Bergembira dengan datangnya waktu-waktu kebaikan dan ketaatan serta bersedih dengan berlalu dan hilangnya waktu-waktu ketaatan adalah perkara utama yang disepakati oleh para pendahulu ummat ini. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan“[QS. Yunus: 58]
Berkata Hilal bin Yasaf : maksudnya adalah “Gembira dengan Islam dan Qur’an” [Tafsir ath Thabari: 7/125]
Kegembiraan yang dimaksudkan disini adalah kebahagiaan yang bersifat abadi, hakiki, dan perkara yang memiliki nilai yang tinggi. Bukan sekedar bahagia dengan sesuatu yang sifatnya duniawi seperti harta, wanita, dan jabatan.
Diantara kegembiraan yang hendaklah dimunculkan dari sanubari seorang Muslim adalah kebahagiaan akan hadirnya bulan Ramadhan. Bulan yang penuh berkah, pahala, dan kebaikan. Bulan dimana seseorang diwajibkan melaksanakan ibadah puasa yang merupakan salah satu dari rukun Islam. Artinya masih bagian dari Islam yang kita disyari’atkan untuk bergembira dengannya.
Berkata Imam Ibnu Rajab al Hambaliy rahimahullah: “Mendapati bulan Ramadhan dan mampu berpuasa pada bulan itu adalah nikmat yang sangat besar. Allah berikan kepada orang yang diberikan kemampuan oleh Allah ‘azza wa jalla (untuk menjalankannya). Ini ditunjukkan oleh hadits tentang tiga orang, dimana dua dari mereka mati syahid, kemudian yang ketiga meninggal diatas pembaringan, setelah meninggalnya dua temannya. Dan diperlihatkan dalam mimpi bahwa satu orang ini mendahului dua temannya (masuk ke dalam syurga). Nabipun bersabda: “Bukankah setelah meninggalnya kedua temannya ia melakukan ini dan ini ? ia shalat, mendapati Ramadhan dan berpuasa ? maka demi Dzat yang jiwaku ada ditangn-Nya, sungguh jarak antara keduanya lebih jauh dari langit dan bumi” [HR. Ahmad (2/333), Ibnu Majah (3925), hadits ini dishahihkan oleh al Albaniy dalam Shahih Sunan Ibnu Majah (3171)]
Keterangan Ibnu Rajab ini menunjukkan betapa besarnya kebaikan dalam bulan Ramadhan, betapa tinggi balasan dari dari Allah ‘azza wa jalla terhadap mereka yang menjalankan ibadah puasa dalam bulan tersebut. Sehingga selayaknya seorang Muslim bergembira dan bersuka ria dengan akan datangnya bulan Ramadhan.
Oleh karena itu, siapa yang dirahmati oleh Allah pada bulan Ramadhan, maka ia akan menjadi orang yang dirahmati. Demikian pula sebaliknya.
Dalam masalah ini sering kita mendengar hadits yang lemah yang berkaitan dengan keingginan seseorang agar satu tahun semuanya menjadi Ramadhan. Yaitu apa yang diriwayatkan dari Abu Mas’ud al Ghifariy radhiyallahu ‘anhu ia berkata: “aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda pada suatu hari ketika muncul hilal Ramadhan,
“Andai seorang hamba mengetahui apa yang ada dalam bulan Ramadhan, maka ummatku akan mengangankan satu tahun seluruhnya menjadi Ramadhan” [HR. Ibnu Khuzaimah (1886) dalam kitabus Shaum pada Bab penyebutan dihiasinya syurga karena bulan Ramadhan]
Dalam sanad hadits ini ada perawi yang bernama Jarir bin Ayyub al Bajali. Imam Bukhari berkata tentang orang ini dalam kitab at Tarikh al Kabir (2/215) ”Munkarul Hadits”. Demikian pula yang dikatakan oleh Imam Abu Zur’ah dan Imam Abu Hatim sebagaimana tersebutkan dalam kitab “al Jarhu wat Ta’dil (2/503). Yahya bin Ma’in berkata: “Jarir bin Ayyub al Bajali tidak dianggap”. Sehingga hadits diatas dilemahkan oleh para ulama ahli hadits.
Namun bukan berarti tidak ada orang yang mengangankan seperti itu. Karena memang jika seseorang tahu bagaimana Allah memberikan keutamaan di bulan itu, semisal pahala yang berlipat, Lailatul Qadr, Shalat Tarawih, Qira’atul Qur’an dan lain-lain, maka tentu seseorang ingin agar bulan Ramadhan terus bersamanya. Akan nampak kesedihan dan duka di mata orang-orang yang ditinggalkan oleh Ramadhan. Kesedihan nampak bersama datangnya awal bulan Syawal. Oleh karenanya hendaklah seorang muslim tidak meremehkan kedatangan bulan agung Ramadhan, bulan ibadah dan ketaatan. Berlomba dalam kebaikan dan saling mendahului. Allah ta’ala berfirman,
“Dan hendaklah dalam perkara itu orang-orang berlomba saling mendahului” [QS. Al Muthaffifin: 26]
Mari berlomba dan bergembira dalam menyambut bulan Ramadhan.
______
Selesai disusun oleh Bambang Abu Ubaidillah Makassar pada 15 sya’ban 1437 / 22 Mei 2016 di Kompleks Tanwirus Sunnah Kab. Gowa -Sulawesi Selatan-