Terkadang di bulan Ramadhan kita melihat saudara-saudara kita tidak menjalankan ibadah puasa. Tentu kita tidak bisa langsung mengklaim bahwa orang tersebut melanggar perintah Allah atau merasa bahwa kita lebih baik dari mereka. Karena orang tidak puasa di bulan Ramadhan itu disebabkan beberapa hal. Selain memang ada “factor x” yaitu orang yang meninggalkan ibadah puasa Ramadhan karena durhaka kepada Allah subhanahu wa ta’ala, namun ada juga diantara mereka yang meninggalkan puasa Ramadhan karena adanya udzur syar’i. Diantaranya karena sakit, sudah tua, haid, nifas, menyusui, ataupun safar.
Bagi kita yang melihat saudara kita yang yang safar (bepergian) lalu tidak puasa, maka kita tidak boleh menghinanya atau mengingkarinya karena adanya keterangan bolehnya orang yang bersafar untuk tidak puasa. Allah ‘azza wa jalla berfirman,
“Maka barangsiapa di antara kamu yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia tidak puasa), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain” [QS. Al Baqarah: 184]
Jelas sekali ayat ini membolehkan orang yang bersafar untuk tidak berpuasa. Ini adalah keringanan dan pilihan bagi mereka. Sehingga tentunya kita menghindari saling membuli antara orang yang berpuasa dan yang tidak puasa ketika safar. Anda bisa melihat nasehat Rasul kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kisah dibawah ini.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ia berkata:
“Kami pernah bersafar bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka orang yang puasa tidak mencela orang yang tidak puasa, dan yang tidak puasa tidak mencela orang yang puasa” [HR. Bukhari (1947) dan Muslim (1118]
Anas radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa ketika beliau bersafar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di bulan Ramadhan, maka ia melihat ada diantara para sahabat yang berpuasa karena merasa mampu untuk berpuasa dan ada pula yang tidak berpuasa. Orang yang tidak berpuasa bukan karena tidak mampu, namun karena melihat jika ia tidak berpuasa, maka akan menjadikan ia lebih kuat melakukan perjalanan. Dan ternyata diantara mereka orang yang puasa dan tidak puasa tidak saling membuli.
Pelajaran Kisah Ini
Kisah ini memberi kita banyak pelajaran penting, terutama bagaimana kita menjaga sebab-sebab persatuan hati diantara kaum muslimin. Pelajaran penting itu diantaranya:
- Pemahaman agama yang benar akan mendatangkan kebaikan bagi kita dan masyarakat sehingga kita bisa menghindari sesuatu yang bisa merusak dalam hal ini adalah saling membuli.
- Persetujuan Rasulullah terhadap apa yang dilakukan oleh para sahabat karena diantara mereka ada yang puasa dan ada pula yang tidak puasa. Ini menunjukkan bahwa kita diberi pilihan untuk berpuasa atau tidak berpuasa ketika safar di bulan Ramadhan.
- Saling menghargai diantara kaum muslimin dan tidak merasa kita lebih hebat dari yang lain, karena kita mampu berpuasa dan yang lain mungkin tidak puasa karena udzur di bulan Ramadhan.
- Indahnya syariat Islam yang memberikan banyak kemudahan kepada ummatnya.
- Bolehnya orang yang mampu puasa ketika safar namun ia memilih untuk tidak puasa.
Selesai risalah singkat ini pada 26 sya’ban 1437 / 02 Juni 2016 di Gowa, Sulawesi Selatan.
Disusun oleh Abu Ubaidillah Bambang al Atsariy | www.abuubaidillah.com