Tidak ada aman tanpa iman yang benar kepada semua yang wajib diimani. Dengan iman penduduknya, negeri ini akan aman dengan idzin Allah. Dan tanpa iman, kita tidak akan aman dari adzab Allah subhanahu wata’ala. Allah menjamin setiap orang, masyarakat, kampung, desa, kota, bahkan sebuah negara yang penduduknya beriman dengan keamanan.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. al An’am: 48)
Jika Allah meniadakan rasa takut dan kesedihan, maka itu artinya terwujud sebuah keamanan sempurna, kebahagiaan, dan kemengan abadi (Taisir karimir Rahman)
Dalam ayat yang lain Allah berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. al An’am: 82)
Lihatlah ayat yang mulia ini bagaimana bisa terwujud sebuah keamanan yaitu dengan mewujudkan keimanan dan meninggalkan kesyirikan. Itulah pahala dan balasan bagi mereka yang beriman dan tidak mencapur keimanan mereka dengan kesyirikan maka mereka bukan cuma mendapatkan keamanan di dunia tapi juga kemanan di akhirat, yaitu keamanan dari kekal di dalam api neraka.
Jadi besarnya keamanan sebanding lurus dengan besarnya keimanan dalam sebuah masyarakat. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdo’a ketika melihat hilal
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْأَمْنِ وَالْإِيمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ وَالتَّوْفِيقِ لِمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللَّهُ
“Allahu Akbar, Ya Allah nampakkanlah hilal kepada kami dengan keamanan dan keimanan, dengan keselamatan dan keislaman, dan dengan taufik kepada apa yang Engkau cintai dan Engkau ridhai wahai Rabb kami. Rabb ku dan Rabb mu ada Allah” (HR. adalah Darimi nomor 1639 dengan tahqiq Dr. al Bugha dan derajatnya Shahih Li Ghairihi sebagai penjelasan syeikh Albani dalam ash Shahihah nomor 1816)
Perhatikan bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengaitkan antara keamanan dan keimanan. Ini menunjukkan bahwa antara aman dan iman tidak bisa terpisahkan. Seorang tidak akan mendapatkan keamanan tanpa keimanan. Karena yang kita imani adalah Dzat yang memberikan keamanan. Tanpa Dia, Allah subhanahu wa ta’ala, maka kita tidak akan mungkin memperoleh keamanan di dunia dan di akhirat.
Betapa banyak negara-negara yang merasa kuat, mampu dengan perlengkapan persenjataan, dan lain sebagainya namun tetap tidak aman dari azab Allah subhanahu wa ta’ala.
Lihat bagaimana Raja Namrud dengan kekuatannya lihat pula bagaimana Fira’un dengan kekuatan dan kesombongannya. Semua tidak aman tanpa keimanan.
Virus korona yang akhir-akhir ini viral dan menggemparkan dunia ada jawaban bagaimana negara sekuat China takut kepada makhluk Allah yang paling kecil. Artinya untuk menghilang keamanan kepada negara sekuat apapun Allah tidak perlu menurukan Malaikat-malaikatnya yang perkasa, tapi cukup dengan virus, makhluk kecil yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Betapa lemahnya manusia dan betapa butuhnya dia kepada Allah Subhana Wa Ta’ala untuk memberikan keamanan.
China sudah membuktikan bahwa persenjataan canggih, tentara, polisi, dan aparat yang banyak belum cukup untuk mewujudkan keamanan. Disitulah kekuatan iman dalam mewujudkan keamanan.
___
Dari kitab Amnul Bilad karya Prof. DR. Abdur Razzaq bin Abdil Muhsin al Abbad hafizhahullah dengan sedikit tambahan dan penjelasan dari Ustadz Bambang Abu Ubaidillah
Aldy Fadhillah
Assalamualaikum waroh matulohi wabarokatuh afwan ustad ana aldy mau bertanya apakah ajaran ahlus sunnah wal jamaah harus bersandar pada hadist imam as suyuthi,imam ghozali,imam hambali dan bermazhab safi’i mauun apa dalilnya, karena saya mendengar ceramah ustad di mesjid disekitar saya mengatakan bahwa ahlus sunnah wal jamaah itu diharuskan bersandar kepada hadist imam as suyuthi, imam ghozali, imam syafi’i dan 3 mazhab jika tidak bersandar maka dia dikatakan kafir?
Admin
Tidak ada dalil untuk mengikuti orang2 yang disebutkan dalam pertanyaan. Yang ada adalah dalil mengikuti al Qur’an dan sunnah sebagaimana dipahami oleh para pendahulu umat ini. Namun kita diperintahkan bertanya kepada para ulama terkait agama ini dan dilarang untuk taqlid ikut-ikutan tanpa dalil dalam masalah agama. Jadi kita mengikuti ulama berdasar dalilnya. Jika pendapat mereka sesuai al Quran dan sunnah maka kita ikuti, jika tidak maka tidak diikuti siapapun mereka. Ini karena semua manusia pasti pernah bersalah dan tidak semua pendapatnya benar semua.
Untuk lebih jelasnya klik dan dengarkan link berikut: