Banyak dari kita tidak mengenal Islam kecuali dari apa yang dilihat secara kasap mata dari pergaulan dan amalan kaum muslimin yang ada di sekitarnya.
Padahal tidak semua yang kita lihat dari apa yang dilakukan oleh kaum muslimin adalah sesuatu yang benar dan dibenarkan di dalam syariat. Contohnya saja adalah tindakan terorisme dan radikalisme. Ini banyak kita saksikan dilakukan oleh sebagian kaum muslimin yang melakukan tindakan teror kepada masyarakat dan negara. Padahal tindakan tersebut adalah tindakan yang dilarang di dalam Islam. Rasulullah ‘alaihish shalatu wassalam bersabda:
“Barangsiapa yang mencungkan besi kepada saudaranya, maka Malaikat akan melaknatnya hingga ia meletakkan besinya. Walaupun orang itu adalah saudara seibu dan seayah” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Dan Rasulullah bersabda,
“Tidak halal bagi seorang muslim menciptakan rasa takut kepada muslim yang lainnya”. (HR. Ahmad rahimahullah dalam Musnadnya dari Abdurrahman bin Abi laila )
Ini salah satu contoh dari tindakan yang dilakukan sebagian kaum muslimin namun ternyata syariat bertentangan dengan tindakan tersebut.
Jadi kita tidak bisa menjadikan standar ajaran dalam Islam dengan sekedar melihat kaum muslimin. Namun agama kita adalah agama yang ilmiyah, dimana semua kembali kepada dalil dari AlQuran maupun Hadis Nabi shallallahu ‘alaihi Wasallam.
Mengenal Islam dari dalilnya adalah perkara yang wajib bagi seorang muslim, karena agama ini bukanlah taqlid (ikut-ikutan) atau sekedar kira-kira menurut kehendak kita. Amalan agama butuh keterangan yang jelas ( dalil ) dari AlQuran dan Sunnah. Kedua sumber tersebut adalah ukuran kebenaran dan beramal di dalam Islam. Tidak boleh seseorang sekedar ikut-ikutan, menjadi bunglon untuk sekedar mengikuti masyarakat tanpa melihat apakah yang dilakukan oleh masyarakat sesuai dengan tuntunan syariat ataupun tidak. Baik dalam masalah aqidah, ibadah, akhlak, prinsip, aturan, adat, kebiasaan, dan lain-lain.
Disebutkan dalam Hadits yang shahih Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Jika seorang hamba (jenazahnya) sudah diletakkan didalam kuburnya dan teman-temannya sudah berpaling dan pergi meninggalkannya dan dia dapat mendengar gerak langkah sandal sandal mereka, maka akan datang kepadanya dua malaikat yang keduanya akan mendudukkannya seraya keduanya berkata, kepadanya: “Apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini, Muhammad Shallallahu’alaihiwasallam?”. bila seorang mu’min dia akan menjawab: “Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan utusanNya”. Maka dikatakan kepadanya: “Lihatlah tempat dudukmu di neraka yang Allah telah menggantinya dengan tempat duduk di surga. Maka dia dapat melihat keduanya”. Qatadah berkata,: “Dan diceritakan kepada kami bahwa dia (hamba mu’min itu) akan dilapangkan dalam kuburnya”. Kemudian dia kembali melanjutkan hadits Anas radliallahu ‘anhu.: ” Dan adapun (jenazah) orang kafir atau munafiq akan dikatakan kepadanya apa yang kamu ketahui tentang laki-laki ini?”. Maka dia akan menjawab: “Aku tidak tahu, aku hanya berkata, mengikuti apa yang dikatakan kebanyakan orang”. Maka dikatakan kepadanya: “Kamu tidak mengetahuinya dan tidak mengikuti orang yang mengerti”. Kemudian dia dipukul dengan palu godam besar terbuat dari besi sehingga mengeluarkan suara teriakan yang dapat didengar oleh yang ada di sekitarnya kecuali oleh dua makhluq (jin dan manusia) ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits ini disebutkan bahwa salah satu sebab seseorang tidak bisa menjawab pertanyaan malaikat disebabkan ketika di dunia dia beragama dengan taqlid ( ikut-ikutan ) dan tidak mempelajari agama langsung dari sumbernya Alquran dan Sunnah. Oleh sebab itu tidak boleh seseorang beragama hanya ikut-ikutan saja, namun dia harus pastikan bahwa apa yang dia lakukan dan ucapkan sudah sesuai dengan tuntunan syariat Allah dan Rasul Nya.
Maka wajib bagi setiap muslim mempelajari Islam dengan cara membaca dan memahami Alquran dan hadis dari guru-guru yang terpercaya, kemudian mengamalkannya. Dan tidak beramal tanpa dasar ilmu, serta tidak mempelari ilmu kecuali untuk diamalkan. Wallahu a’lam
________
Selesai tulisan ini di pertengahan siang 30 November 2016 | Abu Ubaidillah al Atsariy