Seri Kisah Rasulullah (2)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dilahirkan di pemukiman Bani Hasyim di kota Mekkah pada waktu pagi hari Senin tanggal 9 atau ada yang mengatakan tanggal 12 Robiul Awal tahun gajah.
Memang ada perselisihan para ulama tentang tanggal kelahiran Nabi Shallallahu alaihi wasallam yang paling mashur adalah tanggal 12 Robiul Awal tapi yang paling benar adalah tanggal 9 Robiul Awal bertepatan dengan tanggal 22 April 571 Masehi. Ini disebutkan oleh Syeikh Shafiyur Rohman di dalam kitab Roudlotul Anwar.
Yang menangani kelahiran Rasulullah adalah Syifa bintu Amr. Beliau adalah ibu dari Abdurrahman bin Auf salah seorang sahabat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.
Ketika ibu Rasulullah Aminah melahirkan, maka keluar dari jalan lahirnya Rasulullah shalallahu alaihi wassalam cahaya yang menerangi istana-istana di negeri Syam. Kemudian setelah beliau lahir maka Aminah mengutus seorang utusan kepada kakek Nabi yakni Abdul Muthalib untuk menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran Muhammad bin Abdillah kepada kakeknya tersebut.
Kegembiraan Abdul Muththalib
Datanglah Abdul Muthalib dalam keadaan gembira senang dan bahagia dengan kelahiran cucunya lalu Abdul Muthalib membawa Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam memasuki Ka’bah untuk bersyukur kepada Allah dan mendo’akan bayi tersebut dengan kebaikan, lalu memberi nama kepadanya dengan Muhammad (yang terpuji).
Abdul Muthalib lalu mengaqiqahi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan mengkhitan beliau pada hari ketujuh. Ini adalah pendapat yang paling kuat dari perbedaan pendapat para ulama tentang hari khitannya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Kemudian Nabi Shallallahu alaihi wasallam diasuh oleh Ummu Aiman Barokatul habasyah. Dia adalah seorang wanita bekas budak Abdullah Ayah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Dan Ummu Aiman tempat hidup hingga beliau sempat masuk Islam dan berhijrah ke Madinah. Semua Iman meninggal 5 bulan atau 6 bulan setelah wafatnya Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam.
Dibawa ke Kampung Bani Sa’ad
Kebiasaan orang-orang Arab dahulu adalah mencari wanita-wanita dari desa yang bisa menyusui anak mereka untuk menjauhkan anak-anak tersebut dari penyakit yang mewabah di kota, menjaga fisik mereka agar tulang-tulang mereka menjadi kuat, juga dalam rangka memelihara bahasa Arab mereka agar tetap terjaga dari masuknya pengaruh bahasa pendatang-pendatang di kota.
Mulailah Abdul Muthalib mencarikan orang yang bisa menyusui cucunya akan tetapi tidak ada yang mau mengambil Muhammad kecil karena beliau adalah anak yatim tidak memiliki ayah, sehingga orang-orang yang hendak menyusui beliau merasa khawatir jika ibunya tidak mampu membayar sewa menyusui. Demikianlah nasib Muhammad kecil ketika itu.
Namun akhirnya ada seorang wanita dari bani Saad yang bernama Halimah pintu Amrullah bin Harits yang hari itu tidak mendapatkan bayi susuan sehingga dia meminta kepada Ibu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam untuk menyusui Muhammad kecil.
Akhirnya Muhammad bin Abdullah yang masih kecil tersebut dibawa oleh halimah bersama suaminya al-Harits bin Abdul Uzza ke kampungnya di desa Bani Saad.
Di Tengah Perjalanan..
Waktu itu Mekkah musim kemarau dan paceklik. Sehingga rombongan dari bani Saad yang pergi ke Mekah dalam rangka untuk mencari anak anak susuan mengalami kepayahan.
Ketika dalam perjalanan menuju ke kota Mekah keluarga Halimah mengendarai seekor keledai yang sangat lemah karena badannya kurus dan kurang makan. Keluarga Halimah juga membawa seekor unta betina yang tidak bisa mengeluarkan air susu setetes pun. Di samping itu Halimah membawa anaknya yang masih kecil yang selalu menangis dengan suara keras di malam hari, disebabkan lapar dan air susu ibu nya tidak ada . Anak itu tidak membiarkan kedua orangtuanya tidur dengan lelap. Anda bisa bayangkan bagaimana sulitnya perjalanan mereka dengan cuaca yang tidak mendukung dan kondisi yang sangat menyedihkan dengan perbekalan yang tidak mencukupi.
Namun sebuah peristiwa yang menakjubkan dialami oleh keluarga Halimah sebagai berkah permulaan yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala atas keridhaan dia membawa Muhammad untuk disusui. Ketika mereka pulang dari Mekah maka Halimah meletakkan Muhammad di pangkuannya. Dan secara tiba-tiba air susunya penuh sehingga ia bisa menyusui Muhammad hingga kenyang. Kemudian Halimah menyusui anaknya yang masih kecil hingga kenyang lalu kedua bayi itupun tertidur pulas.
Keanehan kedua terjadi lagi ketika suami Halimah Al Haris bin Abdul uzza mendekati untanya dan dia terperangah melihat untanya penuh dengan air susu padahal sebelumnya onta tersebut tidak menghasilkan air susu setetespun. Dengan tidak terheran pada kejadian itu Al Haris pun memeras air susu untanya sebanyak yang diinginkan Minumnya dengan puas sehingga mereka bisa tidur dengan pulas di malam yang indah itu.
Ketika rombongan melanjutkan perjalanan ke desa Bani sa’ad mata keledai yang ditunggangi oleh Halimah yang membawa Muhammad kecil tetap bisa berlari kencang walaupun muatannya penuh. Sehingga tidak satupun keledai yang dapat mengejarnya. Padahal sebelumnya keledai tersebut berjalan sangat lambat bahkan berada di belakang rombongan.
Ketika mereka tiba di desa Bani Sa’ad, maka mereka terkejut mendapati domba-domba mereka penuh dengan air susu dan dalam keadaan sudah kenyang. Padahal kampung Bani Sa’ad saat itu dalam keadaan kering dan paceklik. Sehingga susah mendapatkan makanan untuk domba-domba mereka. Lalu mereka pun dengan gembira dan perasaan heran yang tidak henti-hentinya memeras air susu domba domba mereka. Sedangkan orang-orang kampung tidak bisa mendapatkan air susu domba walaupun satu tetes. Demikian keberkahan tiada henti yang dirasakan oleh keluarga Halimah yang menyusui Muhammad bin Abdullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Selesai Di kediamanan kami Kompleks Tanwirus Sunnah Kab. Gowa pada 13 Jumadil Awal 1437 H [22 Februari 2016]