Kaum muslimin adalah ummat terbaik yang Allah subhanahu wa ta’ala keluarkan untuk penduduk bumi. Tidak ada ummat sebaik ummat Islam. Itulah yang termaktub dalam al Qur’an. Allah ‘azza wa jalla berfirman,
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik ” (QS. Ali Imran: 110)
Berkata Syeikh Nashir As Sa’di rahimahullah
“Allah ta’ala memuji umat ini dan mengabarkan bahwa umat ini adalah sebaik-baik ummat yang Allah keluarkan untuk manusia. Itu karena umat ini berusaha menyempurnakan diri mereka dengan iman yang menuntut mereka untuk melaksanakan setiap apa yang Allah perintahkan, serta berusaha menyempurnakan selain mereka dengan cara amar ma’ruf nahi mungkar yang mengandung makna mengajak manusia kepada Allah, mereka berjihad untuk hal itu, dan mengerahkan segala kemampuan untuk membantah kesesasatan, kedhaliman, dan kedurhakaan yang mereka lakukan. Inilah yang membawa umat ini menjadi umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia” (Taisir Kalimir Rahman: 143)
Kebaikan Ummat Ini Akan Berkurang
Kebaikan yang Allah berikan kepada umat ini adalah nikmat yang sangat besar bagi umat Muhammad. Namun sebuah nikmat jika tidak dijaga akan berkurang dan bahkan bisa menjadi sebuah bencana. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.(QS. Ibrahim: 7)
Demikianlah nikmat jika tidak disyukuri bisa mendatangkan adzab dari Allah ta’ala. Kebaikan umat yang tidak disyukuri akan menjadikan umat ini semakin mundur kebelakang. Kurangnya perhatian sebagian kaum muslimin terhadap al Qur’an dan sunnah, baik mempelajari, mengamalkan, dan mendakwahkannya adalah salah satu bentuk kurang bersyukur terhadap nikmat besar ini. Sehingga semakin berkurang kebaikan yang Allah berika kepada umat ini.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037).
Imam Bukhari (2652) dan Imam Muslim (2533) meriwayatkan dari Abdullah bin mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,
“Sebaik-baik manusia adalah pada zamanku, kemudian orang-orang setelah mereka, kemudian yang setelahnya lagi. Lalu akan datang suatu kaum yang persaksiannnya mendahului sumpahnya, dan sumpahnya mendahului persaksiannya”.
Syeikh Muhammad bin Shalih Utsaimin rahimahullah berkata,
Kalimat “sebaik-baik manusia” adalah dalil bahwa manusia yang terbaik adalah pada masa Rasulullah. Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih utama dari “Hawariyun” para penolong Isa ‘alaihissalam dan lebih mulia dari orang-orang “Sabi’in” yang telah dipilih oleh Musa ‘alaihissalam.
Namun keutamaan ini adalah keutamaan secara umum dan bukan person-person. Bukan maksud hadits ini bahwa tidak ada di kalangan pengikut Tabi’in orang yang lebih utama dari Tabi’in, atau bukan berarti tidak ada di kalangan Tabi’in orang yang lebih berilmu dari sebagian sahabat.
Adapun keutamaan shahabat, maka tida seorangpun yang mampu mendahuluinya. Walaupun dari sisi ilmu dan ibadah mungkin bisa disamai atau diungguli oleh orang setelah shahabat’ (Majmu’ Fatawa Wa Rasail al Utsaimin: 10/1057-1058)
Problem Umat
Ketika dikatakan umat butuh solusi berarti umat ini punya prolem. Dan setiap manusia atau kelompok manusia atau umat pasti punya prolem, sebagai ujian dari Allah ‘azza wa jalla bagi mereka di dunia. Allah berfirman,
الم ، أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ ، وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji ? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka Allah mengetahui orang-orang yang jujur dan orang-orang yang dusta.” (QS. Al Ankabut: 1-3)
Problem umat ini sangat banyak. Diantara contoh perolem umat yang disebutkan dalam al Qur’an dan Sunnah adalah’
-
Banyak Tapi Seperti Buih
Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu mantan budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dia berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Hampir-hampir umat-umat saling menyeru untuk mengerumuni kalian dari segenap penjuru, sebagaimana orang-orang (yang lapar) sedang mengerumuni hidangan makanan”. Ada yang berkata, “Apakah pada waktu itu kami sedikit ?.” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Tidak, bahkan pada waktu itu kalian berjumlah banyak, akan tetapi kalian seperti buih. Dan sungguh Allah akan mencabut dari hati musuh-musuh kalian rasa takut pada kalian. Dan sungguh Allah akan mencampakkan al-wahn ke dalam hati-hati kalian.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah , apakah al-wahn itu?” Nabi menjawab, “Cinta dunia dan takut mati”
(Hadits ini derajatnya shahih , dikeluarkan oleh : Imam Ahmad (Al-Musnad 5/278), Abu Daud (Sunan 4/111 hadits 4297), Al- AlBaani(Silsilah al-Ahaadits ash-Shahihah, 2/647-648)
-
Taklid Kepada orang kafir
Imam Bukhari membuat bab dalam shahihnya dengan judul Bab: Sabda Nabi Sungguh kalian akan mengikuti sunnah orang-orang sebelum kalian.
Lalu beliau menyebutkan dua hadits,
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,
“Tidak akan terjadi hari kiamat hingga umatku mengikuti jalan orang-orang pada zaman sebelumnya, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta. Beliau ‘alaihish shalatu wassalam ditanya: “Wahai Rasulullah, apakah Orang persi dan Romawi yang anda maksud ? (HR. Bukhari)
Kemudian Imam Bukhari menyebutkan hadits yang lain dari Abu Sai’id al Khudri radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta. Hingga seandainya mereka masuk kelubang dhab, maka kalian akan mengikuti mereka. Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah mereka adalah Yahudi dan Nashara ?. Rasul Bersabda, siapa lagi kalau bukan mereka !” (Muttafaqun ‘alaihi)
-
Islam Yang Dianggap Asing
Keterasingan Islam dan ajarannya adalah salah satu problem umat yang ada sekarang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Islam pertama kali datang dalam keadaan asing, dan akan kembali asing sebagaimana pertama ia datang, maka beruntunglah orang yang dianggap asing” (HR. Muslim (145) dari Abu Hurairah)
-
Kemiskinan
Kemiskinan adalah salah satu problem umat muhammad, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Demi Allah, sebenarnya bukanlah kemiskinan yang aku takutkan akan membahayakan kalian. Akan tetapi, yang kutakutkan adalah apabila dunia telah dibentangkan pada kalian, sebagaimana telah dibentangkan pula bagi orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian pun akhirnya berlomba-lomba untuk meraih dunia sebagaimana orang-orang terdahulu berlomba untuk mendapatkannya. Akhirnya kalian pun akan binasa, sebagaimana mereka binasa. ” (HR. Bukhari dan Muslim).
-
Perpecahan
Perpecahan umat adalah salah satu problem yang dihadapi umat ini, “Dari sahabat Abu Hurairah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Yahudi telah berpecah belah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua golongan, dan Nasrani berpecah belah seperti itu pula, sedangkan umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, At Tirmizy, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Al Hakim, Ibnu Abi ‘Ashim, dan dishohihkan oleh Al Albani)
Dalam riwayat yang lain:
“Dari sahabat Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Dan agama ini akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan akan masuk neraka, dan satu golongan yang masuk surga, dan itu adalah Al Jama’ah.” (HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Abi ‘Ashim dan Al Hakim, dan dishohihkan oleh Al Albani)
Dalam riwayat lain disebutkan:
“Dari sahabat Abdullah bin Amr radhiallahu’ anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, seluruhnya akan masuk neraka, kecuali satu golongan. Para sahabat bertanya: Siapakah mereka itu ya Rasulullah? Beliau menjawab: Mereka adalah orang-orang yang berpegang teguh dengan ajaranku dan para sahabatku” (Riwayat At Tirmizy dan Al Hakim)
Solusi Yang Ditawarkan Manusia
Dari riwayat diatas, maka sebagian orang menyimpulkan beberapa kesimpulan, bahwa prolem umat ini adalah konspirasi orang-orang kafir dan kemenangan orang kafir atas kaum muslimin. Sehingga mereka menawarkan solusi dengan menyibukkan kaum muslimin untuk menghadapi makar-makar dan strategi mereka baik lewat media atau yang lainnya.
Namun ada juga yang mengatakan bahwa problem umat saat ini adalah berkuasanya para pemimpin yang dzalim sehingga solusinya adalah membentuk pemerintahan Islam atau khilafah.
Di sisi lain ada juga yang berpendapat bahwa masalah kita yang paling pokok adalah perpecahan kaum muslimin. Oleh karenanya solusi tepat adalah menyatukan kaum muslimin sehingga kaum muslimin unggul dalam kuantitas.
Ada juga mengatakan bahwa problem umat ini adalah meninggalkan jihad sehingga obat penyakit ini adalah mengibarkan bendera jihad dan menabuh genderang perang melawan orang-orang kafir.
Ketika Umat Butuh Solusi
Adanya permasalahan dan problem dalam umat ini tentu butuh segera diselesaikan, butuh solusi, dan penyelesaian. Solusi-solusi yang ditawarkan diatas bisa saja menjadi solusi, namun kalau kita lihat solusi tadi hanya menyelesaikan satu sudut persoalan saja dari sekian banyaknya persoalan yang ada. Bahkan terkadang solusi itu tidak bisa menyelesaikan persoalan walau satu sisi. Lalu kemana umat mencari solusi ???
Ketahuilah wahai kaum muslimin, agama kita adalah sumber solusi terhadap setiap masalah yang muncul di tubuh kita. Al Qur’an dan Sunnah adalah pemutus terhadap semua persoalan. Allah -Subhanahu Wa Ta’ala- berfirman,
“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (QS. Al Baqarah: 2)
Allah -‘Azza Wa Jalla– berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (QS. An Nisa: 59)
Apa Solusi Umat ?
Solusi dari segala permasalahan yang ada pada umat ini adalah kembali kepada agama dari dasar al Qur’an dan Sunnah sebagaimana yang dipahami oleh para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Jika kalian berjual beli dengan cara ‘Inah (salah satu jenis riba), dan kalian memegang ekor-ekor sapi (sibeuk denga peternakan), dan kalian ridha dengan pertanian (sibuk dengan pertanian), lalu kalian meninggalkan jihad (yang saat itu hukumnya fardhu ‘ain), maka Allah akan memberikan kepada kalian kehinaan. Allah tidak akan mengangkat kehinaan itu hingga kalian kembali kepada agama kalian” (HR. Abu Daud no. 3462. Lihat ‘Aunul Ma’bud, Muhammad Syamsul Haq Al ‘Azhim Abadi Abuth Thoyyib, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, 9/242)
Nabi –Shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda,
“Sungguh akan terjadi fitnah (kekacauan)”. Lalu para sahabat bertanya: “bagamana dengan kami ya Rasulullah, Apa yang harus kami lakukan ?”
Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- menjawab: “kalian kembali kepada perkara kalian yang pertama” [1]
Inilah solusi segala permasalahan, yaitu kembali kepada kepada agama, kembali kepada Islam yang diamalkan Rasulullah dan para sahabatnya. Inilah yang menyebabkan masa Rasulullah sebagai masa terbaik, kemudian masa setelahnya, kemudian masa setelahnya.
Cara Kembali Kepada Agama
- Belajar Agama
Jauhnya kaum muslimin dari warisan Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- adalh sebab utama prolem umat ini. Karena ilmu agama adalah sumber kebaikan umat. Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037).
Hadits ini sangat jelas menerangkan betapa ilmu adalah sumber kebaikan umat di dunia maupun di akhirat. Jika umat ini paham agama, maka aka tercipta kebaikan di seluruh sisi. Jadi untuk menyelesaikan problem umat ini yang pertama harus ada adalah keinginan untuk belajar agama, belajar qur’an, belajar sunnah, belajar aqidah, akhlak, fikih, dan lain-lain.
Ilmu agama akan menghidupkan hati-hati kaum muslimin yang dengan hidupnya hati akan memperbaiki kondisi mereka. Karena hati adalah tolok ukur kebaikan jasad manusia. Hati yang baik akan mendatangakan kebaikan amalan, demikian pula sebaliknya. Sebagaimana yang Allah -Subhanahu Wa Ta’ala- berfirman
“Dan apakah orang yang tadinya mati kemudian Kami hidupkan dia dan Kami berikan kepadanya cahaya, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” [QS. al-An’am: 122]
Ayat ini ditafsirkan oleh Syeikh Abdurrahman Nashir As Sa’di rahimahullah dengan berkata:
“Apakah orang yang sebelumnya tidak diberi hidayah Allah, (seakan) mati dalam kegelapan kekufuran, kebodohan, dan maksiat lalu Kami (Allah) hidupkan orang itu dengan cahaya ilmu, keimanan, dan ketaatan kemudian ia menjadi orang yang berjalan di tengah manusia dalam cahaya yang menerangi urusan-urusannya, dalam keadaan diberi petunjuk di atas jalannya. Mengenal dan mengutamakan kebaikan, bersungguh-sungguh mempraktekannya pada dirinya dan orang lain. Mengenal keburukan dan benci dengan keburukan tersebut. Dia tinggalkan dan ia semangat dalam menghilangkan keburukan itu dari dirinya dan orang lain. Apakah orang seperti ini sama dengan orang yang berada dalam kegelapan ? Gelapnya kebodohan, melampaui batas, kekufuran, dan gelapnya maksiat” [Taisirul Karimir Rahman: 272]
Ilmu apa yang harus dipelajari kaum muslimin ??
Ilmu yang harus mereka dahulukan adalah ilmu yang wajib ‘ain bagi mereka, yang tidak boleh seorang tidak tahu. Seperti rukun Islam yang lima, dua kalimat syahadat, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, puasa Ramadhan, dan berhaji ke baitullah. Demikian pula ilmu tentang rukun Iman yang enam. Ilmu ini yang wajib setiap muslim mempelajarinya sebelum yang lain. Karena ia berkaitan dengan aktifitas ibadah sehari-hari mereka.
- Mengamalkannya
Tidak cukup seorang muslim hanya berilmu tanpa beramal. Karena tujuan orang belajar adalah amalan. Ilmu tan beramal seperti pohon yang tidak berbuah. Allah -‘Azza Wa Jalla- berfirman,
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An Nahl: 97).
Dalam ayat lain disebutkan,
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al Mulk: 2)
Terjadinya problem umat berupa kedzaliman dan kejahatan pemimpin itu disebabkan kedzaliman kita sebagai rakyat. Allah -‘Azza Wa Jalla- berfirman
“Dan demikianlah, kami jadikan orang yang dzalim sebagai pemimpin bagi orang dzalim disebabkan maksiat yang mereka lakukan.” (Qs. Al An’am: 129)
Ayat ini menunjukkan bahwa penguasa yang dzalim muncul karena perbuatan dzalim dari rakyatnya. Jika rakyatnya beriman dan bertaqwa dengan menjalankan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya, maka Allah akan berikan kepada mereka penguasa yang adil.
Disinilah pentingnya kita mengamalkan ilmu agama sebagai penyelesaian problem umat ini. Tersebarnya amalan agama akan menciptakan kondisi yang baik mpada setiap lapisan masyarakat. Dan jauhnya masyarakat dari amalan agama akan menjadikan mereka semakin terpuruk, walapun mereka mengunakan strategi yang jitu seklalipun.
- Mendakwahkannya
Berdakwah kepada Allah adalah inti dari agama Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini ditunjukkan oleh riwayat dari Abu Ruqayah Tamim Ad Daari radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“Agama adalah nasehat, kami berkata : Kepada siapa ? beliau bersabda : Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan kepada pemimpin kaum muslimin dan rakyatnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Agama Islam berdiri tegak diatas upaya saling menasihati atau dakwah, maka kaum muslimin harus saling menasihati diantara masing-masing individu muslim. Dan dakwah itu dilakukan sesuai kemampuannya. Tidaklah cukup ilmu dan amal. Tapi kita butuh juga kepada dakwah, agar ilmu agama tersebar di tengah masyarakat. Salah satu problem kita adalah tidak diamalkannya sebagian dari sunnah Rasulullah. Apa sebabnya ??
Karena mereka tidak mengetahuainya atau mengganggap sunnah ini suatu yang asing dan bersal dari luar Islam. Disinilah pentingnya kaum muslimin bersemangat menyebarkan ilmu Islam dengan berdakwah. Yah, menyebarkan ilmu Islam, bukan menyebarkan kebodohan, asal bicara, dan bimbingan agama tanpa dasar. Tapi hendaklah seorang muslim berdakwah dengan ilmu. Allah -Subhanahu Wa Ta’ala- berfirman,
Katakanlah: “Inilah jalan ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan ilmu, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS. Yusuf: 108)
Jika dakwah ini dilakukan tanpa ilmu maka kita memperperbaikinya membutuhkan dua kali pekerjaan, yaitu mentasfiyah atau membersihkan segala keyakinan dan amalan yang tidak berdasar ilmu semisal syubhat-syubhat atau keracuan, lalu mentarbiyah yaitu mengajarkan apa yang telah bersih tadi kepada masyarakat.
- Bersabar dalam belajar, beramal, dan berdakwah.
Perkara yang dimaklumi bahwa ketiak seorang muslim belajar agama atau mengamalkannya atau mendakwahkannya, maka itu semua butuh kesabaran. Karena akan ada cobaan, ujian, dan gemlengan dari Allah bagi mereka yang ingin diangkat derajatnya. Allah -Subhanahu Wa Ta’ala- berfirman,
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al Ankabut: 2-3)
Kesabaran dalam itu semua akan menggagalkan dan memporak-porandakan makar-makar musuh. Sebagaimana firman Allah,
“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.” (Qs. Ali Imran: 120)
Berkata Syeikh Abdurrahman As Sa’di –Rahimahullah–
“Kalau kalian menempuh sebab-sebab yang Allah telah janjikan bahwa sebab-sebab tersebut (berupa kesabaran dan ketakwaan) akan mendatangkan kemenangan, maka makar tipu daya mereka tidak akan membahayakan, bahakan Allah akan menjadikan tipu daya itu membinasakan mereka, karena ilmu dan kekuatan Allah meliputi mereka. Jadi tidak ada jalan selamat untuk mereka dari kebinasaan, karena tidak ada yang mereka bisa sembunyikan” (Tafsir As Sa’di: 144)
Allah -Subhanahu Wa Ta’ala- juga berfirman,
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As Sajadah: 24)
Ayat-ayat di atas dengan tegas menunjukkan bahwa jika kita benar-benar bertakwa kepada Allah maka konspirasi musuh bukanlah ancaman yang berarti.
Abu Ubaidillah Bambang al Atsariy, 17 Rabiul Awwal 1438 H / 17 Desember 2016.
__________
Materi Tablik Akbar Meniti Jalan Dakwah Para Nabi di Masjid Besar Al Muamalah di Bumi Tamalanrea Permai (BTP) Blok L, Kelurahan Tamalanrea, Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar pada 18 Rabiul Awwal 1438 H / 18 Desember 2016.
[1] Dikeluarkan oleh Thabrani dalam al Mu’jam al Kabir (3: 181-182) dan dalam al Mu’zam al Ausath (2/249/8843) dari hadits Abdullah bin Shalih. Lihat Ash Shahihah nomor hadits 3165