Apa yang Dimaksud Ibadah ?
Ibadah adalah suatu nama yang mencakup segala yang Allah cintai berupa perkataan dan perbuatan, seperti berdo’a, shalat, menyembelih, dan ibadah yang lainnya.
Allah ta’ala berfirman,
“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, sesembelihanku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam,”(QS. Al An’am: 162)
Ayat ini menjelaskan bahwa ibadah itu bukan sekedar shalat, namun juga menyembelih dan bahkan hidup dan mati kita adalah sebuah ibadah dan hanya diperuntukkan untuk Allah Subhanahu wata’ala. Seorang muslim tidak boleh memberikan ibadahnya kepada selain Allah Subhanahu wata’ala. Contoh dari ibadah yang disebutkan dalam ayat ini bukan bersifat membatasi, namun sebagai contoh saja, karena ibadah-ibadah yang lain tentunya masih banyak.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Dan tidaklah hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang paling aku cintai daripada sebuah perkara yang Aku wajibkan kepadanya” (HR. Bukhari nomor 6502)
Hadits ini menjelaskan tentang kecintaan Allah Subhanahu wata’ala kepada perkara ibadah yang telah diwajibkan kepada hambaNya. Sehingga seorang muslim hendaklah mengutamakan perkara yang wajib dibanding perkara yang hukumnya sunnah.
Kita banyak melihat sebagian kaum muslimin meninggalkan yang wajib dan lebih mengutamakan perkara perkara yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam. Padahal jika dibandingkan antara yang wajib dengan yang sunnah maka yang wajib harus lebih didahulukan. Apalagi jika perkara wajib dibandingkan dengan perkara yang tidak ada contoh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Lalu bagaimana kita mengetahui bahwa suatu amalan dicintai oleh Allah ?
Kita bisa mengetahuinya dengan melihat kepada al Qur’an dan hadits Rasulullah. Jika dalam al Qur’an dan hadits disebutkan bahwa Allah mencintai sebuah amalan, emuji pelakunya, menjanjikan pahala kepada pelakunya, maka itu menunjukkan bahwa Allah mencintai perbuatan tersebut.
Kesimpulannya: Semua amalan yang Allah cintai dan ridhai, maka itulah yang disebut dengan ibadah.
___________
Diambil dari kitab Khudz Aqidataka karya Syeikh Muhammad Jamil Zainu rahimahullah, diterjemahkan dan dijelaskan oleh Abu Ubaidillah al Atsariy