Ibarat sebuah kapal yang berjalan diatas air laut yang kadang tenang dan kadang bergelombang. Demikianlah penampakan sebuah rumah tangga. Dalam episode kehidupan suami dan istri, tak bisa dielakkkan kadang muncul riak-riak yang bisa meretakkan keutuhan cinta diantara keduanya. Diantara sekian banyak riak-riak tersebut adalah perasaan curiga kepada pasangan yang tidak jarang menimbulkan cemburu buta atau bahkan perceraian. Walau sering kita dapati kecurigaan tersebut sebatas prasangka tak bersalah.
Kenapa Engkau Curiga Padaku ?
Jika ada wanita yang selalu mengawasi gerak-gerik suaminya karena ketidakpercayaannya, maka pernikahan seseorang tidak akan berjalan mulus, bahkan akan muncul perasaan gelisah, curiga, tidak pernah merasa tenteram, dan sebagainya. Pada akhirnya, pasutri akan saling menyalahkan dan menuduh, semuanya terlahir dari sikap suka berprasangka buruk. Karenanya, salah satu unsur pokok dalam membina rumah tangga adalah rasa saling percaya dan tidak saling berprasangka buruk.
Seorang muslim adalah orang yang paling jauh dari prasangka buruk, suudzan dan curiga yang tidak berdasar. Di dalam al Qur’an Allah ‘azza wa jalla berfirman:
“..Sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran” [QS. An-Najm: 28]
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Hati-hatilah kalian dari prasangka (buruk), karena prasangka adalah ucapan yang paling dusta” [Bukhari (5143), Muslim (2563)]
Anda bisa melihat bagaimana Islam menutup celah-celah yang bisa mengatarkan kepada kerusakan dalam keluarga dan masyarakat. Diantaranya adalah rasa curiga yang tidak berdasar dan prasangka buruk. Karena ini bisa menimbulkan saling tidak percaya antara pasangan suami istri yang membawa kepada ketidak harmonisan dalam keluarga. Sehingga membangun saling percaya terhadap masing-masing pasangan dan menjauhi curiga adalah perkara wajib dilakukan untuk mengokohkan bangunanan rumah tangga.
Kisah Fitnatul Ifki
Membangun saling percaya antara suami istri bukan perkara mudah. Perlu jiwa besar mengalahkan egoisme dan mau menang sendiri. Dalam sejarah perjalanan rumah tangga Rasulullah, Beliau pernah diuji Allah subhanahu wa ta’ala berkaitan tentang rasa percaya beliau kepada istri tercinta Aisyah radhiyallahu ‘anha. Aisyah diisukan telah selingkuh dengan seorang sahabat. Berita dusta ini disebarkan oleh orang-orang munafik di Madinah. Fitnah itu terjadi saat berakhirnya perang antara kaum muslimin dengan Bani Musthaliq pada bulan Sya’ban tahun 5 hijriyah. Peperangan ini diikuti oleh sejumlah kaum munafik, istri Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam Aisyah turut pula dalam perjalan tersebut. Dalam perjalan pulang Aisyah tertingggal oleh rombongan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kebetulan, ketika itu seorang sahabat Nabi, Shafwan ibnu Mu’aththal sebagai anggota pasuka paling belakang, maka beliau menemukan Aisyah ummul mukminin sendirian dan dia terkejut seraya mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, isteri Rasul. Lalu dia dipersilakan oleh Shafwan mengendarai untanya. Syafwan berjalan menuntun unta sampai mereka tiba di Madinah. Orang-orang yang melihat mereka membicarakannya menurut pendapat masing-masing. Mulailah timbul desas-desus. Kemudian kaum munafik membesar- besarkannya, maka timbullah fitnah atas ‘Aisyah. Gembarparlah kota Madinah dengan isu itu yang membuat penduduk madinah bertanya-tanya. Dalam kondisi kegoncangan dalam rumah tangga Nabi ‘alaihish shalatu wassalam karena bertubi-tubinya isu miring kepada istri beliau dalam kondisi nabi belum mengatahui fakta sebenarnya dari tuduhan-tuhan itu, maka Allah ‘azza wa jalla menurukan ayat surah an-Nur: 11-26 dalam rangka mebela dan mensucikan Aisyah radhiyallahu ‘anha dari tuduhan keji orang-orang munafik. Sehingga kembalilah suasana indah dan bahagia dalam rumah tangga nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Pelajaran Indah Dari Kisah Ini
Kisah diatas cukup menjadi inspirasi bagi kita untuk saling percaya kepada pasangan kita. Jangan mendengar isu-isu negatif dari luar yang berkaitan dengan pasangan kita yang bisa meluluh lantahkan banguna saling percaya antara pasangan kita. Diantara pelajaran dan bimbingan Allah terkait peristiwa diatas yang terpancar dari Surah an-Nur: 11-26 diantaranya:
- Perlunya husnudzan (berprasangka baik) dan meninjau kembali setiap info miring tentang pasangn kita walaupun berita itu datang dari orang terdekat kita. Karena terkadang ada diantara mereka yang mungkin menginginkan bencana bagi kita.
- Hukum asal seorang mukmin apalagi istri atau suami kita adalah jujur, setia, dan tidak berbuat selingkuh. Maka ketika ada berita jangan langsung dibenarkan sebelum bisa dibuktikan dengan adanya saksi-saksi yang dihadirkan oleh orang yang menuduh (Lihat QS. An-Nur: 13).
- Dosa dan ancaman yang besar bagi mereka yang menyebarkan tuduha-tuduhan yang keji bagi orang-orang beriman laki-laki dan perempuan.
Semoga tulisan ringkas ini bisa menjadi motovasi kepada para keluaraga untuk saling percaya dengan pasangannya dan tidak menyimpan kecurigaan yang bisa membawa kepada prahara keluarga.
Ustadz Bambang Abu Ubaidillah Makassar
Selesai di Rumah kami, Kompleks Tanwirussunnah Kabupaten Gowa pada 19 Sya’ban 1437 atau 26 Mei 2016.