesa-gesa dan terkesan anda telah menelaah seluruh isi al Qur’an, kemudian meyimpulkan bahwa “TIDAK ADA SATU AYAT PUN DI AL QURAN YANG MEMERINTAHKAN WANITA UNTUK TAAT / BERBAKTI KEPADA SUAMI”.
Sayang kesimpulan anda meleset dan ini bukti anda terlalu tergesa-gesa dan kurang membaca dan menelaah isinya. Perintah Allah agar wanita taat / berbakti kepada suami di dalam al Qur’an sangat buaaayaaak…sekaliiiiii.
Diantaranya QS. an Nisa: 59, QS. An Nisa: 56, QS. an Nisa: 80, QS. al Maidah: 92, QS. al Anfal: 24, An Nur: 54, QS. al Ahzab: 36, QS. al Hasyr: 7, dan ayat-ayat yang senada dengannya.
Ayat-ayat yang saya sebutkan itu adalah ayat-ayat untuk taat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Perintah dari Allah subhanahu wata’ala untuk taat kepada Rasulullah sama saja dengan perintah agar seorang istri taat kepada suaminya. Kenapa ???
Karena anda telah menyatakan: “Yang ada adalah taat kepada Allah”
Jadi kita harus taat kepada Allah ketika memerintahkan kita untuk mengikuti petunjuk RasulNya.
Karena Rasulullah memerintahkan Istri untuk taat kepada suaminya di banyak hadits. Anda bisa membaca kembali hadits-haditsnya pada artikel diatas. Dan Allah memerintahkan kita untuk taat kepada Rasulullah di banyak ayat dalam al Qur’an. Hingga Imam Ahmad rahimahullah mengatakan 33 ayat dalam al Quran memerintahkan taat kepada Rasulullah. Dan Ibnu taimiyah mengatakan hampir 40 ayat. Ini artinya jika seorang istri tidak taat kepada suaminya berarti ia tidak mau mendengar wejangan Rasulullah. Padahal Allah memerintahkan kita taat kepada Rasulullah di banyak ayat dari al Qur’an.
Semoga Allah memberi taufiq kepada kita untuk mentaati Allah dan RasulNya.
Saya setuju dengan penulis
Ye benar tuan penulis, saya setuju sagat2 kata2 tuan tu.