Tidak terasa hari berganti hari, pekan berganti pekan, bulan berganti bulan, dan kita telah berada di bulan Desember di penghujung tahun Masehi.
Desember adalah bulan kedua belas, dari tahun Masehi. Disebutkan bahwa kata ini diambil dari Bahasa Belanda, December yang mengambil dari bahasa Latin; decem yang berarti “sepuluh” karena dahulu kala tahun bermula pada bulan Maret. Bulan ini memiliki 31 hari. ( https://id.m.wikipedia.org/wiki/Desember ).
Amalan Muslim Dilihat Terakhirnya
Seorang muslim hendaklah memperhatikan setiap amalan yang hendak dia kerjakan karena amalan tersebut akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Rasulullah bersabda,
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dia pimpin. Penguasa adalah pemimpin dan seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, wanita juga adalah pemimpin atas rumah dan anak suaminya. Sehingga seluruh kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dia pimpin.” (Muttafaqun alaihi)
Hadits ini memberikan motivasi kepada kita untuk selalu berhati-hati terhadap amalan yang kita lakukan. Apalagi amalan yang akan dilihat oleh Allah subhanahu wa ta’ala adalah amalan terakhir kita. Amalan di penghujung umur kita, sebagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
“Hanyalah amalan itu dilihat dari terakhirnya” (HR. Bukhari)
Sehingga bulan Desember bukanlah bulan untuk berbuat maksiat dan penyelisihan syariat, tapi hendaklah seorang muslim menutup tahun ini dengan kebaikan dan bertobat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Diantara kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan seorang muslim di bulan desember adalah:
Bergembira menyambut tahun baru dengan hura-hura
Bergembira dengan diberikan umur yang panjang adalah perkara yang diperbolehkan. Sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah subhanahu wata’ala, namun yang salah adalah ketika kegembiraan dan kesyukuran tersebut diwujudkan dengan foya-foya, menghambur-hamburkan harta dengan acara-acara yang tidak syar’i, bahkan kadang sebagian orang menghabiskan hartanya di akhir tahun dengan alasan bersyukur kepada Allah. Ini cara yang salah dalam mewujudkan kesyukuran kepada Allah. Bersyukur kepada Allah atas umur yang panjang diwujudkan dengan semakin mendekatkan diri kepada Allah, meningkatkan ibadah, dan berbuat kebaikan sesuai dengan tuntunan syariat.
Mengucapkan Selamat Natal Kepada Non Muslim.
Banyak diantara kaum muslimin dengan alasan toleransi mengucapkan selamat Natal kepada non muslim. Mereka beranggapan bahwa hal itu sebagai bentuk kebaikan seorang muslim kepada non muslim dan sebagai bentuk persatuan sesama warga negara Indonesia. Syeikh Utsaimin –rahimahullah- berkata: “Barangsiapa yang melakukan sesuatu dari perkara itu (mengucapakan selamat natal), maka ia berdosa, baik ia melakukannya dengan alasan basa-basi, malu, atau oleh sebab-sebab yang lainnya. Karena itu merupakan penghinaan kepada agama Allah, dan menjadi sebab kuatnya jiwa orang-orang kafir sehingga ia membanggakan agama mereka. Dan Allahlah yang menjamin kejayaan kaum Muslimin dengan agama kaum muslimin, dan memberi mereka rizki berupa pahala kepada mereka, serta akan menolong mereka dari musuh-musuh mereka, sungguh Allah Maha Kuasa lagi Maha Perkasa” (Majmu’ Fatawa wa Rasail asy Syaikh ‘Utsaimin/ 3: 36-44)
Memperingati Tahun Baru
Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM.Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM ( https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tahun_baru ).
Keterangan ini menjelaskan bahwa tahun baru bukanlah adat dan kebiasaan kaum muslimin. Tahun Baru adalah bentuk ikut-ikutan kepada orang-orang kafir. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang seorang muslim untuk mengikuti kebiasaan orang-orang kafir. Beliau bersabda,
“Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Kalau bukan mereka, siapa lagi?“ [ HR. Bukhari no. 7319, dari Abu Hurairah]
Beliau juga bersabda,
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” [HR. Ahmad dan Abu Daud. Lihat : Irwa’ul Gholil no. 1269]
Hadits-hadits ini adalah petunjuk dari Nabi bagaimana seorang muslim memiliki prinsip dan tidak menjadi orang yang terombang-ambing dengan budaya orang-orang barat. Kaum muslimin memiliki karakteristik yang harus dipertahankan yaitu tuntunan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam yang jauh lebih baik daripada budaya orang-orang kafir.
Begadang Menunggu Masuknya Tahun Baru
Ini juga amalan yang biasa terjadi di bulan Desember di mana sebagian manusia rela begadang dan tidak tidur hingga pukul 12.00 hanya sekedar untuk menunggu masuknya tahun baru. Dari sisi manfaat maka amalan ini tidak memberikan manfaat baik dari sisi kesehatan atau dari sisi keimanan atau dari sisi sisi yang lain. Rasulullah memberikan bimbingan kepada kaum muslimin untuk tidak melakukan amalan-amalan yang sia-sia beliau bersabda,
“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya.” [HR. Tirmidzi]
Selain tidak bermanfaat kegiatan ini kadang menyebabkan seseorang muslim meninggalkan sholat subuh karena mereka tidak tidur sampai menjelang subuh dan tertidur ketika Adzan berkumandang. Mereka pun meninggalkan kewajiban melaksanakan shalat subuh dalam kondisi seperti itu terkadang sebagian orang tidak merasa menyesal atau bersedih dengan meninggalkan kewajiban dari Allah subhanahu wa ta’ala. Ini menunjukkan kelemahan kaum muslimin di hadapan kebiasaan dan adat orang-orang kafir.
Semoga kita bisa menghindari segala amalan yang dibenci oleh Allah subhanahu wa ta’ala di bulan ini, dan menjadikan akhir dari tahun ini sebagai kebaikan yang dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
__________
Selesai di Kantor Madrosah Sunnah Gowa, 26 Shafar 1438 / 26 November 2016 | Abu Ubaidillah Bambang al Atsariy