Nikmat Allah sangatlah banyak dan tak terhitung. Nikmat demi nikmat berlalu dihadapan kita tanpa pernah kita syukuri dan anggap itu sebagai anugrah besar yang tak ternilai. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka itu datang dari Allah” (QS. An Nahl: 53)
Diantara nikmat besar adalah harta yang Allah berikan kepada kita. Walau di dalam al Qur’an Allah sebutkan harta selain sebagai nikmat juga sebagai ujian bagi manusia. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu adalah ujian dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” (QS. Al Anfal: 28)
Harta dan anak sebenarnya adalah nikmat besar karena tidak semua orang diberikan nikmat ini. Namun ini juga ujian bagi manusia, dimana mereka diuji apakah mereka bisa mensyukuri nikmat tersebut atau malah semakin bangga dan lupa kepada Allah. Dan ternyata harta merupakan ujian paling berat umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda,
“Sungguh setiap umat itu punya ujian, dan ujian bagi umatku adalah ujian harta” (HR. Tirmidzi nomor 2336 dan Ahmad nomor 17471)
Maksud hadits ini bahwa harta bisa melalaikan umat Islam dari ketaatan kepada Allah ta’ala lalu memilih untuk berma’siyat kepadaNya. Bahkan terkadang orang yang diberi harta dengan terang-terangan melanggar perintah dan larangan Allah ta’ala.
Harta yang kita miliki berupa uang, makanan, minuman, pakaian, dan lainya merupakan sarana yang akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah. Allah subhanahu wata’ala akan bertanya kepada kita tentang harta yang kita miliki. Dari mana kita dapatkan dan untuk apa digunakan. Jadi bukan sekedar kita berhati-hati dari mana kita dapatkan harta kita, namun juga harus berhati-hati kemana harta tersebut digunakan.
Jangan Mubadzdzir
Tahukan anda apa itu mubadzdzir ? secara sederhana kita bisa katakan bahwa mubadzdzir itu menggunakan harta melebihi kebutuhannya atau menyia-nyiakan harta. Perbuatan ini sangat dikecam di dalam Islam karena hal tersebut merupakan langkah-langkah syaithan yang harus dijauhi. Di dalam al Qur’an disebutkan,
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithan dan syaithan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya” (QS. Al Isra’: 26-27)
Allah ta’ala juga berfirman,
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (QS. Al A’raf: 31)
Ayat-ayat diatas dan ayat lain yang semakna dengannya menerangkan bagaimana bahayanya perbuatan boros terhadap harta. Ujung-ujungnya adalah kebencian Allah ta’ala dan kemurkaanNya. Imam Ibnu Katsir rahimahullah menukil ucapan Imam Bukhari dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: “Makanlah sesukamu, berpakaianlah sesukamu, selama engkau tidak terjemus dalam 2 perkara yaitu berlebihan dan menyombongkan diri.
Silahkan setiap orang untuk makan, minum, berpakaian, dan lain-lain dengan memanfaatkan nikmat Allah ta’ala, namun jangan sampai berlebih-lebihan di dalamnya jangan pula sombong.
Dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,
“Makanlah, bersedakahlah, dan pakailah pakaian tanpa berlebihan dan sombong” (HR. An Nasa’i nomor 2559, Ibnu Majah 3605, Ahmad nomor 6696, 6708)
Dalam hadits lain disebutkan bahwa Allah ta’ala membenci perbuatan mensia-siakan harta. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sungguh Allah ridha pada kalian 3 perkara dan benci 3 perkara. Ridha kepada kalian agar kalian beribadah kepada Allah dan tidak menduakanNya dengan sesuatu, berpegang teguh dengan tali Allah, dan tidak berpecah belah. Dan Allah membeci bagi kalian 3 perkara, yaitu berita burung (berita tidak jelas), banyak meminta-minta, dan mensia-siakan harta” (HR. Muslim nomor 1715 dari Abu Hurairah)
Satu diantara perkara yang Allah benci adalah mensia-siakan harta. Maka janganlah hartamu menjadi bumerang bagimu di dunia dan akhirat. Namun jadikanlah nikmat ini sebagai pemberat timbanganmu di akhirat dengan menggunakan harta tersebut sebagai alat untuk kebaikan yang Allah ridhai.
Agar Kita Tidak Boros
Bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk kita berlatih tidak boros menggunakan harta. Makan secukupnya, minum secukupnya dan berpakaian secukupnya. Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam adalah contoh terbaik dalam kesederhanaan beliau di bulan Ramadhan yang selayaknya dicontoh oleh mereka yang benar-benar mencintai beliau dan ingin mendapat syafaat beliau. Lihatnya riwayat berikut, sebuah hadits yang diriwayatkna oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang selama 10 tahun menemani dan membatu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Anas bin Malik bertutur,
“Rasululah biasa berbuka dengan beberapa butir kurma muda sebelum beliau shalat, jika tidak ada kurma muda beliau berbuka dengan beberapa butir kurma yang sudah matang. Jika kurma matang juga tidak ada maka beliau hanya meminum beberapa teguk air” (HR. Abu Dawud nomor 2356 dan Daruquthni nomor 240 dan hadits ini dihasankan oleh syeikh Muhammad Nashiruddin al Albani)
Anda para pembaca bisa menelaah bagaimana sederhannya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam di bulan Ramadhan. Tidak menjadikan Ramadhan sebagai bulan foya-foya, makan enak, minum enak tanpa perduli dengan hakikat disyariatkannya puasa yaitu untuk menahan hawa nafsu. Jadi bulan Ramadhan ini adalah bulan untuk semakin sederhana, hemat, dan menggunakan harta untuk membatu saudara-saudara kita yang membutuhkan. Bukankah sangat indah jika kita bisa menghemat dan tidak boros di bulan Ramadhan lalu kita gunakan sebagian harta kita untuk membatu sesama yang membutuhkan ?.
Iya ! lalukan itu semua, maka di akhirat nanti anda akan tersenyum dengan amalan yang terus mengalir dari amal jariyah kita, Wallahu a’lam.
____________
Ditulis oleh Bambang Abu Ubaidillah al Atsariy pada 04 Ramadhan 1441 (2020) | Abu Ubaidillah Com