Keutamaan PuasaPuasa bukan syariat tanpa tujuan. Seorang yang meninggalkan makan, minum, dan semua pembatal puasa kemudian tidak ada atsar atau pengaruh yang didapatkan selain itu. Puasa sebagai syariat yang Allah turunkan kepada nabi Muhammad dan Nabi-Nabi sebelum beliau memiliki banyak keutamaan dan manfaat. Diantara keutamaan puasa adalah,
Balasan Pahala Tak Terhingga
Dalam hadits Qudsi dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Allah ta’ala berfirman,
“Semua amalan manusia menjadi milik manusia kecuali puasa, puasa itu milik Ku dan Aku yang akan memberi ganjarannya. Puasa adalah tameng, apabila tiba saat hari puasa salah seorang kalian, maka jangan berkata keji, jangan pula bersuara gaduh. Jika ada yang mencelanya atau mengganggunya hendaklah ia katakan: “aku sedang berpuasa” (HR. Bukhari nomor 1904 dan Muslim nomor 1151)
Hadits ini menerangkan tentang keutamaan pahala puasa Allah rasiakan. Berkata Imam Ibnu Rajab al Hambali rahimahulla ketika mengomentari hadits ini,
“Seluruh amalan dilipat gandakan pahalanya menjadi 10 kali sampai 700 kali lipat, kecuali puasa yang tidak terbatas kelipatannya pada jumlah tersebut. Namun Allah melipat gandakan pahala puasa menjadi banyak tanpa batas. Karena puasa termasuk dari jenis kesabaran. Allah ta’ala berfirman,
“Allah memberi pahala pada kesabaran dengan pahala yang tidak bisa dihitung” (QS. Az Zumar: 10) (Lathaif al Ma’arif: 283-284)
Memperoleh 2 Kebahagiaan
Setiap orang ingin bahagia, karena tidak ada seorang pun yang ingin menderita. Ternyata di dalam puasa Allah subhanahu wata’ala menanamkan kebahagiaan bagi mereka yang menjalankan ibadah puasa. Ini sebagaimana disebutkan di dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Dan bagi orang yang berpuasa ia mendapatkan dua kebahagiaan, kebahagiaan ketika ia berbuka karena ia bahagia dengan berbukanya, dan kebahagiaan ketika ia bertemu dengan Rabbnya tabaaraka wa ta’ala maka ia bahagia dengan puasa yang telah ia lakukan” (HR. Bukhari nomor 1904 dan Muslim nomor 1151)
Kebahagiaan seorang muslim ketika berbuka itu karena dalam satu hari ketika dia merasakan lapar dia ingin untuk bisa mengisi perutnya. Dan ketika Adzan berkumandang, waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya pun tiba. Di situlah dia merasakan bahagia yang dia tidak rasakan sebelumnya. Adapun bahagia bertemu dengan Rabbnya adalah ketika dia berada di akhirat dan dia sangat membutuhkan pahala dan amal kebaikan pada saat itu dari amalan yang dia lakukan ketika berada di dunia. Kemudian ia dapatkan pahala puasa di mana Allah subhanahu wata’ala melipat gandakan pahala puasa dengan kelipatan yang tidak terhitung, maka disitulah ia merasakan kebahagiaan yang tidak terkira.
Bau Mulut Orang Puasa Harum Di Sisi Allah
Orang puasa bau mulutnya lebih harum dari harumnya minyak wangi misik di sisi Allah. Ini merupakan keutamaan yang Allah berikan kepada hambaNya yang berpuasa. Kita bisa lihat keterangan hal tersebut dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
“Dan demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah Azza wa Jalla pada hari kiamat dibanding bau minyak wangi Misik” (HR. Bukhari nomor 1894 dan Muslim nomor 1151)
Bau mulut orang yang berpuasa namun harum di sisi Allah memiliki 2 makna menurut Ibnu Rajab al Hambali rahimahullah dalam kitabnya Lathaif al Ma’arif yaitu
- Ketika puasa yang dilakukan oleh seorang hamba itu bersifat rahasia antara dia dengan Rabbnya di dunia, maka Allah subhanahu wata’ala menampakkan hal tersebut diakhirat di hadapan makhluk Nya. Supaya nampak bahwa ia termasuk dari orang yang suka berpuasa. Ini sebagai balasan dia menyembunyikan puasanya di dunia.
- Makna yang kedua bahwa siapa yang beribadah kepada Allah dan mentaati nya lalu mencari ridha Allah di dunia dengan amalan yang ia lakukan, kemudian muncul efek yang tidak disukai dari amalan kebaikannya itu, maka hakikatnya itu tidak buruk di sisi Allah, bahkan sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah supaya ia bersemangat dalam menjalankan ketaatan kepadaNya. (Dari kitab Lathaif al Ma’arif secara ringkas)
Ada Pintu Di Surga Khusus Untuk Orang Puasa
Allah menyediakan pintu di dalam surga khusus untuk orang yang berpuasa yang tidak akan masuk ke dalam pintu tersebut selain mereka sebagaimana disebutkan dalam Hadis yang diriwayatkan dari sahabat Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pintu yang diberi nama Ar Rayyan. Masuk dari pintu tersebut orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat. Tidak akan masuk dari pintu itu bersama dengan mereka seorang pun selain mereka. Jika orang terakhir dari mereka yang berpuasa telah masuk maka pintu itu ditutup dan tidak akan masuk melalui pintu itu seorang pun” (HR. Bukhari nomor 1896 dan Muslim nomor 1152).
Dijauhkan Wajah Orang Puasa Dari Neraka
Diantara keutamaan orang yang berpuasa adalah apa yang disebutkan dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Said al Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Tidaklah seorang hamba berpuasa pada suatu hari fii sabilillah (di jalan Allah), kecuali dengan puasanya itu Allah akan menjauhkan wajahnya pada hari tersebut dari api neraka sejarak 70 kharif” (HR. Bukhari nomor 2840 dan Muslim nomor 1153)
Berpuasa di jalan Allah maksudnya ia berpuasa dengan niat ikhlash mengharap wajah Allah sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hajr dalam Fath al Bari menukil ucapan Imam al Qurthubi.
Sedangkan makna Kharif sebagaimana disebutkan Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim nomor hadits 1153 bahwa yang dimaksud dengan 70 kharif adalah perjalanan 70 tahun (al Minhaj Syarh Shahih Muslim)
Penghalang Dari Api Neraka
Satu di antara keutamaan puasa adalah bahwa puasa itu tameng atau penghalang dari api neraka. Ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,
“Puasa adalah Tameng” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kemudian dalam riwayat Imam Ahmad dan Imam an Nasa’I dari hadits Utsman bin Abi al ‘Ash radhiyallahu ‘anhu dia berkata:
“Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Puasa adalah tameng dari api neraka seperti tameng salah seorang diantara kalian agar terjaga dari pembunuhan (dalam peperangan -pent-)” (Hadits ini dishahihkan oleh Albani dalam Shahih at Targhib nomor 967)
Menghapus Dosa Dan Kesalahan
Syariat Islam menetapkan bahwa salah satu dari keutamaan puasa adalah menghapuskan dosa-dosa sebagaimana disebutkan dalam hadits Khudaifah ia berkata bahwa Umar radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Siapa diantara kalian menghafal hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang fitnah ?”
Kata Khudzaifah: “Saya, saya menghafalnya sebagaimana yang Nabi sabdakan” Umar berkata:
“Kemarilah..engkau memang pemperani, bagaimana haditsnya
Khudzaifah berkata:
“Ujian dosa seseorang pada keluarganya, harta, dan tetangganya akan dihapuskan oleh shalat, puasa, dan sedekahnya, serta amar ma’ruf dan nahi munkar yang ia lakukan” (HR. Bukhari nomor 525 dan Muslim nomor 144 )
Puasa Memberi Syafaat
Banyak diantara kaum muslimin mengharapkan syafa’at pada hari kiamat, ketika tidak ada yang bisa menolong kecuali Allah subhanahu wa ta’ala. Puasa adalah satu di antara amalan yang akan memberikan syafaat kepada orang yang berpuasa.
Disebutkan dalam hadits Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Puasa dan Al Qur’an keduanya akan memberikan syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata : “Wahai Rabbku, aku telah mencegahnya untuk makan, minum dan menunaikan syahwat pada siang hari, maka berilah kewenangan kepadaku untuk memberikan syafa’at kepadanya.’ Dan Al-Qur’an berkata : “Wahai Rabbku, Aku telah menahannya dari tidur pada malam hari, maka berilah kewenangan kepadaku untuk memberikan syafaat kepadanya.” Maka puasa dan AlQuran itu memberi syafa’at kepada hamba tersebut”. (HR. Ahmad 2/174 dan dishahihkan oleh al Albani dalam Shahih at targhib nomor 969).
Makassar, 22 Sya’ban 1442/05 April 2021
Bambang Abu Ubaidillah