Jika kita melihat ayat-ayat al Qur’an, maka kita akan dapati bahwa manusia itu memiliki sifat dasar dzalim dan bodoh. Allah -subhanahu wa ta’ala- berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah ini kepada langit dan bumi serta gunung-gunung, namun mereka enggan untuk memikulnya karena kwatir akan menghianati amanah tersebut. Dan dipikullah amanah ini oleh manusia, sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan bodoh” [QS. Al Ahzab: 72]
Disisi lain manusia punya sifat lemah dan mudah terpengaruh oleh hawa nafsunya sebagaimana disebutkan dalam al Qur’an: “….dan manusia diciptakan dengan sifat lemah” [QS. An Nisa: 28].
Kedua ayat ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa manusia itu lemah sehingga manusia mudah melakukan kejelekan, kedurhakaan, dan maksiat kepada Allah. Sehingga Allah -subhanahu wa ta’ala- mensyariatkan kepada mereka untuk bertaubat meminta ampun kepada Allah, jika mereka melakukan dosa. Perhatikan bagaimana kisah Nabi Adam -‘alaish salam- yang sudah berada di surga, kemudian digelincirkan oleh Iblis untuk melakukan dosa. Adam pun terbawa oleh bujuk rayu Iblis yang kemudian menghantarkan Adam dikirim ke bumi yang keadaanya tentu beda dengan surga. Disitulah kemudian Adam bertaubat kepada Allah -azza wa jalla-.
Taubat Adalah Jihad
Taubat itu meninggalkan perbuatan durhaka kepada Allah menuju ampunan dari-Nya. Karena manusia tidak akan selamat dari perbuatan dosa. Sehingga manusia sangat butuh kepada taubat. Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
“Setiap manusia pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah orang yang bertaubat” [HR. Ahmad (3/198), Tirmidzi (2499), Ibnu Majah (4251), Hakim (4/272)].
Tentu menjadi orang yang bertaubat bukan perkara ringan. Karena seorang muslim harus mampu meninggalkan perbuatan dosa yang ia lakukan. Dari sisi inilah sehingga taubat adalah sebuah jihad melawan hawa nafsu. Jihad meninggalkan dosa untuk menuju kepada ampunan Allah -subhanahu wa ta’ala- . Allah menjanjikan akan membukakan jalan bagi mereka yang bersungguh-sungguh mencari keridhaan Allah -azza wa jalla-. Allah -subhanahu wa ta’ala- berfirman:
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan menuju Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat baik” [QS. Al-Ankabut: 69]
Ayat ini sangat jelas menunjukkan bahwa orang yang mencari keridhaan Allah -azza wa jalla- dengan bertaubat meninggalkan perbuatan dosa adalah yang berjihad. Dan Allah akan bersama dengan orang yang berbuat baik. Orang-orang yang bertaubat adalah orang-orang yang Allah -azza wa jalla- cintai karena kesungguhan mereka meraih kemuliaan di sisi Allah dengan cara meninggalkan apa yang diinginkan oleh hawa nafsunya. Allah -subhanahu wa ta’ala- berfirman:
“Sesungguhnya Allah mencinta orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri” [QS. Al-Baqarah: 222].
Allah mencintai perjuangan mereka yang tidak mudah. Mereka harus rela meninggalkan apa yang diinginkan dan dibisikkan oleh hawa nafsu mereka. mereka memaksa hati mereka dan berjuang untuk meninggalkan apa yang Allah haramkan menuju apa yang Allah halalkan. Maka sepantasnya orang yang bertaubat mendapatkan anugrah berupa pahala yang besar dan kecintaan Allah -subhanahu wa ta’ala-.
Taubat Adalah Nikmat
Para pembaca yang budiman, pernahkah kita bayangkan jika Allah -subhanahu wa ta’ala- membiarkan kita berada dalam kemaksiatan dan bergelut dengan dosa tanpa kita sadari bahwa itu akan membinasakan kita. Bukankah itu adalah kerugian dan kesengsaraan dunia dan akhirat ?
Ketika kita mampu bertaubat, maka itu adalah nikmat yang sangat besar dari Allah -azza wa jalla-. Betapa banyak orang lebih berilmu dari kita, namun tak mampu meninggalkan dosanya untuk bersegera kembali kepada Allah -subhanahu wa ta’ala-. Nafsunya sudah mengusai prilaku dan karakternya. Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa taubat adalah nikmat yang sangat besar. Dengan taubat Allah mengembalikan kesucian kita, menghapus dosa dan kesalahan kita betapapun banyaknya dosa tersebut, dan menghindarkan kita dari ancaman api neraka. Allah -azza wa jalla- berfirman:
“Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan” [QS. Asy-Syura: 25]
Dalam ayat yang mulia ini, Allah menyebutkan bahwa Dia menerima taubat dari hamba-hamba-Nya yang mau bertaubat dalam keadaan Allah tahu apa yang kita lakukan. Namun pertanyaannya: “Sudahkan kita menyambut tawaran Allah ? Allah mau menerima taubat kita namun mengapa kita yang tidak mau bertaubat, padahal kita ingin menghadap kepada Allah dalam keadaan bersih. Ketika harta dan anak-anak tidak lagi ada manfaatnya, kecuali yang kembali kepada Allah -subhanahu wa ta’ala- dalam keadaan bersih dari dosa. Maka problemnya sekarang bukan pada Allah terima taubat kita atau tidak, namun problemnya adalah keengganan kita menyambut tawaran Allah -azza wa jalla-. Dalam ayat yang lain Allah berfirman :
“Dan Allah ingin menerima tobatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran)” [QS. An-Nisa: 27]
Allah -subhanahu wa ta’ala- ingin menerima taubat kalian, tapi apakah kalian juga ingin menerima ajakan taubat dari Allah ?
Inilah gambaran kita terhadap taubat. Acuh tak acuh seakan tidak butuh, padahal kita yang butuh dengan taubat dan bukan Allah -azza wa jalla-. Jadi ketika orang mampu dan mau bertaubat, maka itu adalah nikmat yang sangat besar dari Allah -subhanahu wa ta’ala- yang patut disyukuri. Semoga Allah memudah kita untuk bertaubat kepada-Nya.