Sa’ad bin Abi Waqqash (meninggal tahu 55H) masuk Islam ketika umur beliau 17 tahun. Salah satu yang mengajaknya masuk Islam adalah Abu Bakar Ash Shiddiq. Ketika Ibunda Sa’ad mendengar bahwa anaknya masuk Islam, maka ibunda Sa’ad mogok makan, beliau tidak mau makan dan minum dengan harapan Sa’ad akan kembali meninggalkan agamanya. Ini karena ibunda beliau tahu persis bahwa Sa’ad bin Abi Waqqash sangat sayang kepada ibunya. Melihat tindakan yang dilakukan oleh ibunda tercinta, maka Sa’ad berkata:
“Ketahuilah Demi Allah wahai Ibundaku, seandainya engkau memiliki seratus nyawa, kemudian nyawa itu keluar satu persatu, maka tetap aku tidak akan meninggalkan agamaku ini sedikitpun. Jika ibu ingin makan, maka makanlah, dan jika ibu tidak menginginkannya maka tinggalkan makanan itu”
Lalu ibu Sa’ad bersumpah untuk tidak berbicara dengan anaknya sampai anaknya mau kufur kepada Allah dan meninggalkan Islam. Ibunda beliau lalu tidak mau makan dan tidak mau minum. Maka turunlah firman Allah ta’ala,
“Dan Kami wasiatkan kepada manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. al Ankabut: 8)
Tidak Mentaati Orang Tua Dalam Kemaksiatan
Allah ta’ala berfirman,
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” [QS. Luqman: 15]
Berkata Syeikh Abdurrahman Nashir Assa’di rahimahullah,:
Kalimat “Jangan kamu mengikutinya” maksudnya agar engkau tidak menganggap bahwa ketaatan mu itu termasuk berbuat baik kepada keduanya, karena hak Allah harus lebih dikedepankan dari hak siapapun
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam rangka durhaka kepada Allah” [HR. Tirmidzi]
Dalam Ayat ini Allah tidak berfirman “jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka duhkalah kepada keduanya” namun Allah berfirman, “Jangan mentaatinya” artinya mentaati mereka dalam melakukan kesyirikan tapi kamu harus tetap berbuat baik kepada keduanya. Karenanya Allah berfirman,
“dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik” [Lihat Taisir Kalimir Rahman: 649]
Kisah indah yang sarat dengan hikmah dan pelajaran. Selayaknya setiap kaum muslimin bisa mengambil hikmah dari kisah ini. Diantaranya:
- Wajibnya berbakti kepada kedua orangtua bagaimanapun kondisinya.
- Ketaatan kepada orangtua hanya dalam kebaikan saja, tidak boleh mentaati mereka dalam kemaksiatan.
- Mendahulukan ketaatan kepada Allah dibanding ketaatan kepada orangtua, karena hak Allah lebih diutamakan dari hak siapa saja.
- Hendaklah seorang muslim mempergauli orang tuanya dengan baik, walaupun orantuanya masih dalam kondisi mensyerikatkan Allah.
- Tidak putus asa dalam membimbing orangtua kepada kebenaran. Wallahu a’lam.
__________________________
Abu Ubaidillah Bambang Al Atsariy, Kompleks Tanwirus sunnah, Kab. Gowa, 04 Sya’ban 1438 / 30 April 2017