“Sombong” itulah kata yang yang pantas untuk orang yang selalu merasa diatas dari yang lainnya. Baik dalam masalah harta, kedudukan, bahkan ilmu. Kita sering dapati di tengah-tengah masyarakat kita orang-orang seperti ini. Kalau ia bicara seakan-akan tidak ada lagi orang yang lebih tiggi dari dia. Lalu apa makna sombong menurut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ?
Makna Kesombongan
Dalam sebuah riwayat disebutkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sifat sombong walau sebesar biji sawi. Lalu ada sahabat yang berkata: “Sungguh ada seseorang yang senang kalau baju dan sandalnya bagus (ya Rasulullah)” Baliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:”Allah itu indah dan menyenangi yang indah. Sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia” [HR. Muslim no. 91, Abu Dawud no. 4091, Tirmidzi no. 1998, Ibnu Majad no. 59, dan Ahmad no. 3644]
Jika kita perhatikan hadits diatas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa kesombongan hakiki memiliki dua sifat, yaitu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.
Imam Nawawiy rahimahullah berkata: “Hadits ini disebutkan berkaitan dengan larangan berbuat sombong yang sebagaimana yang kita ketahui. Yaitu merasa lebih tinggi dari orang lain, meremegkan mereka dan menola kebenaran” [Syarh an Nawawiy ‘Ala Muslim: 2/91]
Untuk Siapa Surga Dicipta ?
Tidak semua orang bisa masuk surga dan menikmati keindahan di dalamnya. Karena Allah menyediakan surga untuk orang-orang yang tidak menginginkan ketinggian di muka bumi dan pula menginginkan kerusakan.
Allah ta’ala berfirman,
“Itu adalah negeri akhirat yang Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menginginkan kesombongan dan tidak pula berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al Qashash: 83)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya: “Allah ta’ala mengabarkan bahwa negeri akhirat dan kenikmatan yang tidak akan sirna disana dijadikan oleh Allah untuk hamba-hambaNya yang beriman serta tawadhu. Mereka adalah orang-orang yang tidak menginginkan ketinggian di muka bumi. Artinya ia tidak merasa lebih tinggi dari orang lain, atau merasa lebih besar dan meyombongkan dirinya. Tidak pula menginginkan kerusakan di tengah-tengah mereka. Sebagaimana kata Ikrimah rahimahullah: “Ketinggian yang dimaksud adalah kesombongan” [Tafsir Ibnu Katsir, Cet. Dar Thayyibah juz. 6 hal. 258]
Satu Ayat Untuk Semua
Satu ayat berikut ini menyebutkan pembagian manusia menjadi 4 golongan.
Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah: “Manusia itu ada 4 golongan:
Golongan pertama adalah orang yang ingin lebih tinggi dari orang yang lain dan membuat kerusakan di bumi. Itu adalah perbuatan maksiat kepada Allah. Mereka itu adalah raja-raja dan para pemimpin yang membuat kerusakan seperti Firaun dan bala tentaranya mereka adalah makhluk paling jelek di muka bumi.
Golongan yang kedua adalah mereka yang menginginkan kerusakan namun tidak menginginkan ketinggian seperti para pencuri dan orang-orang yang berbuat dosa dari orang-orang rendahan.
Golongan yang ketiga adalah mereka yang menginginkan ketinggian namun tidak menginginkan kerusakan seperti orang yang memiliki suatu agama lalu dia memiliki tujuan untuk mencapai ketinggian dan merasa lebih tinggi dari yang lain.
Golongan keempat adalah Ahli Surga yaitu orang-orang yang tidak menginginkan ketinggian di muka bumi dan tidak pula menginginkan kerusakan, padahal sebenarnya mereka telah menjadi orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari yang lainnya, sebagaimana Allah ta’ala berfirman,
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Ali Imran: 139)
Dan juga Allah ta’ala berfirman,
“Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah pun bersamamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu” (QS. Muhammad: 35)
Juga Allah ta’ala berfirman,
Padahal kemulyaan itu hanyalah milik Allah, milik Rasul-Nya dan orang-orang mukmin” (QS. Al Munafiqun: 8) [Lihat Majmu’ Fatawa (28/392)]
Semoga kita bisa mengambil faidah dari ucapan beliau rahimahullah, dan bisa menjadi orang-orang yang tidak mengingin ketinggian di muka bumi dan tidak pula membuat kerusakan untuk meraih nikmatnya syurga.
___________
Selesai artkel ini di pagi yang cerah | Makassar, 16 Sya’ban 1438 H / 13 Mei 2017 | Abu Ubaidillah al Atsariy