Puasa Ramadhan hukumnya wajib menurut al Qur’an, hadits, dan Ijma bagi setiap muslim yang berakal, baligh, sehat, dan muqim (tidak dalam keadaan sedang bepergian). Kewajiban puasa Ramadhan adalah perkara yang telah diketahui oleh seluruh umat Islam tanpa kecuali. Barangsiapa yang mengingkari wajibnya puasa Ramadhan maka ia telah kafir kepada Allah, kecuali ia baru masuk Islam atau tinggal di tempat yang jauh dari ulama, maka mereka diberi udzur. Adapun orang yang tidak puasa tanpa udzur syar’i namun masih menganggap bahwa puasa itu wajib, maka orang tersebut telah bermaksiat dan berdosa dan tidak dikatakan kafir kepada Allah.
Tidak Sekaligus
Tahukah anda bahwa puasa Ramadhan di wajibkan oleh Allah tidak sekaligus, namun melalui proses yang indah. Karena sebelum Islam datang puasa telah diwajib kepada umat terdahulu. Berpuasa adalah ibadah yang juga dilakukan oleh mereka umat-umat terdahulu, sebagaimana yang Allah sebutkan dalam QS. Al Baqarah ayat 183.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)
Jadi puasa telah disyariatkan sebelum Nabi kita Muhammad diangkat menjadi Rasul. Bahkan jauh sebelum itu, sebagaimana kata Mujahid rahimahullah:
“Allah ‘Aziza wa Jalla mewajibkan puasa bulan Ramadhan kepada semua ummat” (Tafsir al Qurthubiy: 2/274)
Bahkan Imam Qurthubi mengisahkan dari ahli sejarah bahwa orang yang pertama kali melakukan puasa Ramadhan adalah Nuh alaihissalam ketika beliau keluar dari perahu. (Tafsir al Qurthubi 2/290)
Allah mewajibkan puasa Ramadhan kepada kaum Muslimin sebagaimana Allah juga wajibkan kepada umat terdahulu. Ini sebagai pendorong kaum muslimin agar mereka melaksanakan ibadah yang penuh masyaqqah (beban) ini.
Di dalam ibadah puasa ada beban berat berupa meninggalkan syahwat dan mengalahkan hawa nafsu dalam meninggalkan kenikmatan-kenikmatan dan kelezatan. Jika seorang muslim mengetahui bahwa apa yang dibebankan kepada mereka juga telah dibebankan kepada umat terdahulu maka ini akan memudahkan kaum muslimin melaksanakan perintah puasa dan mereka akan bersegera untuk berlomba-lomba melakukan amalan kebaikan sebagaimana kondisi umat ini pada setiap kebaikan yang mereka temui. (Fiqh ash shiyam ‘Ala dhail Kitab Was sunnah: 9)
Mencontoh Umat Terdahulu
Ketika puasa termasuk dari ibadah yang sudah dikenal dilakukan oleh Ahlul kitab, maka Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam ingin mencontoh mereka dalam perkara-perkara yang Allah tidak wahyukan kepada beliau. Ini beliau lakukan karena Beliau Shallallahu Alaihi Wasallam mengetahui pentingnya puasa di dalam syariat. Disebutkan di dalam riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dari hadits Aisyah,
“Orang-orang Quraisy pada masa Jahiliyah melaksanakan puasa hari ‘Asyura’ dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakannya. Ketika Beliau sudah memasuki kota Madinah Beliau tetap melaksanakannya dan memerintahkan orang-orang untuk melaksanakannya pula. Setelah diwajibklan puasa Ramadhan Beliau meninggalkannya. Siapa yang mau silakan berpuasa dan siapa yang tidak mau silakan meninggalkannya”. (HR. Bukhari (2002), Muslim (1125))
Dalam riwayat lain disebutkan dari Abdullah Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma berkata:
“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah sampai dan tinggal di Madinah, Beliau melihat orang-orang Yahudi melaksanakan puasa hari ‘Asyura’ lalu Beliau bertanya: “Kenapa kalian mengerjakan ini?” Mereka menjawab: “Ini adalah hari kemenangan, hari ketika Allah menyelamatkan Bani Isra’il dari musuh mereka lalu Nabi Musa Alaihissalam menjadikannya sebagai hari berpuasa”. Maka Beliau bersabda: “Aku lebih berhak dari kalian terhadap Musa”. Lalu Beliau memerintahkan untuk berpuasa.” (HR. Bukhari (2002) dan Muslim (1130))
Awalnya yang diwajibkan adalah puasa Asyura terjadi sekitar bulan Rabiul Awal ketika Nabi hijrah ke Madinah. Ketika pertengahan bulan Sya’ban di tahun kedua hijriyah mulailah puasa . Nabi sempat melaksanakan puasa Ramadhan selama 9 tahun setelah itu baru beliau shallallahu ‘alaihi wasallam wafat.
_______________________
Abu Ubaidillah al Atsariy | Selesai menjelang malam di kediaman kami pada 15 Sya’ban 1438 H / 11 Mei 2017