وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ (7) فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Makna Ayat :
لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِّنَ الأمر لَعَنِتُّمْ
وَلَوِ اتبع الحق أَهْوَآءَهُمْ لَفَسَدَتِ السماوات والأرض وَمَن فِيهِنَّ
Kemudian Allah berfirman :
وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ ، وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ ؛ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Dan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda :
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Fitrah adalah Islam, yaitu manusia diciptakan dalam keadaan berada diatas fitrahnya. Dan diantara fitrah yang Allah tanamkan ke dalam hati manusia adalah mencintai kebenaran. Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- :”Allah -subhanahu wa ta’ala- menciptakan hamba-Nya diatas fitrah, dimana dalam fitrah itu ada kebenaran lalu ia benarkan, mengetahui kebatilan lalu ia dustakan, mengetahui perkara yang bermanfaat dan mencintainya, serta mengetahui bahaya dan membencinya. Dan ia mengenalnya dengan fitrahnya (Kitab Dar u ta’arudil ‘aqli wan naqli 8 : 463)
أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ (7) فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (8)
Mereka yang telah Allah hiasi hatinya dengan keimanan, lalu ia mencintai keimanan tersebut, dan Allah menjadikan mereka benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan, mereka itu adalah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. Yaitu jalan yang menjadikan ilmu dan amal mereka menjadi benar sehingga mereka istiqamah di atas agama dan jalan yang lurus.
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Lalu firman Allah :
فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (8)
Maksudnya, itulah kebaikan yang mereka dapatkan karena keutamaan dan kebaikan dari Allah kepada mereka, bukan dikarenakan kemampuan mereka atau kekuatan mereka untuk mendapat hidayah. Jadi Allah melakukan itu semua sebagai keutamaan dan kenikmatan.
Dan Allah Maha mengetahui, yaitu mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa yang berhak mendapat kesesatan. Dan Maha Bijaksana, bijaksana dalam firman-Nya, perbuatan-Nya, dalam Syari’at-Nya, serta taqdir-Nya.