Raghbah (اَلرَّغْبَةُ )adalah sangat berharap tercapainya apa yang diinginkan.
Rahbah (اَلرَّهْبَةُ) adalah rasa takut yang ditiimbulkan oleh adanya ancaman yang menakutkan, rasa takut ini berkaitan dengan perbuatan.
Sedangkan Khusu’ (اَلْخُشُوْعُ) adalah merendahkan diri terhadap kebesaran Allah subhanahu wata’ala dengan cara pasrah kepada ketentuanNya yang bersifat kauniyah (sebab akibat) dan syar’iyah.
Tiga perkara ini termasuk ibadah yang tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah ta’ala. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap (raghbah) dan cemas (rahbah). Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami” [QS. Al Anbiya: 90]
Makna Ayat
Di dalam ayat yang mulia ini Allah memberi sifat kepada hambaNya yang ikhlash dalam ibadahnya bahwa mereka berdo’a kepada Allah dengan perasaan harap, cemas, dan khusu’ kepada Allah. Do’a dalam ayat ini mencakup do’a ibadah dan do’a masalah. Mereka berdo’a kepada Allah dengan mengharap apa yang ada di sisi Allah dan sangat menginginkan pahala dariNya disertai dengan perasaan takut akan adzab dan pengaruh buruk dari dosa-dosa mereka.
Hendaklah seorang mukmin berusaha menuju Allah dalam dua kondisi ini, yaitu cemas dan harap. Ketika ia mentaati Allah, maka ia memperbesar sisi harapan agar ia bersemangat melakukan ketaatan tersebut dan merangan agar amalannya diterima. Sedangkan dalam keadaan ia bermaksiat ia memperbesar sisi takut agar ia berusah lari dari kemasiatan dan selamat dari adzab Allah ta’ala.
Artinya Apa ?
Ini berarti bahwa ketika seseorang melakukan amal kebaikan hendaklah ia tidak putus asa dan selalu yakin jika amalannya diterima. Jika ini ia lakukan, maka akan menambah semangatnya dalam mentaati Allah ta’ala. Namun jika ia terjerumus dalam kedurhakaan, hendaklah ia takut kepada Allah dan jangan mengatakan: “Allah kan Maha Pengampun, Maha Pengasih tidak mungkin Allah menyiksa hambaNya”. Ini jangan dikatakan ketika kita bermaksiat, karena akan muncul perasaan bahwa maksiat kita tidak membahayakan kita.
Bagaimana Memposisikan Harap Dan Cemas
Sebagaian ulama mengatakan :”Dalam keadaan orang yang sedang sakit, maka ia memperbesar perasaan harap dan dalam kondisi sehat ia memperbesar perasaan takut” Karena orang yang sakit dalam kondisi jiwa yang lemah. Dan jangan-jangan ajalnya juga sudah dekat. Sehingga ketika ia wafat ia dalam keadaan berprasangka baik kepada Allah karena harapannya yang besar kepadaNya. Adapun jika seseorang dalam kondisi sehat maka seseorang akan berangan bahwa ia akan panjang umur. Sehingga muncul perasaan sombong dan mudah melakukan kejelekan. Sehingga ia harus meningkatkan perasaan takutnya kepada adzab Allah ‘azza wa jalla.
Ada juga sebagian ulama yang yang berpendapat bahwa antara harapan dan rasa takut hendaklah diseimbangkan. Karena harapan yang terlalu besar akan embawa kepada merasa aman dari makar Allah, dan rasa takut yang terlalu besar akan membawa kepada putus asa dari rahmat Allah.
Sumber: Kitab Syarh Tsalatsatul Ushul karya Syeikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullah dengan tambahan keterangan dan penjelasan dari Abu Ubaidillah al Atsariy hafizhahullah.
Selesai pada 17 Dzulhijjah 1437H atau 19 September 2016 di Asrama Rumah Qur’an Madrosah Sunnah kab. Gowa Sulawesi Selatan.