Terbayang tidak bagaimana para salaf menyembunyikan amalan mereka padahal mereka melakukan amalan itu dengan susah payah. Di zaman kita sekarang ini terlalu mudah orang memamerkan amalan mereka. Sampai terkadang mereka disibukkan dengan upload amalan di media sosial hingga tidak fokus apalagi khusu’ dalam ibadanya.
Sebagai contoh apa yang dilakukan sebagian jama’ah yang sedang umrah yang thawaf keliling ka’bah sambal selfi. Ada sedang baca al Qur’an lalu ia foto dirinya sendiri lalu di upload ke media sosial. Tentu hal ini bisa mengantarkan kepada sifat pamer dan riya.
Berikut kami sebutkan bagaimana pendahulu umat ini menyembunyikan amalan mereka dan tidak ingin diketahui orang lain.
Dari Abu Hamzah Ats Tsumaliy rahimahullah ia berkata,
“Ali bin Husain membawa karung roti di atas punggungnya pada malam hari, lalu bersedekah dengan roti itu. Ia berkata,
إِنَّ صَدَقَةَ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ عَزَّ وَجَلَّ
“Sesungguhnya sedekah secara diam-diam akan memadamkan kemarahan Rabb ‘Azza wa jallah” (Shifatush Shafwah: 2/96)
Dari ‘Amr bin Tsabit rahimahullah ia berkata,
لمَاَّ مَاتَ عَلِيٌّ بْنُ الْحُسَيْنِ فَغَسَلُوْهُ جَعَلُوْا يَنْظُرُوْنَ إِلَى آثَارِ سُوْدٍ فِيْ ظَهْرِهِ فَقَالُوْا: مَا هَذَا فَقَالُوْا: كَانَ يَحْمِلُ جُرُبَ الدَّقِيْقِ لَيْلاً عَلَى ظَهْرِهِ يُعْطِيْهِ فُقَرَاءَ أَهْلِ الْمَدِيْنَةِ
“Ketika Ali bin Husain meninggal, kaum muslimin memandikan beliau ternyata mereka melihat ada bekas hitam di punggung beliau. Mereka berkata: “Apa ini ?” Yang lain menjawab: “Beliau biasa memanggul karung-karung gandum pada malam hari di atas punggung beliau lalu memberikan gandum-gandum itu kepada para fakir miskin dari penduduk kota Madinah” (Shifatush Shafwah: 2/96)
Dari Ibnu Aisyah ia berkata, bapakku berkata: “Aku mendengar penduduk Madinah mereka berkata,
مَا فَقَدْنَا صَدَقَةَ السِّرِّ حَتَّى مَاتَ عَلِيٌّ بْنُ الْحُسَيْنِ
“Kami tidak pernah kehilangan sedekah secara diam-diam kecuali setelah meninggalnya Ali bin Husain” (Shifatush Shafwah: 2/96)
(Sumber: Kitab Aina Nahnu Min Akhlaq as Salaf dengan sedikit catatan dari Abu Ubaidillah al Atsariy)