Lidah Tak Bertulang

LAFADZ HADITS

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ يَزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

Sungguh seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dengan kalimat itu tidak terasa ia akan tergelincir ke dalam neraka lebih jauh daripada jauhnya timur dan barat” (Muttafaqun ‘alaihi)

PENJELASAN HADITS

Lisan adalah anugrah terindah yang Allah berikan kepada kita. Dengan lisan kita bisa berkomunikasi dan mengungkapkan isi hati kepada orang lain. Namun jika nikmat ini tidak dijaga, maka bukan lagi menjadi anugrah, namun bisa sebaliknya menjadi bumerang bagi pemiliknya. Karenanya sangat pantas kita mendengar ancaman nabi dengan kepada mereka yang tidak berhati-hati menjaga lisannya sebagaimana hadits diatas. Imam Ibnul Qayyim al Jauziyah -rahimahullahu- dengan kepiawaiannya menjelaskan di dalam kitabnya “al Jawabul Kafiy” tentang sulitnya menjaga lisan. Beliau -radhiyallahu ‘anhu- berkata: “Sungguh aneh jika ada orang yang dengan mudahnya mampu menjaga diri dari makanan haram, kedzaliman, perbuatan zina, mencuri, minum minuman keras, melihat sesuatu yang diharamkan, dan lain-lain namun sangat sulit baginya untuk menjaga gerakan lidahnya. Hingga engkau melihat orang yang dijadikan figur dalam agamanya, zuhudnya, ibadahnya namun ia berbicara dengan kalimat-kalimat yang mendatangkan kemarahan Allah -subhanahu wa ta’ala- dalam keadaan ia tidak perduli. Padahal dengan satu kalimat saja ia akan turun ke Neraka lebih jauh dari timur dan barat. Dan betapa banyak engkau lihat orang yang memiliki wara (berhati-hati) terhadap kekejian dan kedzaliman namun lisannya berdusta terhadap kehormatan manusia yang masih hidup atau yang telah meninggal dalam keadaan ia tidak perduli” [al Jawab al Kafiy: 159]

Ucapan Ibnul Qayyim tersebut betul-betul menghentakkan hati dan perasaan. Bagaimana seorang yang mampu menjaga diri dari dosa seluruh anggota badannya, namun tak berdaya menahan dosa dari satu anggota badan yang bernama LISAN. Ini semakin memperjelas bagaimana sulitnya menjaga lidah. Ada orang yang mengatakan bahwa lidah itu tak bertulang. Sehingga dengan mudahnya kalimat-kalimat keluar, meluncur, dan berhamburan tanpa berkikir akibat baik dan buruknya. Sehingga sepantasnya seorang muslim lebih menjaga lisannya daripada langkah kakinya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Hazim Salamah bin Dinar seorang tabi’in -rahimahullah- (wafat 160H):

يَنْبَغِي لِلْمُؤْمِنِ أَنْ يَكُوْنَ أَشَدَّ حِفْظاً لِلِسَانِهِ مِنْهُ لِمَوْضِعِ قَدَمَيْه

“Hendaklah seorang mukmin lebih berhati-hati menjaga LISANnya dari melangkahkan kedua kakinya” [Shifah ash Shafwah: 1/386]

FAIDAH HADIS

  • Wajibnya menjaga lisan ketika berbicara.
  • Dorongan untuk memikirkan setiap kalimat yang hendak diucapan, apakah membawa manfaat atau menjerumuskan kepada kejelekan.
  • Orang yang paham agama itu adalah orang yang bisa memprediksi akibat dari ucapannya.
  • Haramnya seorang muslim mengucapkan sesuatu yang ia tidak tahu baik buruknya ucapannya itu.
  • Hadits ini juga memberikan anjuran untuk tidak banyak bicara, dan berhati-hati berbicara terutama ketika sedang marah. Karena orang yang marah terkadang tidak mampu mengontrol ucapannya.

Rujukan 

 

Syarh Riyadhus Shalihin Syeikh Utsaimin

Bahjatun Nadzirin

Al Jawab al Kafiy

Shahih Bukhari

Shahih Muslim

Tathriz Riyadh ash Shalihin

Shifah ash Shafwah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *