Segala Pujian hanya milik Allah dan cukuplah Allah bagi kita. Salam kepada hambanya yang terpilih (Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam).
Yang aku wasiatkan kepada anak-anakku para mahasiswa Universitas Islam Madinah yaitu hendaklah bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala pada setiap keadaan dan bersemangat untuk menuntut ilmu serta memiliki perhatian terhadap pelajaran-pelajaran dan saling mengingatkan di antara mereka terhadap perkara yang kadang tersembunyi bagi sebagian.
Memperhatikan penjelasan guru dan menanyakan kepada mereka tentang pelajaran yang kurang dipahami dengan cara yang baik.
Diantara perkara yang paling penting yang menjadi sebab diraihnya ilmu adalah:
Memperbaiki niat, menjaga waktu, dan mengamalkan ilmu.
Telah datang pada sebagian riwayat menyebutkan,
“Barangsiapa yang mengamalkan Apa yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang dia tidak ketahui”
Dasar riwayat ini adalah ayat yang disebutkan di dalam kitab Allah,
“Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, maka Allah akan menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketakwaannya.” (QS. Muhammad: 17)
Dan firman Allah,
“Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk” (QS. Maryam: 76).
Kemudian diantara sebab yang paling penting juga dalam meraih ilmu adalah Istiqomah di atas ketakwaan kepada Allah dan berhati-hati dari maksiat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Thalaq: 2-3).
Jalan keluar dari kebodohan adalah jalan keluar yang paling penting dan paling dituntut untuk mendapatkannya. Demikian pula ilmu adalah rezeki yang paling utama sebagai buah dari ketakwaan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqon (pembeda antara kebenaran dan kebatilan).” (QS. Al Anfal: 29)
Penafsiran yang paling baik dalam menafsirkan kalimat al-furqon ialah apa yang didapatkan oleh seorang berupa cahaya ilmu yang dengan cahaya itu dia bisa membedakan antara yang benar dan yang batil.
Adapun pengaruh maksiat dalam menghalangi seseorang mendapatkan ilmu yang bermanfaat adalah perkara yang telah diketahui dengan Nash ( Al Quran dan Sunnah ) dan juga dalam kenyataan yang bisa dilihat. Sebagaimana Allah berfirman,
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30)
Dan Tidak diragukan lagi bahwa terhalanginya seseorang dari ilmu agama yang bermanfaat termasuk musibah yang paling besar.
Dalam hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam disebutkan bahwa beliau bersabda,
“Sungguh seorang hamba benar-benar akan terhalang dari rizki karena dosa yang dilakukannya,” (HR. Ahmad (22438)).
Ketika Imam Syafi’i duduk di hadapan Imam Malik (Semoga Allah merahmati mereka berdua), maka Imam Malik berkata kepada Imam Syafi’i:
“Sungguh aku melihat Allah telah melemparkan kepadamu cahayaNya, maka janganlah engkau mematikan cahaya itu dengan maksiat”
Atau seperti yang dikatakan oleh Imam Malik rahimahullah.
___
Diterjemahlan oleh Abu Ubaidillah al Atsariy di malam Selasa, 20 Rajab 1438H/ 17 April 2017 dari https://www.binbaz.org.sa/article/136.