Ulama adalah pewaris para Nabi. Sehingga ulama memiliki kedudukan yang tinggi di tengah ummat Muhammad. Mereka memperbaiki kerusakan di tengah manusia. Menghidupkan hati yang mati, menerangi dengan ilmu mata yang buta akibat kebodohan. Abu Darda radhiyallahu ‘anhu berkata: “Permisalan para ulama di tengah manusia seperti bintang-bintang di langit yang dijadikan petunjuk arah oleh manusia”
Para ulama mengemban tugas dakwah sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana beliau bersabda,
“Sungguh ulama adalah pewaris para nabi. Dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Akan tetapi mereka hanya mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka ia telah mendapatkan bagian terbanyak (dari warisan para nabi)” [HR. Tirmidzi (2682), Abu Dawud (3641), dan Ibnu Majah (223), Ahmad (21763), Ad Darimi (342), Ibnu Hibban (88), berkata Al Albaniy dalam kitab Shahihul Jami’ (6297) haditsnya shahih]
Dari riwayat ini kita bisa melihat bagaimana para ulama adalah pengemban ilmu para nabi. Sehingga nampak kebutuhan ummat terhadap para ulama. Karena ummat ini butuh dengan ilmu. Kebaikan akan tercipta jika di tengah masyarakat tersebar ilmu agama. Dan sebaliknya akan hancur kondisi sebuah masyarakat jika penduduknya jauh dari ilmu dan bimbingan para ulama.
Mendekatlah…
Musuh-musuh Islam dan orang yang tidak senang dengan Islam berusaha menjauhkan kaum muslimin dari para ulama. Karena mereka yakin, jika kaum muslimin jauh dari ulamanya, maka mereka akan jauh dari ilmu dan tuntunan syariat. Sehingga dengan mudah musuh-musuh Islam mengubah pandangan hidup kaum muslimin. Mereka menjauhkan kaum muslimin dari ulamanya dengan menjatuhkan kedudukan para ulama dan memberi gelar-gelar jelek kepada mereka, sehingga hilang kepercayaan ummat kepada para ulama. Karena jatuhnya pamor para ulama bukan sekedar berbahaya bagi ulama tersebut, tetapi juga berbahaya bagi ummat secara umum karena hilangnya kepercayaan mereka kepada ulama. Oleh karena itu mari mendekat kepada ulama sebagaimana Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Bertanyalah kepada para ulama jika kalian tidak mengetahuinya” [QS. Al Anbiya: 7]
Berkata Syeikh Abdurrahman Nashir As sa’di rahimahullah : ”Ayat ini walaupun sebabnya adalah khusus terkait perintah bertanya kepada orang berilmu di masa lalu prihal para Rasul terdahulu, namun ayat ini juga berlaku umum pada semua perkara agama yang pokok maupun cabangnya, jika ada seseorang yang tidak punya ilmu maka hendaklah ia bertanya kepada yang punya ilmu (ulama). Dalam ayat ini ada perintah dari Allah untuk belajar dan bertanya kepada para ulama” [Taisir Kalimir Rahman karya As Sa’di: 519].
Maka hendaklah kaum muslimin mendekat kepada para ulama. Menjadikan mereka orang yang terpercaya dalam perkara agama. Dan mendudukan mereka sebagai sumber rujukan terhadap persoalan yang mereka hadapi.
Kedudukan Ulama
Ulama memiliki kedudukan disisi Allah subhanahu wata’ala. Banyak ayat al qur’an yang menjelaskan kedudukan para ulama, baik secara tegas atau secara tersirat. Diantaranya adalah firman Allah subhanahu wata’ala,
Allah ta’ala berfirman,
“Allah bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah, melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu) [QS. Ali Imran: 18]
Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata:
“Di dalam ayat ini terdapat dalil tentang keutamaan ilmu, kemuliaan para ulama, dan keutamaan mereka. Karena kalau ada seorang yang lebih utama dari para ulama, tentu Allah akan menyertakan mereka dengan nama Nya dan nama para malaikat, sebagaimana Allah menyertakan nama para ulama” [Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an (4/41)]
Jelas kan bagaimana para ulama punya kedudukan disisi Allah. Namun tentu ulama yang diinginkan disini adalah ulama rabbani yaitu ulama yang membimbing ummat dengan al qur’an dan sunnah Rasulullah.
Allah ta’ala berfirman,
“Akan tetapi hendaklah kamu menjadi ulama rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya” [QS. Ali Imran: 79]
Kedudukan yang lain dari para ulama adalah apa yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmdzi dari Abu Umamah al Bahiliy’ bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
“Keutamaan Ulama atas Ahli ibadah seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah keutamanya diantara kalian (wahai sahabatku)”
Jelas ini adalah kedudukan yang tinggi yang Nabi sematkan kepada para ulama. Maka kewajiban kita adalah menghormati dan menghargai ulama.
Keberadaan Ulama Adalah Nikmat dari Allah
Ulama adalah salah satu nikmat yang besar yang Allah berikan kepada manusia. Allah subhanahu wata’ala telah mendudukkan para ulama di tengah ummat ini seperti kedudukan para nabi di kalangan Bani Israil. Jika telah meninggal seorang Nabi di kalangan Bani Israil, maka Allah menggantikan dengan Nabi yang berikutnya. Ketika telah tertutup pengutusan para Nabi dengan diutusnya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Allah menjadikan para ulama ummat ini menggantikan kedudukan para Nabi pada Bani Israil. Mereka adalah panutan dalam masalah halal dan haram. Mereka menjelaskan antara yang halal dan haram, dan apa kewajiban ummat terhadap Allah dan apa yang Allah larang. Mereka mengenalkan manusia dengan Rabb mereka. Menjelaskan nama-nama dan sifat-sifat Allah yang termaktub dalam al qur’an dan Sunnah, agar manusia mengenalNya. Mereka menjelaskan hakikat Iman, Islam, kebaikan, dan keburukan. Serta mengenalkan manusia dengan Rasul Allah subhanahu wata’ala. Demikian nikmat Allah yang diberikan kepada ummat ini dengan adanya para ulama di tengah-tengah mereka. Jika Allah meniadakan ulama di tengah ummat, maka manusia akan semakin jauh dari petunjuk.
Meninggalnya Ulama Adalah Hilangnya Ilmu
Jika keberadaan ulama adalah nikmat, sebaliknya meninggalnya ulama adalah musibah besar bagi manusia. Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-
“Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu ini sekaligus yang dicabut dari hambaNya. Akan tetapi Allah akan mencabut ilmu ini dengan wafatnya para ulama. Dan jika para ulama tidak tersisa lagi, maka manusia akan memilih pemimpin-pemimpin yang bodoh. Pemimpin itupun di tanya maka ia akan berfatwa tanpa dasar ilmu. Lalu sesatlah mereka dan mereka juga menyesatkan orang lain” [HR. Bukhari]
Sungguh besar musibah ummat ini dengan meninggalnya para ulama. Karena meninggalnya mereka berarti berkurangnya ilmu. Oleh karena itu hendaklah seseorang berusaha belajar kepada para ulama sebelum kepergian mereka. Meninggalnya para ulama ibarat lubang besar yang sulit dicari penutupnya.
[Abu Ubaidillah Al Atsariy | Buletin Madrosah Sunnah]
Tengah malam di 28 Muharram 1438 H atau 28 November 2016