Niat adalah syarat setiap ibadah. Sebuah ibadah tidak dianggap sah jika dilakukan tanpa niat. Niat yang kita maksudkan disini adalah keinginan dalam hati untuk melakukan sebuah ibadah. Bukan melafadzkan atau mebunyikan niat dengan lisan, kerena Rasulullah ‘alaish shalatu wassalam tidak pernah mengajarkan untuk melafadzkan niat dalam ibadah. Termasuk diantara ibadah yang wajib ada niat di dalamnya adalah ibadah puasa Ramadhan.
Dari Hafshah Ummul Mukminin bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa tidak berniat puasa sebelum fajar shubuh, maka tidak ada puasa baginya”
Imam Tirmidzi dan Imam an Nasa’i lebih cenderung menilainya hadits mauquf atau hadits yang disandarkan kepada shahabat. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban menilainya shahih secara marfu’ yaitu hadit yang disandarkan kepada Rasulullah. Menurut riwayat Daruquthni disebutkan:
“Tidak ada puasa bagi orang yang tidak meniatkan puasa semenjak malam.”
(HR. Ahmad no. 25918, Abu Dawud no. 2454, Tirmidzi no. 730, an Nasa’i no. 2331, Ibnu Majah no. 1700, Ibnu Khuzaimah no. 1933, Daruquthni 2/172)
Kandungan Hadits
Dua hadits diatas menjelaskan bahwa orang yang berpuasa wajib berniat menurut kesepakatan ulama. Niat temoatnya di dalam hati, dimana orang terbetik dalam hatinya untuk berpuasa besok hari, maka ia telah berniat. Jadi seorang yang berpuasa tidak hanya makan di waktu sahur, namun ia juga harus ada niat dari makan dan minumnya itu untuk puasa di esok harinya. Niat ini dilakukan sebelum datangnya waktu shubuh. Adapun orang yang berniat puasa Ramadhan dan dilakukan di siang atau pagi harinya, maka puasanya tidak sah.
Bagaimana Dengan Puasa Sunnah ?
Adapun puasa sunnah maka diperbolehkan berniat di siang hari sebagaimana disebtutkan dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau berkata:
Suatu hari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam masuk menemuiku, lalu beliau bertanya: “Apakah ada sesuatu yang bisa dimakan ?” Aku menjawab: Tidak ada. Beliau bersabda: “Kalau begitu aku puasa saja”. Di hari yang lain beliau mendatangi kami dan kami katakan: “Kita diberi hadiah makanan hais (terbuat dari kurma, samin, dan susu kering). Beliau bersabda: “Bawalah padaku, padahal sungguh tadi pagi aku puasa” Lalu beliau memakannya” (HR. Muslim: 1154)
Hadits ini menjelaskan bolehnya seseorang berpuasa sunnah dengan melakukan niat di pagi harinya. Jika seorang tidak ada niat untuk puasa sunnah di malam hari, lalu di siang hari ia berkeinginan untuk berpuasa, maka puasanya sah, selama ia belum makan, minum, atau berhubungan dengan istrinya di hari itu. Selain itu hadits ini juga menjelaskan tentang bolehnya seorang yang berpuasa membatalkan puasa sunnahnya jika ia mau tanpa ada kewajiban untuk mengganti (mengqadha) puasa sunnah yang ia batalkan. Keterangan diatas juga menunjukkan bahwa tidak ada syariatnya melafadzkan atau mengucapkan niat puasa, baik puasa sunnah atau puasa wajib. Wallahu ‘alam
_______________
Selesai tulisan ringan ini di kantor Madrosah Sunnah Makassar pada pagi menjelang siang 26 Sya’ban 1438 H atau 23 Mei 2017 | Abu Ubaidillah al Atsari