Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengawali dakwahnya, maka tidak semua orang mau menyambutnya. Hanya ada beberapa orang yang dengan segera menyambut dengan gembira dakwah dan ajakan Rasulullah untuk menyembah kepada Allah dan meninggalkan kesyirikan serta menerima Islam sebagai agama. Mereka adalah:
Ummul Mu’minin Khadijah bintu Khuwailid radhiyallahu ‘anha.
Beliau radhiyallahu ‘anha telah mengetahui tentang kabar gembira kenabian, mendengar secara langsung, serta melihat tanda-tanda kenabian. Beliau juga menyaksikan secara langsung kejadian-kejadian di awal kerasulan. Seperti kejadian di goa Hira, turunnya perintah untuk berdakwah yaitu surah al Muddatsir. Sehingga secara naluri beliau menyakini bahwa Muhammad bin Abdillah suaminya adalah utusan Allah. Dari apa yang beliau dengar, lihat dan saksikan telah menjadikan beliau tidak ragu sama sekali bahwa suaminya adalah seorang Rasul utusan Allah.
Abu Bakr Ash Shiddiq
Ketika Nabi mengetahui bahwa diri beliau diangkat menjadi Rasul maka beliau mendatangi sahabat karibnya Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu untuk memberitahu Abu Bakr tentang apa yang dialami oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berupa kemulyaan Allah kepada yang mengangkatnya menjadi Nabi dan Rasul. Rasul pun mengajak Abu Bakr untuk beriman kepadanya. Abu Bakr menyambut ajakan Rasulullah tanpa adanya keraguan dan kebimbangan. Abu bakr membenarkan ajakan Nabi dan beriman dengannya. Mempersaksikan apa yang di bawa oleh Nabi. Jadi Abu Bakr adalah laki-laki pertama yang beriman kepada Rasulullah. Beliau percaya kepada kejujuran Nabi sejak dulu, beliau tahu persis prihal Rasulullah yang nampak dan rahasia. Maka keimanan beliau adalah seadil-adil orang yang menyaksikan kejujuran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ali bin Abu Thalib
Dari kalangan anak-anak yang dengan segera menyambut ajakan Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam adalah Alin bin Abi Thalib. Beliau beriman kepada kerasulan Muhammad karena cinta dan kepercayaan beliau kepada Rasulullah. Waktu itu beliau di bawah pengasuhan Rasulullah karena Bapaknya yaitu Abu Thalib adalah seorang yang miskin dan memiliki banya anak. Sehingga Nabi menjadikan Ali bin Abu Thalib sepertinya ia memperlakukan anaknya sendiri. Ketika itu Ali memasuki umur baligh, ada yang mengatakan bahwa umurnya 10 tahun.
Zaid bin Haritsah
Beliau adalah Zaid bin Haritsah bin Syarahil. Zaid adalah bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang dihadiahkan oleh Khadijah Istri beliau. Sebelum masa kenabian Rasulullah mengangkat Zaid seperti anaknya dan mengatakan kepada Orang-orang Quraisy: “ Aku bersaksi bahwa ini adalah anakku yang saling mewarisi” kemudian dipanggil lalu Zaid dengan panggilan Zaid bin Muhammad. Kemudian setelah turun Islam, membatallah adanya penisbatan anak angkat, hingga Zaid kembali dipanggil Zaid bin Haritsah. Ketika Zaid masuk Islam, maka ayah dan pamannya mengetahuinya, sehingga mereka ingin menebus Zaid. Rasul pun memanggil Zaid dan memberinya dua pilihan yaitu kembali kepada ayah dan pamannya atau tetap bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasaalam. Zaid pun lebih memilih tinggal bersama Rasulullah dan keluarga beliau.
__________________
Sumber: Kitab Raudhatul Anwar karya Syeikh Shafiyurrahman al Mubaarakfuri
Abu Ubaidillah al atsariy | Kantor Madrosah Sunnah Gowa, 22 Rajab 1438 H/19 april 2017