Nikmat Allah sangatlah banyak, tak terhitung, dan tak terbilang. Namun orang-orang yang mensyukuri nikmatNya sangatlah sedikit. Terkadang nikmat yang begitu besar, mereka tidak memandangnya sebagai nikmat. Bahkan ada sebuah nikmat yang menjadi penentu kebahagiaan kita di dunia dan akhirat, tapi sedikit yang mau mengejarnya, padahal nikmat itu ada di depan matanya. Mereka malah mengejar sesuatu yang nilai sangat rendah, dunia dan seluruh perhiasannya lebih mereka anggap bernilai dari nikmat hidayah dan Islam yang sempurna ini. Allah berfirman,
“Dan sangat sedikit hambaKu yang mau bersyukur” [QS. Saba: 13]
Demikianlah kondisi kebanyakan manusia yang tidak melihat hakikat dari nikmat besar Allah subhanahu wata’ala.
Makna Syukur Nikmat
Mensyukuri nikmat Allah berikan sekedar orang berbahagia dalam hati dengan nikmat yang ia dapatkan. Bukan pula sekedar mengucapkan alhamdullilah dengan lisannya, namun perbuatannya menunjukkan kedurhakaan. Berkata Syeikh Abdurrahman Nashir As Sa’di rahimahullah :”Bersyukur adalah mengakui nikmat Allah ta’ala di dalam hati, menerima nikmat tadi dengan perasaan butuh kepada nikmat tersebut, menggunakan nikmat dalam rangka mentaati Allah, dan menjaganya agar nikmat tadi tidak digunakan untuk mendurhakai Allah” [Tafsir as Sa’di: 676].
Makna syukur ini jika kita terapkan dalam masalah nikmat agama Islam yang Allah anugrahkan kepad kita maka kita berusaha mempelajari, memahami, dan mengamalkan Islam pada seluruh aspek kehidupan kita dalam rangka mewujudkan ibadah dan pengabdian kepada Allah.
Apakah Islam Itu Sebuah Nikmat ?
Iya Islam itu nikmat yang sangat besar dari Sang Maha Bijaksana Allah ta’ala. Nikmat ini Allah sebutkan di dalam al Qur’an,
“Sungguh Allah telah memberi anugrah kepada orang-orang yang beriman yaitu ketika Allah mengutus di tengah mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata” [QS. Ali Imran: 164]
Dengan Islam yang ditandai dengan diutusnya Rasul terakhir Muhammad bin Abdillah shallallahu ‘alaihi wasallam maka kita menjadi paham jalan kebaikan dan terhindar dari jalan kejelekan. Jalan-jalan menuju surga diajarkan kepada kita dan diperintahkan untuk kita ikuti. Dan jurang-jurang neraka diajarkan kepada umatnya dan diperintahkan oleh beliau untuk menjauhi jalan-jalan tersebut.
Islamku Yang Sempurna
Nikmat Islam ini semakin nampak keagungannya ketika Allah subhanahu wata’ala menyempurnakannya. Agama yang mengandung dan mencakup semua kebaikan dari agama-agama sebelumnya yang Allah turunkan. Sehingga benar-benar nampak cahaya berkilau dari kesempurnaan Islam. Allah ta’ala berfirman,
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” [QS. Al Maidah: 3]
Ayat merupakan dalil yang tak terbantah yang menunjukkan agama kita yang sempurna tanpa tanding mencakup segala sesuatu yang dibutuhkan seluruh manusia. Berkata Imam Ibnu Katsir rahimahullah: “(Sempurnanya Islam) ini adalah nikmat Allah yang paling besar kepada umat ini. Allah menyempurnakan agama untuk mereka sehingga mereka (kaum muslimin) tidak butuh kepada agama yang lain, tidak butuh kepada Nabi lain selain Nabi mereka shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itu Allah menjadikan beliau sebagai penutup para nabi, Allah mengutusnya kepada manusia dan jin, jadi tidak ada perkara yang halal kecuali apa yang beliau halalkan, tidak ada pula perkara yang haram kecuali apa yang telah Nabi haramkan. Tidak ada agama kecuali apa yang Nabi Muhammad syariatkan. Semua yang Nabi ceritakan, maka itu pasti benar, sesuai kenyataan, tidak ada dusta, dan penghianatan dalam agama ini” [Tafsir al Qur’an al Adzim karya Ibnu Katsir]
Nabi Menjelaskan Semuanya
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah utusan Allah yang diberi tugas untuk memberi kabar gembira dan peringatan kepada manusia dan jin serta menjelaskan apa yang telah Allah turunkan untuk umatnya. Allah berfirman,
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan,” [QS. An Nahl: 44]
Nabi shallallahu ‘ala ini wasallam menjalankan tugas ini dengan baik. Semua perkara telah beliau jelaskan kepada ummatnya, sehingga semua menjadi terang bak cahaya yang bersinar. Dari sahabat Abu Darda radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwa Nabi bersabda,
“Demi Allah sungguh aku telah meninggalkan kalian dalam keadaan terang benderang, dimana malam dan siangnya sama saja (terangnya)”
Abu Darda berkata: “Demi Allah Rasulullah telah benar, dan demi Allah beliau meninggalkan kami dalam keadaan terang benderang” [HR. Ibnu Majah (5), hadits ini dihasankan oleh Syeikh al Albani]
Ayat dan hadits ini adalah kabar gembira bahwa semua masalah dan solusi telah ada dalam agama kita. Siapa yang ingin mencari solusi dari setiap persoalan yang ia hadapi, hendaklah ia kembali kepada agama Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Pasti neraka akan mendapat jawabannya jika mereka mau mempelajarinya.
Karenanya wahai saudaraku kaum muslimin, dihadapan kita ada jalan kebahagianan terbuka lebar, mengapa kita tidak melaluinya dan lebih memilih jalan di luar Islam. Islam adalah jalan kemenangan, jalan dari semua problem, namun kenapa kita tidak menempuhnya. Apakah agama kita kurang sempurna ? Atau kita anggap tidak mampu menyelesaikan problem modern di zaman kita ini ?
Kalau itu yang kalian sangka, maka kalian salah sangka, karena Islam adalah jalan keluar nikmat besar bagi dunia kemanusiaan jika mereka mau memahaminya.
Jaga Islammu
Di zaman kita sekarang ini terlalu mudah kaum muslimin meninggalkan agamanya. Ada yang meninggalkan Islam dengan pindah agama, ada pula yang meninggalkan sebagian ajarannya dan lebih condong kepada pendapat manusia dan teori-teori mereka. Sebagian kaum muslimin mengikuti gaya barat, tradisi mereka dan meninggalkan tradisi Islam yang indah dengan alasan modern dan menganggap tradisi Islam sebagai ajaran yang ketinggalan zaman. Na’udzu billah ini adalah akibat dari kebodohan mereka terhadap ajaran Islam yang sempurna ini.
Coba kita bandingkan dengan perjuangan para pendahulu kita dari kalangan para sahabat nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam menjaga nikmat Islam ini walau nyawa taruhannya.
Kisah Bilal bin Rabbah tukang adzan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang disiksa dan diikat lalu ditarik oleh anak-anak kecil di padang pasir yang panas, diletakkan di atas dadanya batu besar dengan harapan agar Bilal mau meninggalkan Islam. Namun Bilal tetap kokoh dan hanya berkata “Ahad, Ahad, Ahad” yang maknanya hanya Allah yang satu. Beliau pertahankan Islam yang telah beliau rasakan nikmatnya berada dalam Islam walau harus menderita didera siksaan yang keras dari Kafir Quraisy.
Yang lain adalah kisah Abdullah bin Hudzafah radhiyallahu ‘anhu adalah salah seorang panglima kaum muslimin yang ikut serta dalam pembebasan negeri Syam. Kemudian beliau tertawan oleh pasukan musuh.
Heraklius memberikan penawaran kepadanya, “Masuklah ke dalam agama Nasrani, maka saya akan memberikan kepadamu separuh dari kerajaanku dan separuh hartaku.” Lantas Ibnu Hudzafah radhiyallahu ‘anhu memberikan jawaban yang tegas dan mematikan, “Meskipun kamu memberikan kepadaku semua harta yang kamu miliki dan semua harta yang dimiliki oleh orang Arab, saya tidak akan kembali meninggalkan agama Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam meskipun hanya sekejap mata”
Demikianlah muslim hakiki dalam menjaga agama yang indah ini, sebagai nikmat besar dari Allah subhanahu wata’ala walau dengan pengorbanan yang besar. Mereka tidak tertarik untuk menukar agamanya dengan apapun dari pundi-pundi dunia.
_____________
Abu Ubaidillah al Atsariy | Makassar, 14 Rajab 1438 / 11 April 2017
1 comment
جزاكم الله خيرا
برك الله فيكم
امين يارب العالمين