Para pembaca sekalian, Alhamdulillah kita telah sampai pada hadits kelima hafalan hadits harian. Berikut pembahasannya.
LAFADZ HADITS
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu- ia berkata bahwa Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda :
“Sesungguhnya Allah cemburu, dan kecemburuan Allah ketika seorang mu’min melanggar apa yang Allah larang” (Muttafaqun ‘alaihi)
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari 7/45 nomor hadits (5223), Muslim 8/101 nomor hadits (2761)
PENJELASAN HADITS
Jika engkau mengatakan : “Allah punya sifat cemburu” maka sebagian orang akan menyanggah :”kenapa engkau mengatakan Allah cemburu ? berarti Allah subhanahu wa ta’ala sama dengan manusia ?”
Ketahuilah wahai saudaraku –baarakallahu fiikum- bahwa Allah punya sifat cemburu yang sesuai dengan kemuliaan-Nya. Namun sifat cemburu Allah tidak boleh disamakan dengan sifat cemburu makhluk-Nya. Sebagaimana sifat Allah yang lainnya. Kesamaan nama tidak harus menjadikan kesamaan hakikat. Jadi walaupun seorang hamba punya sifat cemburu dan Allah juga punya sifat cemburu namun hakikat dari dua sifat itu berbeda karena beda penyandarannya. Satu disandarkan kepada Allah azza wa jalla dan dan yang satu disandarkan kepada makhluk.
Hadits di atas adalah bukti Allah memiliki sifat tersebut. Sehingga tidak boleh kita menolak apa yang Allah subhanahu wa ta’ala tetapkan untuk diri-Nya. Sebagaimana yang dituturkan oleh seorang ulama Ahlussunnah Syeikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin (wafat tahun 1421 H/2001 M) rahimahullah: “Dalam hadits ini ada penetapan sifat cemburu bagi Allah, dan metode Ahlussunnah wal jama’ah dalam memahami hadits ini dan hadits yang lainnya, demikian pula ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat Allah adalah mereka menetapkan sifat Allah yang layak (sesuai dengan keagungan) bagi-Nya. Ahlussunnah mengatakan: “Sungguh Allah itu cemburu, akan tetapi kecemburuan Allah tidak sama dengan kecemburuan makhluk. Alah juga gembira, namun gembira Allah tidak sama dengan gembiranya makhuk. Allah punya sifat yang sempurna sesuai dengan (keagungan)-Nya yang tidak menyerupai sifat-sifat makhluk [Syarh Riyadhush Shalihin: 1/262].
FAIDAH HADITS
- Selayaknya seorang hamba meninggalkan maksiat karena bisa menyebabkan kemarahan Allah subhanahu wa ta’ala.
- Allah membenci kekufuran, kefasikan, dan maksiat.
- Allah memiliki sifat cemburu yang sesuai dengan keagungan-Nya.
- Kesamaan nama tidak harus menunjukkan kesaman hakikat.
- Hadits ini mengajarkan sifat muraqabatullah atau merasa diawasi oleh Allah dan takut akan adzab dan siksaan-Nya jika perkara yang Allah azza wa jalla larang kita langgar.
Sumber Rujukan
Tathriz Riyadhis Shalihin, Faishal bin ‘Abdil ‘Azis an-Najdi (wafat 1376 H), Dar al-Ashimah, Riyadh.
Syarh Riyadh ash-Shalihin, Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Dar al-Wathan, Riyadh, cetakan tahun 1426 H.
Shahih al-Bukhari, Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Dar thuq an-Najah, cetakan tahun 1422 H.
Shahih Muslim, Muslim bin Hajjaj bin Muslim (wafat th. 261 H), Dar al-Ihya at Turats al-‘Arabi, Bairut.
Bahjah an-Nadzirin Syarh Riyadh ash-Shalihin, Salim bin ‘Id al-Hilali, Dar Ibnul Jauzi, Riyadh, Cetakan tahun 1420 H/1999 M.
Selesai Tulisan ini di rumah kami, kompleks perumahan Tanwirus Sunnah, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, pada waktu dhuha, 19 Rabi’ul Awwal 1437H/ 30 Desember 2015.
_______
Penulis: Abu Ubaidillah al-Atsari | www.abuubaidillah.com
Silahkan Hafal Haditsnya dan Pahami MaknanyaBerbagilah Dengan Teman Anda | Beri kesempatan mereka untuk membacanya >> AYO SHARE