Masalah terirosme di Indonesia sungguh sangat meresahkan masyarakat di Indonesia. Bagaimana tidak, ketenangan dan dan keamanan negeri ini mendadak berubah menjadi menakutkan. Dari itulah maka pemerintah kita melakukan berbagai usaha untuk menghadapi terror dari para teroris. Diantarnya pemerintah membentuk BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) yang bertugas menyusun dan melaksanakan kebijakan di bidang penanggulangan terorisme dengan membentuk satuan-satuan tugas yang terdiri dari unsur-unsur instansi pemerintah terkait sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing. Bidang penanggulangan terorisme meliputi pencegahan, perlindungan, deradikalisasi, penindakan, dan penyiapan kesiapsiagaan nasional. Itu salah satu upaya pemerintah kita dalam menjaga dan melindungi masyarakatnya dari ancaman paham terorisme.
Ajaran Islam Adalah Solusi Masalah
Ajaran Islam sejak 14 abad yang lalu telah dengan tegas menentang segala bentuk teror dan menjelaskan cara penanggulanggannya. Kita akan dapati ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang dengan tegas mengecam paham terorisme sebagaimana yang telah kita jelaskan pada bulletin Madrosah Sunnah edisi sebelumnya. Tentu ini berbeda dengan ide-ide sebagian orang yang antipati dengan ajaran Islam yang menjadikan sunnah Rasulullah sebagai kambing hitam paham terorisme. Seperti kata mereka :”Anggota ISIS gemar berkumpul di mesjid”, atau ucapan “teroris itu suka taklim (baca: pengajian)”. Kalimat-kalimat tersebut tentu sangat tendensius dan memunculkan Islam phobia atau takut kepada ajaran Islam. Lalu muncul ide-ide untuk menjadikan muslim yang tidak lagi fanatik dengan agamanya, tidak lagi mendahulukan Allah dan Rasul-Nya dalam memutuskan perkara. Yang lebih parah lagi menjauhkan mereka dari majelis-majelis Ilmu. Padahal Ilmu Agama dari al-Qur’an dan Sunnah adalah solusi terbaik dalam menyelesaikan segala problem termasuk problem paham terorisme di Indonesia.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasulullah, dan para pemimpin di antara kalian, dan jika kalian berselisih pendapat tentang suatu masalah, maka kembalikanlah urusannya kepada Allah dan Rasulullah jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, demikian itu lebih baik dan lebih bagus akibatnya” [QS. An-Nisa: 59].
Lihat wahai para pembaca, bagaiman Allah menjamin hasil yang baik jika kita menyelesaikan urusan dan dikembalikan kepada Islam dari Al-Qur’an dan Sunnah. Jadi ajaran Islam adalah solusi dan bukan biang keladi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Maka sungguh, siapa yang hidup di antara kalian akan menyaksikan perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian mengikuti sunnahku dan sunnah Al-Khulafa yang mendapat bimbingan dan petunjuk, pegang eratlah sunnah itu dan gigitlah dengan geraham-geraham kalian” [HR. Abu Dawud no. 4607 dan At-Tirmidzi no. 2676]
Yang berbahaya pada seorang teroris bukan pada gaya berpakaiannya, bukan pula pada ketaatannya membaca qur’an, bukan pula pada rajinya shalat berjama’ah karena itu semua adalah sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun yang berbahaya pada mereka adalah pemahaman dan keyakinannya. Itulah yang harus diluruskan dengan menggiatkan belajar Islam yang benar. Kalaupun pemerintah mampu mengesekusi seribu teroris, namun jika pemahaman mereka tetap merajalela tidak dibantah, buku-buku mereka tidak ditarik dari peredaran, maka dikemudian hari akan muncul seribu teroris yang lahir dari tersebarnya pemahaman tersebut.
Abdullah bin Abbas Dan Para Teroris
Berikut ini akan kami sampaikan kepada para pembaca bahwa memahamkan Ilmu agama dari al-Qur’an dan sunnah atau ajaran Islam yang lurus adalah metode terbaik dalam menangani terorisme. Kisah menarik yang terjadi pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib ketika muncul sekelompok muslim pemberontak yang ingin membunuh Ali dan para sahabat yang lain karena mereka menganggap Ali bin Abi Thalib dan sahabat Rasul yang lainnya telah kafir. Mereka berjumlah 6000 orang dan tinggal di sebuah daerah yang bernama Harura, sehingga mereka dikenal dengan nama Haruriyyah atau Khawarij. Siang itu Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu meminta izin kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu untuk menunda shalat Dzuhur hingga matahari tidak terlalu panas dan ia akan mendatangi para pemberontak untuk meluruskan kesalahan mereka dalam memahami dalil al-Qur’an. Walau Ali mengkwatirkan keselamatn Ibnu Abbas namun beliau akhirnya mengizinkannya. Berlalulah Ibnu Abbas untuk mendatangi para pemberontak dan beliaupun mengajak mereka berdialog. Ringkasnya terjadilah dialog antara Abdullah bin Abbas dan para pemberontak. Dari dialog itu bertaubatlah 2000 orang pemberontak khawarij. Ibnu Abbas berkata, “maka bertaubatlah sekitar dua ribu orang di antara mereka, dan sisanya tetap memberontak. Mereka akhirnya terbunuh dalam kesesatan mereka. Kaum Muhajirin dan Anshar lah yang membunuh mereka” [Diterjemahkan secara ringkas dari kitab Khashaish Amiril Mu’minin Ali ibni Abi Thalib karya Imam an-Nasa’i hal 196-200]
Banyak pelajaran yang kita bisa kita petik dari kisah ini, diantaranya bahwa Ilmu agama adalah kekuatan besar dalam menghadapi pemikiran-pemikiran radikal dan kekerasan. Coba anda bayangkan 2000 orang bisa bertaubat dan meninggalkan pemikiran sesat mereka hanya dengan dialog ilmiyah. Ya dialog ilmiyah dan terarah. Bukan sekedar “Kami mengutuk terorisme” atau sekedar “Kami tidak takut”. Itu tidak ilmiyah dan tidak akan mampu menyadarkan para teroris bahkan terkesan menatang yang bisa berakibat para teroris menerima tantangan itu. Dialog ilmiyah dengan dasar al-Qur’an dan sunnah serta bantahan-bantahan yang sarat dengan dalil adalah cara terbaik menghadapi terorime. Ilmu akan menyadarkan mereka dan membuat mereka mau kembali kepada pemahaman yang benar tentang agama. Apalagi yang kita sadarkan adalah tokoh-tokohnya, tentu akan menjadi sesuatu yang luar biasa. Sebagaimana beberapa tokoh teroris di Indonesia ini yang telah bertaubat bahkan membantu pemerintah dalam menanggulangi toror di negeri ini. Maka upaya pemerintah dan masyarakat untuk menggalakkan majelis-majelis ilmu di masjid-masjid, di sekolah-sekolah, instansi-instansi, bahkan dengan menyebarkan bantahan-bantahan ilmiyah di internet dan penerbitan buku –insya Allah- akan menjadi cara jitu penanggulangan paham terorisme tanpa menimbulkan banyak korban. Tentu upaya intelejen dan kekuatan fisik tetap dibutuhkan untuk mencegah terjadinya tindak teror. Namun itu belum cukup tanpa penyebaran ilmu agama yang benar di tengah-tengah masyarakat. Sehingga adanya teror tidak membuat kaum muslimin dan masyarakat phobi terhadap Islam bahkan sebaliknya semakin mendekat kepada ilmu agama sebagai benteng yang akan menangkal pemikiran sesat terorisme. Demikian pula aparat dibekali dengan ilmu Islam terutama dalam mengidentifikasi pemahaman sesat tersebut sehingga tidak lagi salah tangkap atau salah sasaran. Semoga sedikit urun rembuk dari kami bisa menjadi sebuah pencerahan dalam mananggulangi paham terorisme di Indonesia.
Ustadz Abu Ubaidillah al-Atsariy | abuubaidillah.com
_____________
Bagikan dan beri kesempatan saudara anda untuk ikut mengambil manfaat dari artikel ini >> Ayo Share