Puasa berasal dari kata ( الصيام ) secara bahasa bermakna menahan. Menahan dalam makna yang lebih luas dari sekedar menahan lapar dan haus. Amalan orang yang menahan untuk tidak berbicara pun disebut “Shaum atau Siyam”. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Dzat Yang Maha Pemurah, aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini” (QS. Maryam: 26)
Ayat ini menjelaskan tentang perkataan Maryam yang bernadzar untuk tidak berbicara kepada manusia di hari itu ketika Isa bin Maryam dilahirkan. Karena beliau melahirkan tanpa seorang ayah. Jika menjelaskan hal yang sebenarnya, maka manusia tak akan percaya, hingga diam itu lebih baik dan itu termasuk dari ibadah yang ia lakukan untuk Allah. Jadi diamnya Maryam dan keinginan beliau untuk tidak bicara disebut juga dengan shaum atau syiam (puasa).
Adapun puasa memiliki pengertian yang lebih khusus jika ditinjau dari pengertian syariat. Yaitu menahan tidak makan, minum, dan melakukan perkara yang membatalkan puasa, mulai dari terbitnya fajar shubuh hingga terbenamnya matahari, dalam rangka ibadah kepada Allah azza wa jalla (Tanbihul Afham karya Ibnu Utsaimin: 34) .
-
Arti Kalimat Ramadhan
Lalu kalimat Ramadhan berasal dari kata ( الرمض ) yang bermakna panas yang terik yang menyebabkan kering tenggorokan. Ramadhan sendiri adalah nama bulan ke sembilan dari bulan Hijaiyah. Bulan yang kaum muslimin di wajibkan berpuasa.
Ramadhan adalah nama bulan yang telah dikenal. Ada yang mengatakan bahwa penamaan Ramadhan berkaitan dengan apa yang lakukan oleh orang dahulu yang menamai nama-nama bulan dengan bahasa orang sebelumnya. Mereka menamakan bulan berdasarkan kondisi cuaca di waktu bulan-bulan itu. Tatkala bulan Ramadhan udara sangat terik, maka dinamakanlah bulan tersebut dengan Ramadhan yang bermakna panas yang terik (Al Mishbahul Munir dan Mukhtarush Shihhah pada huruf ( ر م ض ).
-
Tujuan Puasa Ramadhan
Ramadhan adalah bulan tarbiyah (pendidikan) untuk kaum muslimin dalam rangka meraih kedudukan Takwa disisi Allah ta’ala. Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)
Berkata Syeikh Nashir As Sa’di: “Puasa adalah sebab paling dominan untuk meraih ketaqwaan. Karena dalam puasa ada manifestasi menjalankan perintah Allah, meninggalkan laranganNya, serta semua yang tercakup dalam makna takwa. Orang puasa meninggalkan apa yang Allah haramkan berupa makan, minum, berhubungan suami istri, dan lain-lainnya. Padahal perkara itu adalah sesuatu yang diingikan oleh hawa nafsu. Semua itu ia lakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dan mengharap pahala dariNya. Ini termasuk dari makna ketakwaan.
Demikian pula orang puasa melatih jiwanya merasa diawasi oleh Allah, hingga ia meninggalkan apa yang diidamkan hawa nafsunya padahal ia mampu melanggarnya. Ini dia lakukan karena ia mengetahui pengawasan Allah kepadanya.
Puasa juga memiliki tujuan menyempitkan jalan syaithan, karena syaithan berjalan melalui jalan darah manusia. Dengan puasa seseorang telah menyempitkan ruang geraknya hingga orang itu bisa meminimalkan maksiat. Orang puasa secara umum banyak melakukan ketaatan kepada Allah. Taat adalah salah satu perangai ketakwaan (Tafsir As Sa’di: 86).
Jika kita lihat penjelasan di atas, kita bisa melihat bagaimana puasa benar-benar sebab terbesar diperolehnya ketakwaan. Siapa yang berpuasa, maka dimudahkan baginya untuk bertakwa kepada Allah.
Selain itu puasa bertujuan untuk menahan jiwa dari mengikuti syahwat agar jiwa bersiap untuk meraih tujuan kebahagian dan kenikmatan bagi jiwa tersebut. Serta bersiap menerima apa yang bisa membersihkan jiwa yang padanya ada kehidupan abadi. Puasa akan mempu mengendalikan kelaparan dan kehausan dari keganasannya. Serta mengingatkan akan kondisi orang-orang miskin yang lapar (Zadul Ma’ad: 2/27, penerbit: Muassasah al Risalah, Beirut)
Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah : “Puasa memilik pengaruh kuat dalam memelihara tubuh, dan kekuatan batin. Dan menjaganya dari unsur-unsur buruk merusak berupa toksin-toksin yang jika bercampur dengan badan akan merusak organnya. Puasa menjaga kesehatan hati dan badan serta mengembalikan apa yang telah dirampas oleh syahwat. Hingga puasa adalah hal yang paling membantu meraih ketakwaan” (Zadul Ma’ad: 2/28, penerbit: Muassasah al Risalah, Beirut)
Ini baru sebagian dari hikmah puasa terutama puasa di bulan Ramadhan yang Allah wajibkan dalam rangka mengangkat hambanya meraih gelar takwa.
_____________________
Abu Ubaidillah al Atsariy, 03 Rajab 1438 H/ 29 April 2017