Shalat dengan cara yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan adalah perkara yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sebagai bentuk Ittiba’ (mengikuti) beliau ‘alaihish shalatu wassalam. Termasuk dalam hal tersebut adalah mengikuti bagaimana Rasulullah berdiri ketika shalat selepas ruku dan duduk selepas sujud. Mungkin kalian bertanya-tanya masa’ sampai sedetail itu kita mengikuti shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ?
Iya, tentu bagi mereka yang telah merasuk ke dalam dadanya cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka hal itu tidak mengherankan. Seperti yang tergambar dalam hadits berikut ini. Hadits yang diriwayatkan dari Tsabit al Bananiy[1] dari Anas bin Malik[2] berkata,
“Sungguh aku tidak segan-segan memperlihatkan shalat kepada kalian sebagaimana aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam shalat bersama kami” Tsabit berkata: “Maka Anas bin Malik melakukan sesuatu yang aku tak pernah melihat kalian melakukannya. Yaitu jika ia mengangkat kepalanya dari ruku’, maka dia berdiri (lama) hingga ada yang mengatakan: mugkin Anas lupa, dan jika beliau mengangkat kepalanya dari sujud, maka beliau terdiam (lama) hingga ada yang berkata: “Anas bin Malik telah lupa” [HR. Bukhari dan Muslim][3].
Kandungan Hadits
Hadits ini menerangkan tentang kondisi kaum muslimin di akhir-akhir masa sahabat, dimana kebanyakan mereka meringankan berdiri setelah ruku’ dan duduk antara dua sujud. Dalam hadits ini Tsabit bin Aslam seorang tabi’in menceritakan bagaiamana Anas bin Malik mencontohkan bagaimana para sahabat shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dimana saking lamanya berdiri sehingga sebagian orang yang melihat Anas yang mencontohkan shalat Nabi itu mengatakan bahwa kemungkinan Anas lupa gerakan atau bacaan sehingga lama berdiri dan duduknya.
Apa Yang Bisa Kita Ambil Dari Hadits ini ?
Hadits ini menerangakan beberapa pelajaran diantaranya:
- Disyariatkan memanjangkan berdiri dan duduk antar dua sujud.
- Semangat para sahabat dalam mempelajari dan mencontoh tata cara shalat Nabi hingga masalah yang sangat detail.
- Kebiasaan ilmiyah para salaf pendahulu kita yang menyandarkan ilmu kepada yang mengajarkannya pertama kali.
Mungkin masih ada pelajaran lain dari hadits ini, namun kami cukupkan di tiga faidah ini semoga bisa memotovasi kita untuk semakin mencontoh sunnah Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam’
Sumber: Tanbihul Afham Syarh ‘Umdatul ahkam
Disampaikan materi ini pada Kajian Rutin Masjid Nurul Jamil, Makassar. Disetiap malam Jum’at ba’da maghrib hingga Isya.
Abu Ubaidillah Al Atsariy 9 Dzulqa’dah 1437H bertepatan 11 Agustus 2016
_____________
[1] Beliau adalah Tsabit bin Aslam al bananiy seorang tabi’in yang tsiqah dan ahli ibadah. Beliau meninggal pada tahun 127H.
[2] Anas bin Malik bin Nadhar al Anshari al Khazraji radhiyallahu ‘anhu adalah anak dari Ummu Sulaim radhiyallahu ‘anha yang dibawa oleh ibunya ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah ketika Anas berumur 10 tahun. Ummu Sulaim berkata: “Wahai Rasulullah ini adalah anak yang akan membantumu”. Maka Nabi ‘alaish shalatu wassalam mendo’akan Anas dengan berkata: “Ya Allah perbanyaklah harta dan keturunannya, serta masukkanlah ia ke dalam syurga”
Anas bin Malik berkata: “Aku telah melihat terkabulnya 2 do’a itu dan aku berharap akan terkabul yang ketiga”. Beliau adalah sahabat Nabi yang paling banyak anaknya, paling panjang umurnya dan sahabat yang paling akhir meninggalnya. Beliau memiliki anak lebih dari 100 dan kebun kurma beliau berbuah dua kali setahun. Beliau meninggal di Bashrah pada tahun 90H.
[3] Dikeluarkan oleh Bukhari pada nomor hadits 800 dan Muslim pada nomor 472.