Sebuah kenyataan pahit di tengah masyarakat kaum muslimin banyak di antara kaum muslimin yang mengaku cinta kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam namun mereka mengungkapkan kecintaan itu dengan sesuatu yang dibenci oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sehingga terkesan cinta mereka bertepuk sebelah tangan. Karena sebuah cinta tidaklah cukup seorang mengaku mencintai sesuatu, namun perlu adanya pembuktian terhadap pengakuannya sebagaimana disebutkan di dalam sebuah syair
Seandainya cintamu benar maka kamu akan mentaati orang yang kamu cintai karena orang yang mencintai maka dia akan mengikuti orang yang dia cintai
inilah hakekat cinta kepada sesuatu mentaati dan mengikutinya.
Tuntutan Syahadat Muhammad Rasulullah
Sebagai salah satu syarat seseorang dianggap sebagai Muslim adalah dia mengucapkan dua kalimat syahadat yang isinya adalah mengakui bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai sesembahan satu-satunya dan mengakui Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai hamba dan RasulNya. Pengakuan kita terhadap Muhammad sebagai Rasul Allah memiliki konsekuensi yaitu:
- Mentaati Rasulullah r pada apa yang beliau perintahkan.
- Membenarkan apa yang Rasulullah r kabarkan.
- Menjauhi apa yang Rasul r larang dan peringatkan.
- Tidak menyembah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala kecuali dengan apa yang beliau syariatkan.
Wajibnya Mencintai Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam
Pertama yang harus kita ketahui bahwa Muhammad r adalah seorang Nabi. Persaksian kita Kepada beliau adalah sebagai seorang hamba dan RasulNya. Beliau adalah seorang hamba yang sama dengan manusia yang lain. Cuma berbeda dari sisi derajat dan kedudukan. Namun beliau juga adalah seorang Rasul sehingga kita tidak boleh meremehkan beliau. Dari dasar inilah, maka mencintai Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam tidak seperti mencintai manusia manapun. Karenanya mencintai beliau adalah salah satu ibadah yang agung. Cinta kepada beliau adalah sarana kita menyembah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sebagai bentuk pendekatan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kecintaan kepada Nabi adalah salah satu pokok dari pokok-pokok agama dari tiang-tiang keimanan. Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka” (QS. Al Ahzab: 6)
Dan juga sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam,
“Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia seluruhnya”. (HR. Bukhari dari Anas bin Malik)
Dalam hadis yang shahih juga disebutkan,
فَقَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم : لاَ وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ
فَقَالَ لَهُ عُمَرُ : فَإِنَّهُ الآنَ وَاللَّهِ لأَنْتَ أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ نَفْسِى
فَقَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم الآنَ يَا عُمَرُ
“Dari Abdullah bin Hisyam dia berkata: “Suatu hari kami bersama dengan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan beliau memegang tangan Umar Bin Khattab. Umar Bin Khattab berkata: “Wahai Rasulullah sungguh demi Allah engkau lebih aku cintai daripada segala sesuatu kecuali diriku, maka Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Tidak ya Umar, demi Dzat yang jiwaku ada ditanganNya, (itu bukan cinta) hingga engkau lebih mencintai ku daripada dirimu sendiri. Umar pun berkata: “Sungguh sekarang demi Allah engkau lebih aku cintai dari pada diriku sendiri, maka Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda nah sekarang engkau baru mencintaiku” (HR. Bukhari no. 6632)
Jadi mencintai Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bukanlah suatu pilihan yang kita bisa memilih mau mencintainya atau tidak, sebagaimana kita mencintai orang lain. Dimana kita bisa memilih mencintainya atau tidak. Adapun cinta kepada Nabi Shallallahu alaihi sallam adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dia adalah tanda keimanan yang harus diwujudkan. Kecintaan kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam harus merupakan cinta yang paling kuat daripada mencintai siapapun atau bahkan mencintai diri sendiri.
Mengapa Kita Harus Mencintai Nabi ?
Mencintai sesuatu tentu memiliki pendorong dan motivasi, maka mencintai Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam juga memiliki motivasi-motivasi. Di antara motivasi dan pendorong tersebut adalah,
- Menuruti kehendak Allah subhanahu wa ta’ala untuk mencintai Nabi-Nya
Karena Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam adalah makhluk yang paling Allah cintai dan Allah telah mengangkat Muhammad bin Abdillah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai kekasihnya. Allah juga memuji Rasulullah dengan sesuatu yang tidak pernah Allah memuji makhluk yang lainnya seperti dia memuji Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Oleh karena itu salah satu konsekuensi bagi setiap muslim adalah mencintai apa yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala cintai. Dan ini salah satu kesempurnaan keimanan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
- Tuntutan Keimanan
Mencintai Rasulullah adalah salah satu tuntutan keimanan sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu alaihi wasallam yang menjelaskan bahwa di antara tuntutan keimanan adalah mencintai Nabi, mengagungkannya, dan menghargainya. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
“Maka demi Zat yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya dan anaknya”. (HR. Bukhari)
- Kekhususan Nabi
Nabi adalah manusia yang paling mulia, manusia yang paling suci, manusia yang paling agung di bumi ini. Dan ini semua adalah sesuatu yang memberikan motivasi dan membangkitkan orang untuk menjadikan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai manusia yang paling dicintai.
- Besarnya Cinta Rasulullah kepada umatnya dan rasa sayang beliau kepada mereka serta perhatian yang beliau berikan kepada umat.
Nabi kita Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah seorang nabi yang sangat sayang kepada umatnya. Beliau habiskan umurnya dalam angka membimbing umat untuk meraih keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala dan terhindar dari kejelekan. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah subhanahu wa ta’ala tentang Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam,
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin” (QS. At Taubah: 128)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga bersabda,
“Sungguh tidaklah ada seorang Nabi sebelumku kecuali Nabi tersebut wajib untuk menunjukkan kepada umatnya kebaikan yang dia ketahui dan memperingatkan umatnya dari kejelekan bagi umatnya yang ia ketahui” (HR. Muslim, An Nasa’i, Ahmad, dan yang lainnya)
Hadits ini juga menunjukkan bahwa para Nabi sebelum Rasulullah demikian pula Rasulullah memiliki kewajiban untuk membimbing umatnya kepada kebaikan yang ia ketahui untuk umatnya dan membimbing mereka untuk menjauhi kejelekan yang bisa membahayakan umatnya.Ini adalah dalil yang jelas bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam memiliki kasih sayang dan perhatian kepada umat ini. Inilah yang membangkitkan umat ini untuk mencintai beliau. Apalagi Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sangat berharap akan dikabulkan do’anya dalam rangka memberikan syafaat kepada umatnya pada hari kiamat. Maka ini menjadikan kita untuk mencintai dan mentaati beliau Shallallahu Alaihi Wasallam.
- Nabi telah mengerahkan segala kemampuannya untuk berdakwah kepada umatnya
Perkara yang tidak tersembunyi bagi kita tentang kesungguhahn dan kegigihan Rasulullah r dalam membimbing ummat ini kepada kebahagiaan. Beberapa kisah heroik beliau dalam membela ummat, membimbing, dan mengarahkan mereka dengan penuh kesabaran.
Tanda Cinta Kepada Nabi
Mencintai Nabi Shallallahu alaihi sallam memiliki tanda-tanda yang bisa dilihat dan bisa dideteksi, diantaranya :
- Mendahulukan Nabi r dari yang lainnya
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al Hujurat: 1)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman,
Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik” (QS. At Taubah: 24)
Tanda cinta kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam adalah tidak mendahulukan sesuatu yang lain “seberapa besarpun nilai dan perkaranya” daripada Nabi Shallallahu Alaihi Salam.
- Memperbaiki Adab kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam
Memperbaiki adab kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bisa dilakukan dengan beberapa perkara,
■ Memuji dan Bershalawat kepada beliau,
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab: 56)
■ Beradab ketika menyebut nama beliau yaitu dengan tidak menyebut namanya saja tapi digandengkan dengan Nabi dan Rasul. Artinya kita mengatakan Nabi Muhammad atau Rasulullah.
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain).” (QS. Al Furqan: 63)
Berkata Said bin Jubair dan Mujahid, : “Makna ayat ini adalah Katakanlah oleh kalian “ya Rasulullah” dengan lembut dan janganlah engkau mengatakan “Wahai Muhammad dengan kasar”
Qatadah berkata: Allah memerintahkan mereka untuk memuliakan dan menghargai Rasulullah r.
■ Menghargai hadis-hadisnya dan beradab ketika mendengar hadisnya ketika mempelajarinya, sebagaimana yang dilakukan oleh Salafus Sholih dan ulama-ulama terdahulu di dalam menghargai hadits Shallallahu Alaihi Wasallam.
Dikisahkan bahwa Imam Malik ketika hendak duduk untuk membacakan hadis, maka beliau berwudhu seperti wudhunya untuk sholat, lalu memakai pakaiannya yang paling bagus, lalu memakai minyak wangi, dan menyisir jenggotnya. Ditanya tentang hal tersebut maka beliau menjawab: Saya memuliakan hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Allah ta’ala berfirman,
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati” (QS. Al Hajj: 32)
Kisah Said Ibnul Musayyib ketika dalam keadaan sakit beliau berkata:
“Dudukkan aku karena aku merasa berat untuk membacakan hadis Nabi Shallallahu alaihi salam dalam kondisi aku berbaring”
■ Membenarkan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam terhadap apa yang beliau kabarkan
Ini adalah pokok keimanan sebagai bukti keimanan seseorang dimana Abu Bakar As Siddiq mendapatkan gelar As Siddiq karena membenarkan segala yang datang dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Dikisahkan dari Urwah dari Aisyah radhiyallahu anha, Aisyah berkata,
Datang beberapa orang laki-laki dari kalangan orang-orang musyrik kepada Abu Bakar radhiyallahu anhu, maka mereka bertanya: “Bagaimana pendapatmu tentang sahabat itu (yaitu Rasulullah r) ? Sahabatmu itu telah menyangka bahwa dia diperjalankan dalam satu malam hari ke Baitul Maqdis. Abu Bakar pun menjawab, ” Apakah beliau mengatakan demikian ? mereka menjawab: “iya” Abu Bakar pun mengatakan, “Dia telah mengatakan sesuatu yang benar” orang-orang musyrik berkata: ” Apakah engkau percaya bahwa dia melakukan perjalanan ke negeri Syam pada malam hari dan telah kembali ke Mekah sebelum subuh ?
Abu Bakar pun menjawab: “Sungguh aku telah membenarkan beliau dalam perkara yang lebih besar dari ini ya itu tentang berita langit di waktu pagi dan sore hari” (Diriwayatkan oleh Al-Hakim 3/62 dan beliau berkata, “Ini adalah hadits yang shahih sesuai dengan kriteria persyaratan Imam Bukhari dan Muslim dan keduanya tidak mengeluarkan hadits ini (dalam kitab shahih mereka). Dan beliau disepakati oleh Ad-Dzahabi. Dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani karena syawahidnya (As-Shahihah no 306)
■ Mengikuti Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mentaati dan mengambil petunjuknya
Mentaati Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam adalah bukti nyata dan kejujuran seorang yang mengaku mencintai Nabi nya. Oleh karena itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Ali Imran: 31)
Mencontoh Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam adalah salah satu tanda yang paling besar seseorang dikatakan mencintai Allah dan mencintai RasulNya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab: 21)
Orang-orang yang beriman yang mencintai Nabinya adalah orang yang taqlid kepada Rasulullah pada segala sesuatu dalam masalah aqidah, Ibadah, akhlak, adab, muamalah dan lain sebagainya, sebagaimana yang dilakukan oleh para Shahabat yang mulia.
Diriwayatkan dalam hadis maqtu,
Abu Nu’aim berkata telah menceritakan kepada kami Muhammad Bin Hasan bin Kautsar Dia berkata telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Musa Dia berkata telah menceritakan kepada kami Abdul Shamad bin Hassan dia berkata telah menceritakan kepada kami Khorijah bin Mus’ab dari Musa bin ‘Uqbah dari Nafi’ ia berkata: “Ketika kamu melihat kepada Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu dalam mengikuti Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, maka kamu akan mengatakan bahwa dia telah gila” (Hilyatul auliya nomor hadits 1121)
■ Membela Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam
Membela Nabi Shallallahu alaihi wasallam dan menolong beliau adalah salah satu tanda cinta dan pengagungan kita kepada beliau. Para sahabat nabi telah membuat sejarah yang menunjukkan jujurnya mereka di dalam membela Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Dimana mereka mengorbankan harta-harta, anak-anak, dan diri mereka baik dalam kondisi mereka sedang lapang ataupun dalam keadaan sempit. Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar” (QS. Al Hashar: 8)
Bagaimana Kita Mencintai Dan Membela Nabi Setelah Wafatnya Beliau:
Kita juga bisa mewujudkan cinta kita kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam walaupun beliau telah tiada. Diantara hal yang kami sebutkan sebagai bentuk kecintaan kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam setelah wafatnya beliau adalah:
- Melanjutkan Dakwah dan Risalah beliau dengan segala kemampuan yang kita miliki baik harta maupun jiwa.
- Membela sunnah beliau Shallallahu Alaihi Wasallam dengan cara menghafalnya, membersihkannya dari segala yang mengotori hadis tersebut berupa hadits-hadits lemah dan palsu, menjaganya, serta membantah syubhat-syubhat yang menyerang hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
- Menyebarkan sunnah Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam menyampaikannya kepada manusia terlebih bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam memerintahkan hal tersebut didalam hadis-hadisnya yang sangat banyak.
Contoh konkrit para sahabat dalam mewujudkan cinta mereka kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam
Para sahabat adalah orang yang paling mencintai Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Tidak seorangpun yang bisa menyaingi cara mereka di dalam mencintai Rasulullah dimana mereka rela mengorbankan apa yang mereka miliki, diri mereka, harta, orang tua, dan anak-anak mereka dalam rangka mewujudkan cinta mereka kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wa Ala alihi Wasallam.
Diantara contoh yang bisa kita sampaikan di kesempatan ini adalah:
□ Dari kalangan pemuda
Adalah Ali bin Abi Tholib tentang kisahnya menggantikan Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam di tempat tidurnya pada malam hari dalam situasi orang-orang musyrik hendak membunuh rasulullah shallallahu alaihi.
Ketika Ali bin Abi Tholib ditanya tentang hal tersebut،
Bagaimana rasa cintanya kepada Rasulullah maka belum menjawab, “Demi Allah nabi adalah orang yang paling kamu cintai dibanding harta, harta anak-anak, bapak-bapak, bahkan ibu-ibu kami. Dan kami lebih mencintai beliau dibanding dengan orang yang haus butuh terhadap air yang sejuk” (Asy Syifa’ Bita’rif Huquqil Mushthafa: 385)
□ Dari Kalangan Laki-Laki
Kisah terbunuhnya Zaid bin Datsinah.
Kisah terbunuhnya Zaid bin ad-Datsinah. Berkata Ibu Ishaq : “Orang-orang musyrikin berkumpul di antaranya adalah Abu Sufyan Bin harb. Abu Sufyan berkata ketika mulai maju untuk membunuh Zaid bin ad-Datsinah radhiyallahu ‘anhu
Abu Sufyan bertanya kepada Zaid,
“Semoga Tuhan mengutukmu wahai Zaid! Apakah engkau suka Muhammad berada di tempat kami pada saat ini untuk menggantikan tempatmu lalu dipenggal lehernya dan engkau berada di tengah keluargamu?” Zaid menjawab, “Demi Allah! Aku tidak suka jika Muhammad berada di tempatnya saat ini, terkena duri yang akan menyakitinya, sedangkan aku duduk di tengah keluargaku.” Abu Sufyan berkata, “Aku tidak pernah melihat ada orang yang mencintai orang lain, seperti para sahabat Muhammad mencintai Muhammad.” Setelah itu Zaid dibunuh oleh Nisthas mantan budak Abu Sufyan.
Imam Thobroni rahimahullah mengeluarkan riwayat dan menghasankan riwayat tersebut dari Aisyah radhiallahu anha dimana Aisyah berkata, “Telah datang seseorang kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan berkata:
“Ya Rasulullah sesungguhnya engkau adalah orang yang paling aku cintai hingga terhadap diriku. Engkau lebih aku cintai daripada anakku dan sungguh aku ketika berada di rumah dalam kondisi aku selalu mengingatmu dan aku tidak bisa bersabar dengan kondisi itu sampai aku bisa melihatmu. Jika aku mengingat kematianku dan kematianmu dan kau telah tahu bahwa engkau akan masuk ke dalam surga dan diangkat bersama dengan para nabi dan jika aku bisa masuk ke dalam surga, tapi aku kuatir aku tidak bisa bertemu denganmu di surga. Namun Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam tidak menjawab pertanyaan tersebut sampai turunnya Jibril dengan menyampaikan ayat,
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An Nisa: 69)
□ Dari Kalangan Wanita
Ibnu Ishaq mengeluarkan riwayat dari Saad bin Abi waqqash Dia berkata
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam melewati seorang wanita dari Bani Dinar, wanita tersebut tertimpa musibah karena ditinggal mati oleh suaminya dan saudara lakui-lakinya serta bapaknya ketika mereka bersama dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam di Perang Uhud. Ketika para sahabat yang lain mengabarkan hal tersebut pada wanita itu, maka wanita itu berkata: “Apa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ?
Mereka menjawab: “Beliau baik-baik saja wahai Ummu Fulan dan beliau Alhamdulillah sebagaimana yang kau harapkan.
Wanita itu pun berkata: “Tunjukkan aku Dimana keberadaan beliau sehingga aku pun bisa melihat beliau” maka para sahabat menunjuk Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sehingga wanita itu bisa melihatnya lalu wanita itu berkata seluruh musibah itu kecil selain musibah yang menimpa Rasulullah”
Balasan Orang Yang Mencintai Nabi
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik
“Bahwa seorang laki-laki dari penduduk kampung datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seraya berkata; “Wahai Rasulullah, kapankah hari Kiamat akan terjadi?” beliau menjawab: “Celaka kamu, apa yang telah kau persiapkan?” laki-laki itu berkata; “Aku belum mempersiapkan bekal kecuali aku hanya mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Beliau bersabda: “Kalau begitu, kamu bersama dengan orang yang kamu cintai.” (HR. Bukhari)
Anas Bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata:
“Kami tidak pernah gembira karena sesuatu apapun sebagaimana kegembiraan kami karena mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “Engkau bersama yang engkau cintai”. Anas berkata, “Aku mencintai Nabi, Abu Bakar, dan Umar dan aku berharap aku (kelak dikumpulkan) bersama mereka meskipun aku tidak beramal sebagaimana amalan sholih mereka” (HR Al-Bukhari no 3688 dan Muslim 4/2032).
Bukti Cinta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Bukanlah dengan Berbuat Bid’ah
Sebagaimana telah kami sebutkan di atas bahwa di antara bukti cinta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan menyebarkan sunnah (ajaran) beliau. Oleh karenanya, konsekuensi dari hal ini adalah dengan mematikan bid’ah, kesesatan dan berbagai ajaran menyimpang lainnya. Karena sesungguhnya melakukan bid’ah (ajaran yang tanpa tuntunan) dalam agama berarti bukan melakukan kecintaan yang sebenarnya, walaupun mereka menyebutnya cinta.
Oleh karenanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.”[HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718]
Kecintaan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sebenarnya adalah dengan tunduk pada ajaran beliau, mengikuti jejak beliau, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan serta bersemangat tidak melakukan penambahan dan pengurangan dalam ajarannya.[ Lihat Mahabbatun Nabi wa Ta’zhimuhu, hal. 89 ]
Contoh cinta Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam yang keliru adalah dengan melakukan bid’ah maulid nabi. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
“Adapun melaksanakan perayaan tertentu selain dari hari raya yang disyari’atkan (yaitu Idul Fithri dan Idul Adha) seperti perayaan pada sebagian malam dari bulan Rabi’ul Awwal yang disebut dengan malam Maulid Nabi, perayaan pada sebagian malam Rojab, hari ke-8 Dzulhijjah, awal Jum’at dari bulan Rojab atau perayaan hari ke-8 Syawal -yang dinamakan orang yang sok pintar dengan ’Idul Abror-; ini semua adalah bid’ah yang tidak dianjurkan oleh para salaf dan mereka juga tidak pernah melaksanakannya. Wallahu ta’ala a’lam” [ Majmu’ Fatawa, 25/298]
_________
Selesai pada 10 Rabiul Awwal 1438 atau 10 Desember 2016 di kantor Madrosah Sunnah Makassar. Artikel ini disusun sebagai materi Kajian Ilmiyah di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar. | Abu Ubaidillah Bambang al Atsariy
2 comments
Setelah baca-baca jadi ngerasa kalau selama ini ternyata saya kurang mencintai nabi -_- ….. !!
Semoga ke depannya bisa lebih baik lagi dan bisa termasuk dalam ahlussunnah wal jamaah
Semoga Allah mudahkan…