Seri Kisah Rasulullah (4)
Dalam Pengasuhan Kakek Yang Tercinta
Setelah meninggalnya ibunda Rasullullah Shallallhu ‘alaihi wasallam dan dikuburkan di desa Abwa, maka setelah itu kakek Nabi Shallallahu alaihi wasallam Abdul Muththalib bersama dengan Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam melanjutkan perjalanan menuju Mekkah. Abdul Muthalib merasakan hatinya sangat sedih atas musibah yang baru saja dialami. Maka timbullah kasih sayang kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dengan kasih sayang yang belum pernah dia berikan kepada salah seorang dari anaknya. Dia agungkan kedudukan cucunya itu. Ia utamakan melebihi anak-anaknya. Dia muliakan dengan setinggi kemuliaan. Dan ia dudukkan beliau di tempat duduk khusus, dimana tidak ada seorang pun berani duduk di kursi tersebut. Ia usap punggung cucunya, dia merasa senang melihat tingkah cucunya itu. Ia yakin bahwa anak itu kelak akan memiliki kedudukan besar. Namun sayang kakek Rasulullah wafat dua tahun kemiadian. Umur Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam waktu itu masih 8 tahun 2 bulan 10 hari
Dalam Perlindungan Sang Paman Yang Penyayang
Tanggung jawab hidup Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam kemudian dipikul oleh Paman beliau Abu Thalib. Abu Thalib adalah kakak kandung ayah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Abu Tholib juga mengkhususkan nabi dengan kasih sayang dan rasa cinta yang berlebih melebihi kasih sayangnya kepada anak-anaknya. Beliau memang miskin dan memiliki sedikit harta. Tetapi Allah memberikan berkah pada hartanya yang sedikit itu. Sampai-sampai satu makanan bisa mengenyangkan seluruh keluarganya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam menjadin contoh dalam sikap qana’ah, sabar, dan merasa cukup dengan apa yang telah ditentukan oleh Allah.
[ Kitab Raudhatu Anwar Fii Sayyidin Nabiyyil Mukhtar karya Syeikh Shafiyur Rohman dengan perubahan sedikit bahasa oleh Ustadz Abu Ubaidillah al-Atsariy ]