Nikmat Allah ta’ala sangatlah banyak tak mampu dihitung dan tak terbilang. Namun orang-orang yang mensyukuri nikmat tidaklah banyak dan hanya beberapa gelintir orang yang yang Allah beri taufiq kepada mereka. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba Ku yang mau bersyuku” (QS. Saba’: 13)
Syeikh Abdurrahman Nashir As Sa’di rahimahullah mengatakan: “Artinya kebanyakan mereka tidak bersyukur kepada Allah atas karunia yang Allah berikan kepada mereka dan dihindarkan mereka dari bencana”
Kemudian Syeikh menjelaskan tentang makna syukur, kata beliau “Bersyukur adalah pengakuan dalam hati terhadap karunia Allah, menerima karunia tadi sebagai sesuatu yang sangat ia butuhkan, mengunakan karunia tadi untuk mentaati Allah, dan tidak menggunakannya untuk bermaksiat kepada Allah” (Tafsir Karimir Rahman)
Nikmat Besar
Tahukah anda apa nikmat Allah yang amat besar diberikan kepada kita ?
Nikmat yang besar itu bukan makanan, minuman, kekayaan, jabatan, dan lain-lain dari nikmat dunia. Tapi nikmat yang besar itu adalah nikmat disempurkannya Islam dan dijaga oleh Allah hingga akhir zaman.
Bukankah ini nikmat yang sangat besar ? karena dengan agama yang sempurna ini kita akan mudah menempuh jalan-jalan menuju surga. Kampung yang kita rindukan dan idam-idamkan selama ini.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat Ku, dan telah Aku telah ridha Islam sebagai agama bagimu” (QS. Al Maidah: 3)
Berkata Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu: “Allah mengabarkan kepada NabiNya shallallahu ‘alaihi wasallam dan orang-orang yang berimanbahwa allah telah menyempurnakan iman bagi mereka maka mereka tidak butuh lagi tambahan selama-lamanya, Allah telah sempurnakan agama, maka ia tidak akan berkurang selamanya, Dan Allah telah ridha dengan Islam, maka Allah ta akan marah kepada Islam selamnya” (Tafsir Ibnu Katsir: 2/26)
Inilah ayat yang menunjukkan bahwa kesempurnaan Islam adalah nikmat yang sangat besar. Dengan sempurnanya Islam, kita tak perlu lagi menambah ajaran yang tidak ada dalam Islam ketika ayat ini diturunkan. Sebaliknya ajaran yang ada di dalam Islam ketika ayat ini diturunkan akan selalu menjadi ajaran Islam hingga hari kiamat dan tidak mungkin dikeluarkan dari ajaran Islam. Sehingga kewajiban kita sekarang adalah Ittiba’ atau mengikuti apa yang sudah nabi ajarkan tanpa menambahnya lagi dengan ajaran selain yang nabi ajarkan.
Terjaga Islam
Islam yang telah allah sempurnakan akan senantiasa Allah jaga hingga datangnya hari kemuadian sebagai bekal yang akan digunakan oleh manusia untuk selamat di dunia, alam barzah, dan di akhirat. Allah ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Adz Dzikra, dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya” (QS. Al Hijr: 9)
Yang dimaksud adz Dzikra dalam ayat ini adalah al Qur’an dimana Allah akan menjaganya dengan sebenar-benar penjagaan baik ketika al Qur’an itu diturunkan atau setelah diturunkan. Ketika diturunkan Allah menjaganya dari pencurian berita yang dilakukan oleh Syaithan. Dan setelah diturunkan Allah menjaganya di dalam hati RasulNya dan hati umat Muhammad. Allah menjaga lafadz-lafadznya dari perubahan, tambahan, dan pengurangan. Allah juga menjaga makna al Qur’an dari pemalingan maknanya. Jika ada yang memalingkan maknanya, maka Allah memunculkan orang-orang yang menjelaskan kebenaran dan membantah kesalahan. Inilah ayat dan nikmat yang paling agung dari Allah ta’ala kepada hamba-hambaNya orang-orang beriman. (Lihat Tafsir Karimir Rahman karya Syeikh Abdurraman Nashir as As’di hal. 429)
Terjaganya Al Qur’an berarti terjaganya Islam. Demikian pula Allah menjaga hadits Nabinya melalui perantaraan ahli hadits yang meneliti hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian memisahkan antara yang shahih (kuat) dan yang dhaif (lemah). Demikianlah Allah menjaga dua sumber agama Islam hingga agama inipun tetap terjaga kesempurnaannya.
Orang-Orang Yang Menjaga Agama
Diantara kaum muslimin ada orang-orang yang terus muncul disetiap zaman untuk membela agama dengan al Qur’an dan Sunnah. Mereka adalah orang-orang yang digambarkan dalam sebuah hadits,
“Akan senantiasa ada pada umatku orang-orang yang menegakkan perintah Allah. Tidak membahayakan mereka orang-orang yang mencela dan menyelisihi mereka hingga datangnya perkara Allah (hari qiyamat) dan mereka tetap diatas perintah Allah” (HR. Bukhari nomor 11 dan Muslim nomor 1037)
Ini adalah berita yang benar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang harus kita yakini bahwa akan terus ada orang yang menyuarakan kebenaran, membela sunnah RasulNya, membatah penyimpangan yang dilakukan oleh mereka yang ingin mengaburkan ajaran Islam, kokoh diatas syariat Allah, dan tidak takut kecauali hanya kepada Allah ta’ala.
Pembagian Manusia
Dalam menerima kebenaran al Qur’an dan sunnah dan semua yang ada didalamnya, maka manuasi terbagi 3 kelompok:
- Pertama adalah manusia yang beriman dan yakin dengan kebenaran al qur’an dan sunnah. Mereka menegakkan kedua sumber hukum islam itu dengan cara menghafal, mengajarkan, mengamalkan, dan mendakwahkannya. Mereka juga turun membela al qur’an dan sunnah serta para pengikutnya.
- Kedua adalah manusia yang tidak mau menerima kebenaran al qur’an dan sunnah. Ada yang menolaknya secara keseluruhan ada pula yang menolak sebagian dari ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka menetangnya dan menentang para pembela sunnah. Bahkan mereka mengajak untuk menjadikan selain al qur’an dan sunnah sebagai rujukan agama. Mereka menjadikan akal, penadapat orang, dan hawa nafsu untuk menggugurkan keabsahan sumber Islam yaitu al Qur’an dan sunnah.
- Ketiga adalah kelom manusia yang masih awwam dengan agamanya. Yang bisa mengikuti salah satu dari dua kelompok manusia yang telah kita sebutkan. Tergantung siapa yang mengajarkan islam kepada mereka.
Semoga Allah menunjukkan kepada kita jalan-jalan kebenaran dan dijauhkan dari orang-orang yang benci dengan sunnah rasulNya. Dan kita berharap kepada Allah untuk menjadi kelompok yang membela syariatNya. Karena kelompok itu akan senantiasa ada hingga datang hari kiamat. Mereka membela, mendakwahkan, dan menjelaskan kebenaran kepada manusia dimanapun mereka berada.
_________
Bambang Abu Ubaidillah al Atsariy | Makassar, 5 Rabiul Awal 1439 H / 23 November 2017