Dakwah itu susah dan banyak rintangan. Tak mudah orang menjalani jalan dakwah, karena disana banyak aral melintang bak gunung menghadang di depan mata. Namun di balik itu dakwah memiliki mutiara-mutiara yang bisa diraih oleh mereka yang berjalan diatasnya. Dakwah adalah amalan yang mulia yang memiliki kedudukan di dalam Islam. Sebuah aktivitas mengajak manusia kepada jalan Allah -Ta’ala- dan rasul-Nya Muhammad –shallallahu ‘alaihi wasallam-. Karena berdakwah adalah tonggak kejayaan Islam dan kaum muslimin. Tidak bisa dipungkiri bahwa dakwah adalah sebab tersebarnya ajaran Islam. Dakwah adalah tugas utama para rasul yang diutus oleh Allah -Ta’ala- ke muka bumi. Diantara para rasul yang gigih dalam berdakwah adalah nabi kita Muhammad –shallallahu ‘alaihi wasallam-. Allah -Ta’ala- berfirman dalam al Qur’an :
“Dia-lah Allah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul dari kalangan mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah. Walaupun mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (QS. Al Jum’ah: 2)
Ayat ini menggambarkan bagaimana seorang rasul yang bernama Muhammad bin Abdillah –shallallahu ‘alaihi wasallam- di utus di tengah orang-orang Arab yang ‘ummi’ yaitu mereka yang tidak mampu menulis dan membaca. Tentu tidak mudah berdakwah ditengah manusia yang mayoritasnya buta huruf. Ini menunjukkan kegigihan beliau –shallallahu ‘alaihi wasallam- dalam berdakwah kepada ummatnya. Lalu apa yang beliau lakukan ?
Beliau membacakan ayat-ayat Allah -Ta’ala- yaitu al Qur’an, karena al Qur’an adalah petunjuk untuk bahagia, petunjuk untuk selamat, dan petunjuk menuju syurga. Lalu beliau mensucikan mereka dengan mendorong mereka berakhlak yang terpuji, menjelaskan akhlak itu secara rinci, dan menjauhkan mereka dari akhlak tercela [Taisir kalimirrahman: 862].
Selain itu Beliau –shallallahu ‘alaihi wasallam- juga mengajarkan al Qur’an dan sunnah yang dibahasakan dalam al Qur’an dengan ‘Al-Hikmah’. Dengan dakwah itulah Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- berhasil menjadikan orang-orang yang dahulu adalah penyembah berhala, berada dalam kesesatan yang nyata menjadi manusia-manusia terbaik, imam-imam dalam kebaikan yang berakhlak mulia, serta diangkat derajat mereka di atas manusia-manusia yang lain.
Demikian usaha Rasulullah dalam memperbaiki umat yaitu berdakwah dengan lisan dan perbuatan Beliau.
Oleh karena itu umat yang terbaik adalah mereka yang terbaik dakwahnya. Yang paling bersemangat memperbaiki umat dengan memerintahkan mereka berbuat kebaikan dan melarang mereka berbuat kemungkaran. Sebagaimana Allah -Ta’ala- berfirman:
“Kalian adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyeru kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah” (QS. Ali Imran: 110)
Berkata seorang ahli tafsir Ahmad bin Musthafa al Maraghi (wafat 1371 h),“kalian adalah sebaik-baik umat yang ada sekarang, karena kalian memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, kalian juga beriman dengan keimanan yang jujur yang pengaruhnya nampak pada diri-diri kalian sehingga semua itu mencegah kalian dari kejelekan dan mengantarkan kalian kepada kebaikan. Adapun umat selain kalian telah dikuasai oleh kejelekan dan kerusakan, karena mereka tidak memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran” [Tafsir al Maraghi: 4/29]
Itulah keutamaan dakwah dalam umat ini. Dengan dakwah, maka terciptalah kebaikan-kebaikan dan sebaliknya dengan meninggalkan dakwah maka rusaklah umat, dan hilanglah petunjuk Ilahi.
Diantara keutamaan dakwah yang lain adalah bahwa orang yang berdakwah akan mendapatkan pahala sama dengan orang yang mengikuti dakwahnya. Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda dari shahabat Abu Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amir al Anshariy –radhayallahu ‘anhu-: “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, mak ia akan mendapatkan pahala semisal dengan pahala orang yang mengikutinya”(HR. Muslim)
Bayangkan wahai pembaca, bagaimana keutamaan dakwah kepada Allah -Ta’ala- ini. Jika seorang da’i mengajak kepada sepuluh orang lalu ada 4 orang mengikuti nasehatnya, maka ia mendapatkan kebaikan dan pahala setara dengan empat orang yang mengikuti nasehatnya. Subhnallah alangkah besar keutamaan dakwah bagi kaum muslimin, baik bagi orang yang berdakwah ataupun bagi orang yang didakwahi.
Hadits yang lain yang juga menjelaskan tentang keutamaan dakwah adalah hadits dari Abu Hurairah –radhayallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada petunjuk, maka ia akan mendapatkan pahala sama dengan pahala orang yang mengikutinya dan itu tidak mengurangi pahala orang tersebut sedikitpun, dan barangsiapa yang menujukkan kepada kesesatan, maka ia akan mendapatkan dosa setara dengan dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa orang yang mengikutinya sedikitpun” (HR. Muslim)
Dalam menjelaskan hadits ini Imam Nawawi –rahimahullah- berkata: “hadits ini memberi motivasi tentang disunnahkannya memberi contoh dalam perkara yang baik dan diharamkannya memberi contoh dalam hal yang buruk” [Syah an Nawawi ‘ala Muslim: 16/226]
Orang yang berdakwah kepada Allah -Ta’ala- berhak mendapatkan pahala dari orang yang mengikutinya. Dan pahala itu akan terus mengalir sampai hari kiamat selama masih ada orang yang mengikuti dakwahnya. Demikian besar pahala orang yang berdakwah, sehingga layak bagi setiap muslim untuk berusaha mengajak kepada kebaikan sesuai dengan yang ia sanggupi. Bagi mereka yang tidak mampu berbicara di depan podium, maka bisa saja ia membatu proses terlaksananya kegiatan dakwah. Mungkin dengan ide, pemikiran, tempat, atau dengan hartanya. Maka orang tersebut akan mendapat keutamaan dakwah sebagaimana orang yang berdakwah.
Dan bagi mereka yang mengajak kepada kebaikan dengan dakwah, maka ia juga akan mendapatkan keutamaan dakwah berupa do’a dari dari makhluk-makhluk Allah -Ta’ala- .
Disebutkan dari Abu Umamah al Bahiliy –radhayallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam-
“Sungguh Allah, malaikat, penduduk langit dan bumi, hingga semut di lubangnya bahkan ikan di laut akan memberikan shalawat kepada orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia” (HR. Tirmidzi)
Makna shalawat Allah -Ta’ala- kepada makhluk-Nya adalah pujian Allah kepada mereka dihadapan para malaikat-Nya, sedangkan shalawat malaikat dan makhluk Allah -Ta’ala- yang lainnya adalah do’a mereka kepada orang yang mengajarkan kebaikan.
Semoga Allah -Ta’ala- memberikan kepada kita semangat untuk mengajak manusia kepada kebaikan dan mecegah mereka dari kemungkaran agar Allah -Ta’ala- memberikan kepada kita keutamaan dakwah di jalan Allah.
Abu Ubaidillah al Atsariy