Kita sering mendengar di masyarakat kita sebagian orang membagi tingkatan agama menjadi 4 tingkatan yaitu tingkatan syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat.
Apakah memang ada tingkatan-tingkatan seperti itu di dalam agama yang diajarkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ?
Mari Kita Lihat Penjelasan Rasulullah
Kalau kita menilik hadits-hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, maka kita akan dapati bahwa ternyata tingkatan-tingkatan tersebut tidak pernah disebutkan dan diajarkan oleh Nabi shallallahu alaihi Wasallam. Yang ada adalah tiga tingkatan agama sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu,
Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang berhak disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang Ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “ (Riwayat Muslim)
Penjelasan Singkat
Para ulama mengatakan bahwa hadis ini menerangkan tentang tingkatan-tingkatan agama Islam. Jadi agama kita bertingkat-tingkat, dimana sebagiannya lebih tinggi tingkatannya daripada sebagian yang lain. Tingkatan agama kita berdasar hadits diatas adalah:
1. Tingkatan Islam
2. Tingkatan iman
3. Dan tingkatan Ihsan.
Masing-masing tingkatan tersebut memiliki rukun-rukun. Jadi ada rukun Islam, ada rukun iman, dan rukun Ihsan.
Islam lebih luas cakupannya daripada iman dan iman lebih luas cakupannya daripada Ihsan. Muslim lebih banyak jumlahnya daripada Mukmin dan Muhsin jumlahnya paling sedikit.
Jadi dari sisi kualitas maka tingkatan yang paling tinggi adalah Ihsan, kemudian iman, kemudian Islam. Seorang Muslim belum tentu Mukmin tapi mukmin itu sudah pasti muslim. Demikian pula seorang yang Mukmin belum tentu Muhsin tapi Muhsin itu pasti Mukmin dan Muslim.
Dr. Shalih al Fauzan hafidzahullah mengatakan,
“Cakupan Islam itu lebih luas dari tingkatan lainnya, karena orang-orang munafik bisa dimasukkan ke dalam golongan muslim (tapi bukan Mu’min dan Muhsin -pent-) jika orang munafik tersebut tunduk kepada aturan Islam dan menampakan Islamnya serta shalat bersama kaum muslimin, mengeluarkan zakat, dan melakukan amalan-amalan yang dzahir, maka mereka bisa dinamakan muslim dan mereka dihukumi sebagai seorang muslim di dunia. Mereka mendapatkan perlakuan sebagai seorang muslim. Akan tetapi di akhirat mereka akan berada di neraka paling bawah. Karena mereka tidak memiliki iman. Mereka hanya memiliki Islam secara dzahir saja” (Syarh Al Ushul Ats Tsalatsah: 160)
Ini artinya orang-orang munafik masuk ke dalam golongan muslim secara dzahir, karena mereka memang menyembunyikan kemunafikannya di dalam hati. dan Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan. Namun sebagai manusia kita hanya bisa menilai mereka secara dzahir saja. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Katakanlah: “Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menampakkannya, pasti Allah mengetahuinya”. Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS. Ali Imran: 29)
Dari sini kita bisa melihat bahwa seorang yang dianggap Muslim belum tentu Mukmin jadi Mukmin tingkatannya lebih diatas dari muslim.
Demikianlah Nabi shallallahu alaihi wasallam membagi tingkatan-tingkatan agama. dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah.
Selesai di penghujung siang di ruang kerja Abu Ubaidillah dot com pada 5 Robiul Awal 1438 atau 5 Desember 2016 | Abu Ubaidillah Bambang al Atsariy