Dunia ini bukan tempat yang kekal tapi sebaliknya dunia adalah tempat yang fana, akan hilang, dan musnah. Tempat kembali yang kekal itu adalah akhirat. Jadi kehidupan kita ini sementara dan merupakan sebuah perjalan menuju akhirat.
Maka manusia harus selalu dingatkan karena manusia sering lupa atau sengaja melupakannya.
Allah ta’ala berfirman,
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman” (QS. adz Dzariyat: 55)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus ad-Daary radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Agama itu nasihat”. Kami pun bertanya, “Hak siapa (nasihat itu)?”. Beliau menjawab, “Nasihat itu adalah hak Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin” (HR. Muslim nomor 55)
Wasiat, nasehat, peringatan, dan wejangan tentang akhirat sangatlah dibutuhkan oleh manusia terutama di zaman yang penuh dengan gemerlap dunia yang menyilaukan. Kalau masalah dunia manusia tidak perlu diingatkan karena mereka hampir tidak pernah alfa dalam mengingatkan satu dengan yang lainnya dalam masalah dunia. Hingga seorang ulama Atha’ al Khurasaniy rahimahullah diceritakan oleh Abdullah bin Abdurrahman bin Yazid bin Jabir ia berkata: Telah menceritakan kepadaku pamanku Yazid Ibnu Yazid bin Jabir dari Atha’ al Khurasaniy bahwa ia berkata:
“Saya tidak tertarik mewasiatkan kepada kalian tentang perkara dunia karena kalian biasa saling berwasiat dalam perkara tersebut dalam keadaan kalian sangan menginginkannya. Saya hanya ingin mewasiatkan kepada kalian tentang prihal ahirat kalian. Ambillah bekal dari dunia yang fana ini untuk negeri yang kekal abadi. Jadikanlah dunia seperti sesuatu yang akan kalian tinggalkan. Demi Allah sungguh kalian benar-benar akan meninggalkannya. Jadikanlah kematian seperti sesuatu yang akan kalian alami karena demi Allah kalian banar-benar akan mengalaminya. Dan jadikanlah akhirat seperti sesuatu yang akan kalian tinggali karena demi Allah kalian benar-benar akan tinggal disana. Itulah tempat tingga seluruh manusia. Tak satupun manusia yang akan melakukan perjalanan kecuali pasti membawa bekal. Siapa yang berbekal dengan sesuatu yang bermanfaat dalam perjalanannya, maka ia akan bahagia. Dan siapa yang keluar pergi bersafar namun tidak membawa bekal, maka ia akan menyesal. Ketika waktu dhuha ia tidak memiliki sesuatu untuk berteduh (dari terik mentari), jika ia haus ia tidak memiliki air untuk melepas dahaga. Perjalanan di dunia pasti ada finisnya. Manusia yang paling cerdas adalah mereka yang mempersiapkan bekal untuk perjalanan yang tak berujung” (Shifatush Shafwah: 4/151)
Akhirat perlu diingat dan diingatkan karena itu adalah tempat kekal akhir kehidupan manusia. Tidak ada kebahagiaan yang paling menyenangkan dibanding kebahagian di akhirat. Adapun kebahagian di dunia hanya sementara dan akan sirna cepat atau lambat. Tidak ada keuntungan bagi mereka yang harus sengsara di akhirat walau ia bahagia di dunia.