Manusia itu adalah makhluk yang suka lupa, dan pura-pura lupa. Sifat lupa manusia ini juga Allah sebutkan di dalam al-quran,
“Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Rabb-nya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Allah memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia terhadap kemudharatan yang pernah dia minta kepada Allah sebelum itu” [QS. Az-Zumar: 8]
Seorang penyair mengatakan,
“Manusia tidak dikatakan sebagai manusia kecuali karena dia adalah pelupa“
Sampai-sampai dalam masalah kebahagiaan terkadang manusia lupa. Dia habiskan waktunya, hari-harinya untuk bekerja mencari uang dan mengumpulkan harta sehingga dia kadang lupa bahagia. Pekerjaan dan dunia telah memperbudak dia. Dia lupa untuk berkumpul dengan keluarga, istri, dan anak-anaknya.
Yang itu semua bisa menciptakan sebuah kebahagiaan. Bahkan dia lupa petunjuk agama yang telah ditorehkan oleh syariat ini di dalam al-Quran dan Sunnah. Dia langgar semua perintah dan dia lakukan segala larangan Allah subhanahu Wata’ala demi mendapatkan dunia yang dia cita-citakan.
KISAH BAHAGIA YANG BERAKHIR DENGAN PENDERITAAN
Dikisahkan ketika Allah subhanahu wata’ala telah menciptakan Adam, maka Allah subhanahu wata’ala mengatakan kepada Adam,
Dan Kami berfirman: “Hai Adam, tinggallah engkau dan isterimu di surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim” [QS. Al-Baqarah: 35]
Adam dan istrinya betul-betul merasakan bahagia dan nikmatnya surga serta kelezatan buah-buahan yang ada disana, indahnya suasana, dan kebahgian surga yang tidak bisa dibayangkan.
Kebahagiaan dalam surga adalah kebahagiaan yang sempurna. Kebahagiaan yang tidak pernah didengar oleh manusia, tidak pernah dilihat, bahkan tidak pernah terbayangkan sama sekali.
Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ketika Allah berfirman,
“Aku menyediakan untuk hamba-hamba-Ku yang sholih suatu tempat yang tidak pernah dilihat oleh mata tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbayangkan dalam hati manusia” [HR. Bukhari dan Muslim]
Demikianlah nikmatnya surga yang tentunya akan memberikan kebahagiaan yang tidak terkira kepada mereka yang tinggal di surga.
Ketika keinginan Adam sangat besar untuk bisa kekal di surga, maka ia pun tergoda oleh bujuk rayu iblis yang menginginkan kesengsaraan bagian. Adam pun mendekati pohon yang telah dilarang oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan itu Allah mengusir Adam ke bumi sebagai hukuman bagi pelanggaran yang dilakukan oleh Adam dan istrinya. Adam pun bertaubat kepada Allah namun tidak berarti hukuman Allah kepada Adam dicabut. Adam harus menjalani kehidupan yang sulit di dunia.
PESAN ALLAH KEPADA ADAM AGAR IA TIDAK LUPA BAHAGIA
Allah subhanahu wata’ala mengetahui apa yang diinginkan oleh Adam yaitu untuk bisa kembali lagi ke surga sehingga bisa merasakan bahagia yang pernah dia rasakan. Maka Allah pun memberikan wasiat kepada Adam agar supaya dia bisa kembali merasakan bahagia. Allah berfirman,
Allah berfirman: “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka” [QS. Thaha: 123]
Syeikh Abdurrahman Nashir As-Sa’di -rahimahullah- berkata: “Allah berfirman kepada Adam dan Hawa turunlah kalian berdua dari surga ke bumi bersama dengan iblis, maka kalian berdua akan saling bermusuhan.
Jika datang kepada kalian petunjuk dari-Ku dan penjelasan-Ku, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku dan penjelasan-Ku serta mengamalkannya, maka petunjuk itu akan memberikan bimbingan dan petunjuk kepadanya di dunia hingga dia tidak akan sengsara di akhirat dengan ancaman azab Allah subhanahu wa ta’ala” [Taisir Karimir Rahman karya Syeikh Nashir As Sa’di]
MENGIKUTI PETUNJUK AGAMA ADALAH SOLUSI BAHAGIA
Ayat diatas menjelaskan bahwa solusi bahagia adalah mengikuti petunjuk Allah subhanahu wata’ala. Sebaliknya kesengsaraan dan kesusahan akan didapatkan ketika seseorang meninggalkan petunjuk Ilahi. Kata Imam Ibnu Taimiyah –rahimahullah-: “Kebahagiaan dan petunjuk akan terwujud ketika seseorang mengikuti Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- dan kesesatan serta kesengsaraan terjadi ketika seseorang menyelisihi Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- [Majmu al Fatawa: 19/93]
Para pembaca sekalian, apakah anda akan terus sibuk dengan pekerjaan anda ? sibuk meraih opsesi anda untuk menjadi orang yang paling kaya, atau yang paling tinggi jabatannya, atau yang paling luas sawahnya sampai datangnya kematian?
Sedang anda lupa bahwa anda adalah keturunan Adam yang pernah tinggal di Syurga dalam keadaan sangat bahagia. Apakah anda tidak ingin menraih kembali kebahagian Adam di syurga ?
Anda boleh bekerja meraih opsesi, anda boleh beraktifitas untuk mendapatkan karir, tapi jangan lupa bahagia.
Jika anda ingin bahagia, maka tidak ada jalan lain kecuali anda harus mengikuti petunjuk Islam dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Allah ‘azza wa jalla telah menjamin mereka yang mau mengikuti petunjuk-Nya untuk merasakan kebahagian di akhirat bahkan di dunia ini.
Penulis: Abu Ubaidillah Bambang al-Atsariy | abuubaidillah.com
_____________
Selesai di kediamanan kami Komplek perumahan Tanwirus Sunnah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan pada 25 Februari 2016