Para pembaca sekalian –baarakallahu fiikum- ketahuilah bahwa Jin dan syaitan memiliki jasad sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya pada artikel “apakah jin seperti udara ?”.
Perkara ini sudah diketahui dan tidak ada yang mengingkarinya kecuali oleh orang yang jahil atau sombong tidak mau menerima kebenaran. Masalahnya sekarang adalah bagaimana jin itu mampu masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan sedangkan mereka berjasad, maka kita katakan bahwa ini adalah perkara yang tidak bisa dipungkiri karena nyata dan ada di sekeliling kita. Kita melihat dengan mata kepala sendiri bahwa ada orang-orang yang kerasukan jin. Kenapa jin mampu memasuki atau merasuki jasad manusia ?
Perkara ini sudah diketahui dan tidak ada yang mengingkarinya kecuali oleh orang yang jahil atau sombong tidak mau menerima kebenaran. Masalahnya sekarang adalah bagaimana jin itu mampu masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan sedangkan mereka berjasad, maka kita katakan bahwa ini adalah perkara yang tidak bisa dipungkiri karena nyata dan ada di sekeliling kita. Kita melihat dengan mata kepala sendiri bahwa ada orang-orang yang kerasukan jin. Kenapa jin mampu memasuki atau merasuki jasad manusia ?
Jawabannya adalah karena Allah -subhaanahu wata’ala-, telah memberikan kemampuan kepada jin dan syaitan untuk berubah dari penciptaan asal mereka menjadi berbagai bentuk jasad seperti ular, anjing dan lain-lain.
Jin dapat berubah bentuk menjadi manusia dan kadang-kadang berubah bentuk menjadi angin dan udara. Jin itu mampu berubah menjadi angin dan udara dengan izin Allah Subhaanahu wa ta’ala, sehingga mereka mampu untuk masuk ke dalam tubuh manusia dan berjalan di setiap urat dari urat-urat manusia sebagaimana mengalirnya air dalam urat-urat.
Ini ditunjukkan dengan sabda Rasulullah -shallallohu ‘alaihi wa sallam- :
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ
“Sesungguhnya syaitan berjalan dalam tubuh manusia di tempat peredaran darah.” (HR. Al Bukhari: 7171 dan Muslim: 2175 dari hadits Shafiyyah)
Hadits diatas menujukkan bukti apa yang kita sebutkan sebelumnya, yaitu jin mampu merubah wujudnya menjadi jasad atau angin yang mampu menelusuri peredaran darah manusia. Ini juga menunjukkan keMaha kuasaan Allah –ta’ala- dimana Ia mampu menciptakan apa saja yang Ia kehendaki dengan berbagai macam bentuk dan rupa serta karakter.
Dalam hadits Anas -radiallohu ‘anhu-, yang diriwayatkan oleh Muslim (2611), Ahmad (3/229) dan selainnya bahwa Rasulullah -shallallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
لَمَّا صَوَّرَ اللهُ آدَمَ فِي الْجَنَّةِ تَرَكَهُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَتْرُكَهُ، فَجَعَلَ إِبْلِيسُ يُطِيفُ بِهِ، يَنْظُرُ مَا هُوَ، فَلَمَّا رَآهُ أَجْوَفَ عَرَفَ أَنَّهُ خُلِقَ خَلْقًا لَا يَتَمَالَكُ
“Ketika Allah membentuk Adam di surga, Allah pun meninggalkannya sesuai dengan kehendak-Nya. Maka Iblis pun mengintai (Adam) dan memperhatikan bagaimana keadaannya. Ketika melihat ada sisi yang kosong, maka dia pun mengetahui bahwa Allah telah menciptakan satu ciptaan yang tidak mampu untuk menahan diri.”
Bukti nyata akan hal itu tatkala orang yang kerasukan mendapati waswas dalam dirinya yang bukan merupakan kehendak jiwanya yang diluar keinginannya. Bahkan sebagian manusia dikuasai oleh syaitan dengan waswas sampai syaitan bisa menguasainya secara keseluruhan sehingga dia melakukan berbagai perbuatan yang memudharatkan dirinya seperti memukul, membunuh dan yang lainnya.
Allah –subhanahu wata’ala- berfirman :
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ
“Orang-orang yang makan riba itu tidaklah dapat berdiri (bangkit dari kuburnya) melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (Al-Baqarah: 275)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Orang-orang pemakan riba itu tidaklah dibangkitkan dari kubur mereka di hari kiamat melainkan seperti bangkitnya orang yang kesurupan saat setan merasukinya.”
Abul Hasan Al-Asy’ari -rahimahullahu dalam Maqalat Ahlis Sunnah Wal Jama’ah berkata: “Bahwasanya mereka –yakni Ahlus Sunnah– menyatakan: ‘Sesungguhnya jin dapat masuk ke dalam tubuh orang yang kesurupan’.” Beliau berdalil dengan ayat (275 dari surat Al-Baqarah) di atas.
Abdullah bin Al-Imam Ahmad rahimahumallahu berkata: “Aku pernah berkata pada ayahku: ‘Sesungguhnya ada sekelompok orang yang mengatakan bahwa jin itu tidak dapat masuk ke dalam tubuh manusia.’ Maka ayahku berkata: ‘Wahai anakku, mereka itu berdusta. Bahkan jin dapat berbicara melalui mulut orang yang kesurupan.’
Ada beberapa hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan Al-Imam Ahmad dan Al-Baihaqi: “Bahwasanya seorang bocah gila didatangkan di hadapan Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, lalu beliau -shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata (kepada jin yang merasukinya) : “Keluarlah wahai musuh Allah! Aku adalah Rasulullah.’ Maka sembuhlah bocah tersebut.” (Al-Musnad, no. 17098, 1713)
Dari sini kita dapat memahami bahwa permasalahan masuknya jin ke dalam tubuh manusia ada dalilnya dari Al-Qur`anul Karim dan juga dua dalil dari As-Sunnah.
Inilah sesungguhnya pendapat Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan para imam dari kalangan as-salafush shalih. Realita pun membuktikannya. Walaupun demikian kami tidak mengingkari adanya penyebab lain bagi penyakit gila seperti lemahnya syaraf atau rusaknya jaringan otak, dll.” (Dikutip dan diterjemahkan dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah fil Masa`il Al-‘Ashriyyah Min Fatawa ‘Ulama Al-Balad Al-Haram, hal. 1563-1564)
Penyebab Kesurupan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –rahimahullah- menjelaskan bahwa masuknya jin pada tubuh manusia bisa jadi karena dorongan syahwat, hawa nafsu dan rasa cinta kepada manusia, sebagaimana yang terjadi antara manusia satu sama lainnya. Terkadang -atau bahkan mayoritasnya- juga karena dendam dan kemarahan atas apa yang dilakukan sebagian manusia seperti buang air kecil, menuangkan air panas yang mengenai sebagian mereka, serta membunuh sebagian mereka meskipun manusia tidak mengetahuinya.
Kalangan jin juga banyak melakukan kedzaliman dan banyak pula yang bodoh, sehingga mereka melakukan pembalasan di luar batas. Masuknya jin ke tubuh manusia terkadang disebabkan keisengan sebagian mereka dan tindakan jahat yang dilakukannya. (Idhahu Ad-Dilalah Fi ‘Umumi Ar-Risalah, hal. 16)
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa jin masuk ke tubuh manusia dengan berbagai sebab. Diantaranya karena jin tersebut cinta kepada manusia yang ia rasuki, karena jin terkadang mencintai seorang manusia sebagaimana manusia mencintai manusia yang lain. Atau adakalanya jin merasuki manusia dikarenakan dendam disebabkan manusia telah menyakiti mereka, seperti terkena kencing manusia ketika manusia kencing, atau terkena air panas ketika manusia menyiram air panas, atau secara tidak sengaja membunuh mereka. Oleh karena itu sangat dianjurkan kita membaca basmalah ketika membuang air panas atau berlindung kepada Allah ketika buang hajat.
Bagaimana kita menghindari gangguan-gangguan itu?
Ibnu Taimiyah rahimahullahu menjelaskan: “Adapun orang yang melawan permusuhan jin dengan cara yang adil sebagaimana Allah dan Rasul-Nya perintahkan, maka dia tidak mendzalimi jin. Bahkan ia taat kepada Allah dan Rasul-Nya dalam menolong orang yang terdzalimi, membantu orang yang kesusahan, dan menghilangkan musibah dari orang yang tertimpanya, dengan cara yang syar’i dan tidak mengandung syirik serta tidak mengandung kedzaliman terhadap makhluk. Yang seperti ini, jin tidak akan mengganggunya, mungkin karena jin tahu bahwa dia orang yang adil atau karena jin tidak mampu mengganggunya. Tapi bila jin itu dari kalangan yang sangat jahat, bisa jadi dia tetap mengganggunya, tetapi dia lemah. Untuk yang seperti ini, semestinya ia melindungi diri dengan membaca ayat Kursi, Al-Falaq, An-Nas (atau bacaan lain yang semakna dengannya), shalat, berdoa, dan semacam itu yang bisa menguatkan iman dan menjauhkan dari dosa-dosa…” (Idhahu Ad-Dilalah, hal. 138)
Semoga secuil penjelasan ini dapat memberi dorongan kepada kita untuk beriman dengan perkara ghaib, dan menjaga diri dari segala ganguan jin dan syaithan. Karena mereka takkan lelah dan berputus asa untuk selalu menjerumuskan manusia ke dalam kebinasaan. Wallahul Musta’an
__________
Bagikan artikel ini ke teman anda dan beri kesempatan mereka untuk mengambil faidah. Semoga menjadi amal jariyah untuk anda >> AYO SHARE