Setelah kaum Quraisy menyelesaikan ritual haji, maka mereka mulai memikirkan strategi untuk menghalangi dakwah yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Berikut beberapa strategi yang mereka gunakan:
Menyindir, menghina, mengejek, mendustakan, dan menertawakan.
Ini salah satu dari strategi mereka orang-orang kafir di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka menghina atau menyindir Rasulullah dan para sahabat beliau. Apa target mereka ?
Target mereka adalah melemahkan semangat para sahabat, menjatuhkan mental orang-orang yang mulai tertarik dengan Islam, dan menghilangkan semangat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam berdakwah. Nabi diejek dan ditertawakan serta dikatakan sebagai orang gila.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam al Qur’an,
Mereka berkata: “Hai orang yang diturunkan Al Qur’an kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila” (QS. Al Hijr: 6)
Nabi juga dituduh sebagai tukang sihir, sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla,
“Dan orang-orang kafir berkata: “Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta” (QS. Shad: 4)
Ketika berpapasan dengan Rasulullah, maka mereka memandang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan ejekan mata penuh kebencian dan dendam.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al Qur’an dan mereka berkata: “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila” (QS. Al Qalam: 51)
Demikianlah kondisi Rasulullah dalam menghadapi orang-orang Quraisy yang menolak dakwah beliau. Sehingga ini membuat kita melihat betapa belum seberapa cobaan Allah terhadap kita yang mendakwahkan, menyebarkan, dan mengamalkan sunnah-sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Pencemaran nama baik.
Cara selanjutnya yang dilakukan orang-orang Quraisy dalam mengahalangi dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah dengan menjatuhkan nama baik beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Tentunya mereka juga mencemarkan ajaran yang dibawa oleh Nabi dengan pernyataan-pernyataan yang mendeskriditkan Nabi dan ajarannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
Dan mereka berkata: “Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang” (QS. Al Furqan: 5)
Dalam ayat ini Allah menyebutkan tentang ucapan orang-orang Quraisy yang menganggap al Qur’an seperti dongeng yang diceritakan dan tidak memiliki nilai kebenaran. Sebagaimana disebutkan dalam ayat sebelumnya dari surah al Furqan,
Dan orang-orang kafir berkata: “Al Qur’an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad, dan dia dibantu oleh kaum yang lain”; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezhaliman dan dusta yang besar” (QS. Al Furqan: 4)
Dalam ayat lain disebutkan pencemaran orang Quraisy terhadap perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
Dan mereka berkata: “Mengapa Rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar?” (QS. Al Furqan: 7)
Demikianlah tindakan orang Quraisy dengan semangat pantang menyerah dalam rangka menghalangi dakwah yang suci ini.
Tentu kisah ini sedikit menghibur kita dalam menghadapi tindakan sebagian orang yang mencemarkan dakwah yang agung ini. Dakwah kepada sunnah Rasulullah yang terkadang dikonotasikan dengan nama dan gelar-gelar yang buruk. Seperti ucapan sebagian orang yang menyebut dakwah sunnah dengan nama Wahabi, kolot, tidak mengikuti perkembangan zaman, ekstrim, teroris, dan gelar-gelar lainnya yang banyak berseliweran di tengah-tengah kaum muslimin.
Maka bersabarlah kalian wahai pengikut sunnah dan lihatlah bahwa nabi kalian lebih berat lagi hinaan yang dituduhkan kepada beliau. Ingatlah sabda Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Akan datang suatu zaman, dimana orang yang sabar berpegang kepada agamanya pada waktu itu seperti orang yang memegang bara api” (Shahih al Jami’ nomor: 8002 dan As Shahihah nomor: 957)
Menghalagi orang agar tidak mendengarkan al Qur’an.
Cara ini dilakukan oleh kaum Quraisy dalam rangka menjauhkan manusia dari wahyu Allah. Mereka membuat tandingan-tandingan berupa kisah-kisah atau dongeng-dongeng terdahulu untuk menyibukkan manusia dengan dongeng-dongeng itu dan tidak mendengarkan al Qur’an. Hingga ada diantara mereka yang bernama An Nadhar bin al Harits belajar dongeng dari negeri Persia. Lalu ia ceritakan dongengnya itu kepada manusia supaya mereka tertarik dan tidak terpengaruh dengan bacaan al Qur’an yang Nabi bacakan.
Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membimbing manusia untuk mengenal Allah dan menjelaskan tentang hari akhir, maka An Nadhar bin al Harits mendekati mereka dan mengatakan bahwa ia memiliki sesuatu yang lebih baik dari apa yang dibawa oleh Muhammad.
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa An Nadhar bin al Harits membeli seorang budak wanita. Kemudian setiap kali ia mendengar bahwa ada orang yang tertarik dengan Islam, maka ia menggandeng orang tersebut menuju budaknya dan An Nadhar bin al Harits berkata: “Wahai budakku hidangkan makanan dan bernyanyilah untuknya. Karena itu lebih bagus dari apa yang ditawarkan oleh Muhammad”.
Setelah itu turunlah firman Allah,
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan” (QS. Luqman: 6) (Lihat Kitab ar Rahiqum Makhtum hal. 83-84)
Hikmah
Kisah ini memberi kita pandangan bahwa tantangan yang dihadapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah ringan. Namun amat berat sebagaimana yang beliau sabdakan bahwa cobaan yang paling berat yang Allah berikan adalah kepada para Nabi. Dalam kesendirian dan teman yang minoritas, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengajak menusia mengenal Allah dan hari akhir. Dalam kondisi mereka masih asing terhadap ajaran Rasulullah, sehingga kemungkian ajaran itu ditolak sangatlah besar.
Apalagi orang-orang Quraisy menggunakan strategi yang mampu mematahkan semangat orang yang baru kenal dengan Islam untuk berpaling dari kebenaran. Syahwat (hawa nafsu) dan syubhat (kerancuan berfikir) dijadikan sarana jitu mereka untuk menghalangi dakwah Rasulullah dan orang-orang yang beriman. Ternyata kesabaran Nabi dalam berdakwah akhirnya menuai hasil sebagaimana yang kita rasakan sekarang ini. Walhamdulillah
______
Makassar, menjelang siang di kantor Madrosah Sunnah 23 Oktober 2017 | Bambang Abu Ubaidillah al Atsariy | AbuUbaidillah.Com
