Berkata Umamah bintu al Harits kepada putrinya ketika hendak dibawa kepada suaminya[1] :
“Wahai putriku sesungguhnya wasiat seandainya boleh ditinggalkan karena dianggap lebih beradab, maka dirimu tak perlu untuk diberi wasiat. Akan tetapi wasiat adalah pengingat untuk orang yang lalai dan kebutuhan untuk orang yang berakal”
“Seandainya seorang wanita tidak butuh kepada seorang suami, maka kedua orangtuanya akan menjadi kaya dan sangat butuh kepada putrinya. Engkau putriku adalah orang yang paling mereka butuhkan. Akan tetapi wanita diciptakan untuk laki-laki, dan laki-laki diciptakn untuk wanita”
“Wahai putriku sungguh engkau akan berpisah dengan lingkunganmu dimana engkau dilahirkan, meninggalkan rumah ayahmu dimana engkau beraktivitas menuju ke rumah suamimu yang sebelumnya tidak engkau kenal, teman yang sebelumnya engkau tidak akrab, maka jadilah engkau sebagai teman dan pelayannya. Jadilah engkau budak bagi suamimu dan suamimu akan menjadi budakmu”
“Wahai putriku jagalah dariku sepuluh perilaku. Jadikanlah ia sebagai bekal dan pengingat bagimu”
Pertama dan kedua
“Bersahabat dengan sifat qana’ah dan bergaul dengan memperbaiki sifat mendengar dan taat kepadanya”
Ketiga dan keempat
“Perhatikan tempat yang menjadi sasaran pandangannya terhadapmu dan sasaran penciumannya kepadamu. Jangan sampai ia melihat darimu sesuatu yang buruk dan jangan sampai ia mencium darimu sesuatu kecuali bau yang paling sedap. Celak yang paling bagus dan air yang paling sedap”
Kelima dan Keenam
“Carilah waktu makan yang tepat, dan tenanglah ketika ia sedang tidur. Karena panasnya dahaga menimbulkan rasa haus dan selitnya tidur menimbulkan kemarahan”
Ketujuh dan Kedelapan
“Peliharalah rumah dan hartanya, jagalah kehormatan dan keluarganya. Karena memelihara harta adalah sebaik-baik penghargaan dan menjaga keluarga dan kehormatan sebaik-sebaik mengurus mereka”
Kesembilan dan Sepuluh
“Janganlah engkau membongkar rahasianya jangan pula melanggar perintahnya. Jika engkau membongkar rahasianya maka engkau sulit untuk dimaafkan, dan jika engkau melanggar perintahnya, maka engaku akan membuat sempih dadanya”
“Kemudian berhati-hatilah menampakkan kegembiraan ketika ia bersedih atau sebaliknya bersedih ketika ia bahagia. Sungguh kebiasaan terpuji lebih utama dari meremehkannya, memuji daripada menyusahkan. Jadilah engkau orang yang paling mengagungkan suamimu, maka suamimu akan menjadi orang yang paling memuliakan kamu. Jadilah orang yang selalu sepakat sejalan dengan suamimu, maka engkau akan menjadi orang yang paling lama menjadi teman bersamanya”
“Ketahuilah wahai putriku bahwa engkau tidak akan sampai kepada apa yang kamu cintai hingga engkau mengutamakan ridha suamimu dan pada ridhamu. Mengutamakan hasratnya daripada hasratmu terhadap apa yang kamu sukai dan kamu benci”
_________
[1] Kitab Bulugh al-Arbi karya al-Alusiy jilid 2 halaman 19