Assalamu alaikum ustadz, mau tanya:
- Kapan sebenarnya waktu shalat dhuhur bagi wanita yg tinggal di rumah pada hari jum’at, apakah pada saat azan sdh bisa shalat ataukah nanti setelah selesai jumatan di mesjid baru bisa shalat dhuhur di rumah?
- Gimana tata cara menjamak shalat pada saat perjalanan, (perjalanan darat jarak kurang lebih 175km atau jarak tempuh sktr 5 jam) mohon penjelasannya. Sekian dan terima kasih
J A W A B
Bismillah wal hamdulillah…
- Shalat dhuhur bagi wanita di hari Jum’at sama dengan hari-hari lainnya. Yaitu ketika masuknya waktu dhuhur tanpa harus menunggu selesainya shalat Jum’at di masjid.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya shalat adalah kewajiban bagi kaum mukminin yang telah ditetapkan waktunya.” (QS. An-Nisa: 103)
Ayat ini menunjukkah bahwa shalat itu waktunya sudah ditetapkan dan tidak berubah. Sama sekali tidak ada dalil yang menunjukkan adanya perberbedaan shalat dhuhur bagi wanita atau orang yang tidak wajib shalat Jum’at di hari Jum’at dan hari-hari yang lain.
- Dalam perjalanan kita menjamak shalat dengan cara mengqashar atau meringkasnya. Yang empat raka’at menjadi dua raka’at. Shalat Dhuhur di jama’ dengan shalat Ashar, dan shalat Maghrib dengan Isya.
Menjama’ shalat maghrib dan Isya boleh dikerjakan di waktu Maghrib (Jama’ Taqdim) dan boleh pula di waktu Isya (Jama’ Ta’khir). Demikian pula menjama’ shalat Dhuhur dan Ashar, boleh dikerjakan di waktu Dhuhur (Jama’ Taqdim) dan boleh pula di waktu Ashar (Jama’ Ta’khir).
Berikut salah satu gambaran shalat Jama’ ketika safar atau berpergian.
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhu dia berkata:
قَالَ سَالِمٌ وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَفْعَلُهُ إِذَا أَعْجَلَهُ السَّيْرُ وَيُقِيمُ الْمَغْرِبَ فَيُصَلِّيهَا ثَلَاثًا ثُمَّ يُسَلِّمُ ثُمَّ قَلَّمَا يَلْبَثُ حَتَّى يُقِيمَ الْعِشَاءَ فَيُصَلِّيهَا رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يُسَلِّمُ وَلَا يُسَبِّحُ بَيْنَهُمَا بِرَكْعَةٍ وَلَا بَعْدَ الْعِشَاءِ بِسَجْدَةٍ حَتَّى يَقُومَ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ
“Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila beliau tergesa-gesa dalam perjalanan, maka beliau mangakhirkan shalat Maghrib dan menjama’nya dengan shalat Isya (Jama’ ta’khir). Salim (anak Ibnu Umar) barkata: “Adalah Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma melakukan hai itu. Apabila beliau tergesa-gesa dalam perjalanan. Beliau qamat untuk shalat maghrib, lalu shalat Maghrib tiga raka’at dan kemudian salam. Beliau diam sejenak lalu qamat untuk shalat Isya kemudian shalat Isya dua raka’at lalu salam. Beliau tidak mengantarai dua shalat yang dijama’ tadi dengan satu reka’atpun dari shalat sunnah, demikian pula beliau tidak shalat sunnah satu raka’at pun setelah Isya, hingga beliau bangun malam untuk shalat malam”
[HR. Bukhari nomor 1109].
Kesimpulan:
- Shalat jama’ musafir dilakukan dengan cara meringkas (menqashar shalat yang empat raka’at) menjadi dua raka’at.
- Tidak disunnahkan shalat Rawatib ketika safar.
- Dalam menjamak dua shalat adalah dengan mengurutkan waktu shalat. Jadi kalau shalat Maghrib dan Isya dijama’ maka shalat Maghrib lebih didahulukan baru shalat Isya, walaupun dikerjakan di waktu Isya. Demikian pula jama’ Dhuhur dan Ashar.
- Disunnahkan qamat pada setiap shalat yang dijama’.
W a l l a h u a’ l a m
______
Abu Ubaidillah al-Atsariy
1 comment
Assalamu alaikum udztd, ada teman yg mengatakan klu perjalanannya dekat, seperti jarak di atas (175km) shalat boleh di jamak tp ga du ghasar/ringkas, misal dhuhur dgn ashar, bisa d jamak tp tetap masing2 4 rakaat, bukan dua dua rakaat, kecuali jauh misal jakarta, itu bisa d gashar, apa betul begitu uztad, mohon penjelasannya??? Terima kasih