Agama ini adalah ilmu dan bukan prasangka, duga-duga, atau perkiraan. Agama diambil dari al Qur’an dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana yang dipahami oleh murud-murid beliau, yaitu para sahabat radhiyallahu ‘anhum, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Orang berbicara tentang Islam tanpa ilmu adalah orang yang telah melakukan dosa besar bahkan lebih bahaya dari kesyirikan. Coba perhatikan ayat berikut.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mensyerikatkan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui”. [QS. Al A’raf: 33]
Berkata Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah: “Dalam ayat ini Allah mengurutkan perkara-perkara haram menjadi 4 tingkatan. Allah mulai dari perkara haram yang paling ringan yaitu perbuatan yang keji kemudian dosa yang lebih berat lagi dari itu, yaitu dosa dan kedhaliman kemudian tingkatan ketiga lebih besar lagi dosanya yaitu menyerikatkan Allah, dan urutan keempat lebih besar lagi dosanya dari semua itu, dia adalah berkata tentang Allah apa yang ia tidak ketahui (ilmunya)” [I’lamul Muwaqi’in: 1/31]
Bahayakan berbicara tanpa ilmu ?
Ini adalah motivasi bagi kita agar berhati-hati dalam menjelaskan agama dan tidak mengambil penjelasan agama kecuali dari sumber yang otentik berdasar al qur’an dan Sunnah Rasulullah ‘alaihish shalatu wassalam.
Abu Ubaidillah al Atsariy | 9 Dzulqa’dah 1437 H / 11 agustus 2016