Tawakkal [ اَلتَّوَكُّلُ ]adalah menyandarkan diri dan urusan kepada Allah subhanahu wata’ala. Tawakkal adalah salah satu jenis ibadah kepada Allah dan tidak boleh diberikan kepada selain Allah. Seseorang tidak boleh menyerahkan urusan dan nasibnya kepada jimat-jimat, senjata, keris, cincin akik, batu, jin-jin, dan lain-lain. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman” [QS. Al Maidah: 23]
Disebutkan dalam kitab tafsir as Sa’di bahwa bertawakkal kepada Allah akan meringankan masalah dan mendatangkan pertolongan dari para musuh. Ini menunjukkan bahwa tawakkal adalah perkara yang wajib. Tawakkal ini akan berbanding lurus dengan keimanan seorang hamba. Semakin beriman seseorang, maka akan semakin tinggi tawakkalnya kepada Allah. Sehingga ia tidak khawatir dengan ejekan-ejekan orang dan celaan mereka.
Seorang mukmin akan terus bertawakkal hanya kepada Allah dan siapa yang tidak bertawakkal hanya kepada Allah, maka ia bukan seorang mukmin hakiki. Karena tawakkal ini adalah perkara ibadah, hingga seseorag tidak boleh bertawakkal, berserah diri, dan menyerahkan hasil dari urusannya kepada selain Allah. Seperti ada yang mengatakan: “Saya bertawakkal dan serahkan nasibku kepada si fulan” atau menyerahkan keselamatannya kepada selain Allah baik ketika dalam bahaya ataupun tidak. Karena itu adalah tawakkal dan tawakkal tidak boleh diberikan kecuali hanya kepada Allah.
Adapun jika seseorang mewakilkan urusan dan pekerjaan kepada orang lain, maka ini tidak disebut tawakkal tapi mewakilkan pekerjaan. Dan ini boleh. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyerahkan sebagian urusan pekerjaan beliau kepada para sahabat. Karena itu masih dalam perkara yang seorang manusia mampu melakukannya. Namun tidak boleh menyerahkan urusan yang hanya Allah yang mampu melakukannya. Seperti menyerahkan keselamatan, minta terhindar dari kejelekan, dan lain-lain.
Kenapa Harus Tawakkal Kepada Allah ?
Tawakkal kepada Allah ta’ala adalah suatu yang harus. Karena Allah adalah Dzat yang Maha mampu melakukan sesuatu, Dialah Penguasa segala perkara, hanya Dia yang mampu mewujudkan cita-cita dan keinginan. Adapun makhluk mereka sering tidak mampu mewujudkan keinginanmu. Jadi engkau boleh mewakilkan dan menyerahkan urusan yang mampu dilakukan makhluk, namun engkau tetap menyerahkan hasilnya hanya kepada Allah. Allah berfirman,
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” [QS. Ath Thalaq: 3]
Itulah alasan kenapa hanya kepada Allah kita bertawakkal.
Apa Tawakkal Meniadakan Usaha
Tawakkal tidak meniadakan usaha dan mencari sebab-sebab yang bisa mewujudkan keinginan. Jadi seorang muslim hendaklah menggabungkan antara tawakkal dan ikhtiar mencari sebab terwujudnya keinginan. Karena keduanya tidak saling bertentangan. Kalian bisa saja menempuh sebab dengan ikhtiar, akan tetapi jangan menyandarkan hasil kepada ikhtiar atau sebab, akan tetapi sandarkan hasilnya hanya kepada Allah. Contoh orang yang memerintah orang lain untuk menggarap sawahnya. Maka silahkan ia serahkan urusan tanamannya itu kepada orang lain. Namun hasil baik dan buruknya tanamannya ia pasrahkan kepada sang pengatur segala perkara yaitu Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman,
“Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkannya? [QS. Al Waqiah: 63-64]
Yang sebenarnya menumbuhkan adalah Allah, sedangkan kita hanya melakukan sebab saja. Bisa jadi hasilnya baik dan bisa jadi hasilnya buruk. Bisa jadi tumbuh, bisa pula tak tubuh, bisa kena hama, bisa juga tidak. Semua kembali kepada Allah.
Jenis Tawakkal
Tawakkal memiliki beberapa bentuk sebagaimana yang dijelaskan oleh Syeikh Muhammad bin Shalih al utsaimin dalam kitabnya Syarh Tsalatsatul Ushul hal. 58-59 diantaranya:
- Tawakkal kepada Allah adalah tanda iman yang sempurna dan tanda iman yang jujur. Inilah adalah tawakkal yang wajib, dimana tidak akan sempurna keimanan seseorang tanpa tawakkal jenis ini.
- Tawakkal Sirr (tersembunyi) yaitu seseorang menyandarkan urusannya kepada orang yang telah meninggal baik dalam mencari kebaikan atau menghindari keburukan. Ini adalah syirik besar. Kenapa? Karena ini tidak terjadi kecuali dari orang yang meyakini secara tersembunyi bahwa orang mati mampu mengurus sesuatu di alam ini. Hukum ini tidak berbeda apakah tempat ia bertawakkal itu adalah nabi, wali, atau thaghut yang memusuhi Allah.
- Tawakkal kepada orang lain pada perkara yang orang tersebut mampu melakukannya namun disertai perasaan bahwa orang tersebut memiliki ketinggian martabat dan yang bertawakkal merasa martabatnya rendah. Contohnya orang yang menyerahkan urusan kehidupannya (nafkah) kepada orang lain agar menafkahi dia dengan perasaan seperti yang kita sebut di atas, maka ini masuk dalam syirik kecil karena besarnya ketergantungan hati kepadanya[1]. Namun kalau dia menyerahkan persoalan nafkah kepada orang lain, dengan tetap meyakini bahwa orang itu hanya sebagai sebab datangnya nafkah dan Allah lah yang menentukannya, maka ini tak masalah. Jika orang yang diserahi urusan tadi mendapatkanya dengan cara yang benar.
- Bertawakkal kepada orang lain untuk mengurus urusan kita sebagai orang yang menggantikan kita terhadap urusan tersebut. Maka ini tidak mengapa berdasarkan dalil dari al Quran, Sunnah, dan Ijma. Nabi Ya’qub alaihissalam berkata kepada anak-anaknya,
“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya” [QS. Yusuf: 87].
Demikian pula Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyerahkan uruusan shadaqah kepada para pegawai beliau. Menyerahkan urusan menjalankan hukuman, menyerahkan urusan hewan qurban beliau ketika haji wada kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu untuk disedekahkan kulit dan punuk qurban ontanya dan menyembelih sisa hewan yang belum disembelih. Sedangkan dalil dari ijma (kesepakatan) kaum muslimin dalam masalah ini sangat jelas dan dimaklumi.
Sumber:
- Syarh Tsalatsatul Ushul karya Syeikh Muhammad bin Shalih al utsaimin
- Silsilah Syarhur Rasail Syarh al Ushul ats Tsalatsah karya Syeikh Shalih bin Fauzan
Disusun oleh Abu Ubaidillah al Atsariy dari dua kitab tersebut dengan beberapa perubahan dan tambahan penting.
Selesai di kediaman kami kompleks Tanwirus Sunnah Bontomarannu, Kab. Gowa pada 13 Dzulhijjah 1437H atau 15 September 2016
_________
[1] Artinya dia merasa kalau tidak ada dia saya akan sengsara.