Sebuah Kisah Dari Ubaidullah bin as Sariy rahimahullah ia berkata bahwa Ibnu Sirin berkata:
“Aku sungguh mengetahui dosa yang menyebabkan aku harus berhutang seperti ini. Aku pernah berkata kepada seseorang sejak 40 tahun yang lalu: “Wahai orang yang rugi”
Maka Ubaidullah bin as Sariy menceritakan hal tersebut kepada Abu Sulaiman ad Daraniy (meninggal tahun 205H) lalu Abu Sulaiman rahimahullah berkata
“Sedikit dosa mereka (salafus shalih) namun mereka mengetahui dari mana dosa itu datang, dan dosa-dosaku dan dosa-dosamu banyak namun kita tak mengetahui dari mana dosa-dosa itu datang” (Shif”h as Shafwah: 3/246)
Penjelasan Kisah
Setiap dari kita pasti memiliki dosa dan kesalahan yang tak mungkin kita bisa bersih darinya. Tapi Allah adalah Dzat yang Maha Pengampun, Ghafur, Tawwab (Maha Memberi taubat). Dalam hal dosa kita semua sama yaitu akan sering melakukan dosa.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Setiap manusia pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang yang bertaubat” [HR. Ahmad nomor 3/198, Tirmidzi nomor 2499, Ibnu Majah nomor 4251, Hakim (4/272)].
Namun yang menjadi masalah adalah ketika manusia memandang bahwa dosa yang ia lakukan nampak tidak berarti di matanya.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
“Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan ia duduk di sebuah gunung dan khawatir gunung tersebut akan menimpanya. Sedangkan seorang yang fajir (yang gemar maksiat), ia akan melihat dosanya seperti seekor lalat yang lewat begitu saja di hadapan batang hidungnya.” [Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6308]
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
“Sesungguhnya kalian mengerjakan amalan (dosa) di hadapan mata kalian tipis seperti rambut, namun kami (para sahabat) yang hidup di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggap dosa semacam itu seperti dosa besar.” [Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6492]
Ulama salaf mengatakan,
“Jangan melihat kepada kecilnya maksiat, akan tetapi lihatlah kepada agungnya Dzat yang engkau maksiati”
Suatu hari nanti ketika seorang yang melakukan dosa berdiri di hadapan Allah ta’ala, maka ia akan ketakutan dan menyesal melihat catatan amalannya sendiri.
Allah ta’ala berfirman,
“Dan diletakkanlah kitab itu, lalu kamu akan melihat orang-orang yang berdosa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis di dalamnya). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorangpun”. (QS. Al Kahfi: 45 )
Bahkan para salaf melihat dosa-dosa mereka dari perlakuan orang lain kepada mereka bahkan perlakuan hewan tunggangan mereka kepada mereka.
Berkata Fudhail bin Iyyadh rahimahullah
“Aku melakukan kesalahan kepada Allah, maka akupun mengetahui akibat maksiat itu dari perlakukan keledai tungganganku, pembantuku, istriku, bahkan tikus di rumahku” (Al Bidayah Wa an Nihayah: 10/215)
Demikianlah para salaf pendahulu kita dari kalangan para ulama yang sangat takut melakukan dosa sekecil apapun dan mereka meyakini bahwa dosa-dosa yang dilakukan akan membawa pengaruh kepada kehidupan mereka.
Faidah Kisah
Diantara faidah dan pelajaran yang bisa kita petik dari kisah ini adalah
- Rasa takut salafush shalih
- Dalamnya keilmuan penyebab utama rasa takut kepada Allah
- Para salaf menceritakan dan mengambil Ibrah dari pendahulunya
- Para ulama senantiasa menerima nasihat
- Kebiasaan orang terdahulu saling menyampaikan riwayat dan ilmu tentang akhirat
Makassar, 10 Rajab 1442 / 22 Februari 2021
Bambang Abu Ubaidillah al Atsariy