Khutbah Pertama
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
Kaum muslimin, Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah
Pada hari ini kita sangan bersyukur kepada Allah yang telah memberikan banyak nikmat kepada kita. Nikmat kesehatan, waktu yang luang, nikmat Islam dan Sunnah. Nikmat-nikmat ini adalah nikmat yang sangat besar, karena perkara-perkara tersebut adalah perkara yang mendorong kita untuk beramal. Diantara nikmat yang lain yang juga tak kalah besarnya adalah nikmat istiqamah setelah Ramadhan. Artinya kita masih bisa beramal kebaikan dan beribadah walau Ramadhan telah berlalu.
Jama’ah Jum’at baarakallahu fiikum
Sudah satu bulan berlalunya Ramadhan di tahun ini. Ramadhan yang penuh berkah dengan ibadah dan ketaatan kepada Allah, mesjid-mesjid penuh dengan orang-orang yang shalat, membaca al Qur’an, bersedekah, dan amaliyah Ramadhan yang lainnya. Namun jika kita menengok kondisi kaum Muslimin di hari ini setelah berlalunya Ramadhan satu bulan yang lalu, maka kita dapati kondisi yang berbeda dengan bulan Ramadhan. Masjid-masjid mulai kosong, bacaan al Qur’an jarang terdengar, dan kegiatan-kegiatan amaliah yang lain pun mulai meredup.
Kaum muslimin sidang Jum’at yang berbahagia
Disinilah nampak nikmat sebuah keistiqamahan kelanggengan dalam beribadah. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami adalah Allah” kemudian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kami lah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan dan mendapat apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Rabb Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [QS. Fushshilat: 30-32]
Ayat ini menjelaskan tentang beberapa pelajaran:
Pelajaran Pertama: Orang yang mentauhidkan Allah adalah orang yang mengakui dengan hati dan lisannya tentang Sesembahannya adalah Allah dan tidak mensyerikatkan-Nya dengan apapun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sungguh Allah mengharamkan dari neraka orang yang mengatakan: La Ilaha Illallah, hal itu dia lakukan dengan mengharap wajah Allah subhanahu wata’ala” [HR. Bukhari: 425]
Hadits ini menerangkan bahwa orang yang mentauhidkan Allah dan diselamatkan dari neraka adalah orang yang mengatakan La Ilaha Illallah, dan bukan sekedar mengakuinya saja dengan hati. Seprti kisa Abu Thalib paman Nabi ‘alaihish shalatu wassalam yang akan dimasukkan ke dalam neraka karena tidak mau mau mengucapkan La Ilaha Illallah walaupun ia mengakui kebenaran Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Pelajaran Kedua: Disyariatkannya seseorang istiqamah dalam menjalankan amalan sekecil apapun itu.
Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan dari Rasulullah ‘alaihish shalatu wassalam bersabda:
أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا، وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling Allah cintai adalah amalan yang dilakukan terus menerus walau sedikit” [HR. Bukhari dan Muslim]
Dan Aisyah jika mengamalkan sesuatu, maka ia melakukannya secara kontinyu.
Demikianlah seharusnya seorang muslim tidak membatasi amal kebaikan dan ibadahnya Cuma di bulan Ramadhan saja. Namun ia terus beramal, mengerjakan shalat berjama’ah, membaca al Qur’an, sedekah dan lain-lain juga di bulan selain Ramadhan. Karena Allah yang ia abadahi di bulan Ramadhan sama denga Sllah yang ia ibadahi di luar Ramadahan.
أَقُوْلُ هَذَا القَوْلِ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
Khutbah Kedua
أَمَّا بَعْدُ
Kaum muslimin sidang Jum’at yang berbahagia
Pelajaran Ketiga: Malaikat akan turun kepada kepada orang-orang yang istiqamah, memberi kabar gembira dengan syurga, dan manjadi wali bagi mereka di dunia dan di akhirat.
Ini adalah keutamaan yang sangat besar dari Allah subhanahu wata’ala kepada mereka yang berpegang teguh dengan Islam, beramal dengan istiqamah, terus- menerus walau bulan-bulan amal shalih telah berlalu. Berakhirnya bulan Ramadhan tidak menunjukkan berakhirnya amalan kebaikan dan ibadah kepada Allah. Semoga nasihat yang singkat ini bisa memberikan motivasi kepada kita untuk terus beramal walaupun amalan itu terlihat remeh. Karena seorang muslim dilihat dari amalan terakhirnya.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ وَاجْعَلْ هَذَا البَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنَّ وَسَائِرَ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي دَوْرِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَارَبَّ العَالَمِيْنَ اَللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَ أَهْلَ الإِسْلَامِ بِسُوْءٍ فَجْعَلْ كَيْدَهُ فِي نَحْرِهِ وَاجْعَلْ تَدْبِيْرَهُ تَدْمِيْرُهُ يَاسَمِيْعُ الدُّعَاءِ اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ صَلَاتَنَا وَصِيَامَنَا وَدُعَائَنَا اَللَّهُمَّ لَا تَرُدْنَا خَائِبِيْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابِ رَبَّنَا اغْفِرْ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ أَمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ اَللَّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
_______
Khutbah ini disampaikan di Masjid Nur Rahman Prumahan Cacat Veteran, Sudiang Makassar, pada 03 Dzulqa’da 1437H/05 Agustus 2016