Diakhiri-akhir ini kita melihat banyaknya tindak kriminal seorang anak kepada orang tuanya. Mulai dari membentak mereka, membantah, memukul, hingga sebagian anak ada yang tega membunuh orang tuanya sendiri. Berita dan pemandangan seperti ini tentu tidak asing lagi bagi kita, terutama di zaman sekarang ini.
Dalam hadits Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan kisah datangnya malaikat Jibril dalam wujud manusia, lalu bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang beberapa perkara agama. Salah satu yang ia tanyakan adalah tanda-tanda hari kiamat. Jibril bertanya: “Wahai Muhammad beritahu aku tentang tanda-tanda kiamat”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,
“Ketika ada seorang budak wanita melahirkan tuannya sendiri” [HR. Muslim]
Apa Maksud Hadits Ini ?
Hadits ini bermakna bahwa salah satu dari tanda akhir zaman adalah ketika ada seorang budak wanita melahirkan tuannya sendiri. Jadi seseorang akan memperbudak ibunya sendiri. Banyak penafsiran ulama tentang makna “seorang budak wanita melahirkan tuannya”. Salah satunya adalah bahwa pada akhir zaman akan banyak bermunculan anak-anak yang durhaka kepada Ibunya. Mereka memperlakukan ibunya seperti layaknya seorang tuan memperlakukan budaknya. Dimana anak tersebut mungkin mencela ibunya, memukul, atau memperlakukannya seperti pembantu, atau bahkan merendahkannya. (Qawaid Wa Fawaid Min Arbain an Nawawiyah: 47)
Perintah Berbuat Baik Kepada Orang Tua
Apa yang kita sebutkan diatas adalah sebuah masalah yang banyak terjadi di masyarakat Indonesia. Bahkan terjadi pada keluarga-keluarga muslim. Tentu ini tidak menggambarkan sifat seorang muslim yang diperintahkan untuk berbuat baik kepada orangtuanya. Allah berfirman di dalam Surah al Isra ayat 23-24 yang artinya: “Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah” mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
Makna Ayat
Ayat ini menjelaskan beberapa hal diantaranya
- Allah meletakkan berbuat baik kepada orangtua setelah mentauhidkan Allah.
- Orangtua adalah manusia yang paling berhak kita perlakukan dengan baik.
- Tidak boleh mengatakan “ah” kepada keduanya apalagi berbuat yang lebih dari itu.
- Tidak boleh membentak mereka.
- Disyariatkan berkata sopan, lembut, dan ucapan mulia lainnya kepada keduanya.
- Diperintahkan untuk menyayangi mereka dan mendo’akannya dengan kebaikan.
Di dalam sebuah hadits dari Abu Amr asy Syaibaniy beliau berkata: telah menceritakan kepada kami pemilik rumah ini, beliau menunjuk sebuah rumah milik Abdullah bin Mas’ud. Abdullah bin Mas’ud bertanya kepada Rasulullah tentang amalan yang paling Allah cintai, maka Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ““Shalat tepat waktunya”. Lalu Ibnu Mas’ud bertanya lagi, “lalu apa lagi wahai Rasulullah?”. Rasulullah menjawab: “Berbuat baik kepada kedua orangtua”. Lalu apa lagi, tanya Ibnu mas’ud. “Lalu berjihad fi sabilillah” [HR. Bukhari dan Muslim]
Ayat dan hadits diatas jelas menunjukkan bagaimana perhatian Islam dalam memperbaiki hubungan anak dan orangtua, agar tidak terjadi kedurhakaan anak kepada orangtuanya. Dan ini akan menciptakan suasana indah di dalam sebuah rumah tangga.
Aku Ingin Masuk Surga
Siapa yang tidak ingin masuk ke dalam surga ? tentu semua orang ingin memasukinya. Namun masuk ke dalam surga bukan perkara mudah, karena surga dikelilingi dengan sesuatu yang tidak menyenangkan. Kalau mau masuk surga kita harus melakukan amalan-amalan yang kadang hawa nafsu kita tidak menyukai kunci surga tersebut. Padahal diantara jalan masuk ke dalam surga ada suatu amalan yang Insya Allah tidak terlalu berat. Diantarnya adalah berbuat baik kepada orangtua. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Celalakalah, celakalah, celakalah !” Sahabat bertanya: “Siapa yang celaka ya Rasulullah ?” Beliau menjawab: “Orang mendapati salah satu orangtuanya atau keduanya masuki usia senja, kemudian hal itu tidak bisa memasukkannya ke dalam surga” [HR. Muslim (2551), Tirmidzi (3545), Ahmad (7451, 85570)]
Hadits ini bermakna bencana bagi mereka yang tidak bisa masuk surga padahal ia mendapati kedua orangtuanya yang sudah tua. Kandungan hadits ini juga memiliki makna bahwa seorang anak bisa dengan mudah masuk ke dalam surga jika ia memperlakukan dengan baik kedua orangtuanya atau salah satunya ketika mereka sudah tua.
Taati Mereka Hanya Dalam Kebaikan
Dikisahkan bahwa Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anu (wafat tahun 55H) masuk Islam ketika umur beliau 17 tahun. Salah satu yang mengajaknya masuk Islam adalah Abu Bakar Ash Shiddiq. Ketika Ibunda Sa’ad mendengar bahwa anaknya masuk Islam, maka ibunda Sa’ad mogok makan, beliau tidak mau makan dan minum dengan harapan Sa’ad akan kembali meninggalkan agamanya. Ini karena ibunda beliau tahu persis bahwa Sa’ad bin Abi Waqqash sangan sayang kepada ibunya. Melihat tindakan yang dilakukan oleh ibunda tercinta, maka Sa’ad berkata:
“Ketahuilah Demi Allah wahai Ibundaku, seandainya engkau memiliki seratus nyawa, kemudian nyawa itu keluar satu persatu, maka tetap aku tidak akan meninggalkan agamaku ini sedikitpun. Jika ibu ingin makan, maka makanlah, dan jika ibu tidak menginginkannya maka tinggalkan makanan itu”
Lalu Ibu Sa’ad bersumpah untuk tidak berbicara dengan anaknya sampai anaknya mau kubur kepada Allah dan meninggalkan Islam. Ibunda beliau lalu tidak mau makan dan tidak mau minum. Maka turunlah firman Allah ta’ala,
“Dan Kami wasiatkan kepada manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”
Dalam ayat lain Allah berfirman,
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” [QS. Luqman: 15]
Berkata Syeikh Abdurrahman Nashir Assa’di rahimahullah,:
” Jangan kamu mengikutinya maksudnya agar engkau tidak menganggap bahwa ketaatan mu itu termasuk berbuat baik kepada keduanya, karena hak Allah harus lebih dikedepankan dari hak siapapun”
Rasulullah bersabda,
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam rangka durhaka kepada Allah” [HR. Tirmidzi]
Dalam Ayat ini Allah tidak berfirman “jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka duhkalah kepada keduanya” namun Allah berfirman, “Jangan mentaatinya” artinya jangan mentaati mereka dalam melakukan kesyirikan tapi kamu harus tetap berbuat baik kepada keduanya. Karenanya Allah berfirman,
“dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik” [Lihat Taisir Kalimir Rahman: 649]
Alangkah indah petunjuk Islam yang mengajarkan kepada setiap anak untuk tetap berbuat baik kepada kedua orangtuanya walaupun orang tuanya memaksanya berbuat kejelekan dan ia menolak dengan cara yang paling beradab.
______________________
Abu Ubaidillah Al Atsariy, Makassar 25 Rajab 1438 / 22 April 2017